NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Antara Cinta dan Karier

Setelah Tanier keluar untuk berbicara dengan Sundari, Lieka merasakan ketegangan di dalam dirinya. Dia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya tentang apa yang mereka diskusikan. Dia tahu bahwa Tanier adalah orang yang setia dan tidak akan tergoda oleh mantan pacarnya, tetapi perasaan cemburu dan khawatir mengganggu pikirannya.

Beberapa saat kemudian, Tanier kembali ke ruang kerja dengan ekspresi tenang, tetapi Lieka dapat melihat jejak ketidaknyamanan di wajahnya.

“Maaf jika saya membuatmu menunggu, Lieka. Sundari hanya ingin menjelaskan beberapa hal tentang masa lalu kami,” kata Tanier sambil duduk di kursi di depan meja kerja Lieka.

“Tidak apa-apa. Saya paham jika ada yang perlu diselesaikan,” jawab Lieka, berusaha terlihat tenang meskipun hatinya bergejolak.

Tanier mengangguk, tetapi Lieka bisa melihat pikirannya melayang. “Dia masih sangat terikat dengan masa lalu,” tambah Tanier. “Tapi saya sudah menjelaskan bahwa hubungan kami sudah berakhir dan saya tidak ingin terlibat lagi.”

Lieka merasakan kelegaan mendengar kata-kata Tanier. “Bagus, kamu sudah melakukan yang benar. Kita perlu fokus pada pekerjaan kita, terutama dengan tantangan yang ada di depan.”

Tanier tersenyum, tetapi ada keheningan yang aneh di antara mereka. “Ya, kamu benar. Kita harus bekerja sama untuk membuat perusahaan ini lebih baik.”

Keduanya kembali ke pekerjaan mereka, tetapi perasaan di antara mereka tidak bisa diabaikan. Tanier memperhatikan Lieka yang terlihat semakin serius. Dia tahu bahwa tanggung jawab sebagai CEO sangat besar, tetapi ada keinginan yang semakin kuat dalam dirinya untuk mendekatinya.

***

Selama beberapa minggu ke depan, kerja keras dan ketegangan semakin meningkat. Lieka terjebak antara ambisinya untuk membawa perusahaan ke puncak dan perasaannya yang semakin dalam terhadap Tanier. Dia mulai merasakan ketertarikan yang sulit dijelaskan, tetapi pada saat yang sama, dia tidak ingin mengabaikan kariernya yang sudah dibangun dengan susah payah.

Suatu malam, setelah jam kerja yang panjang, Lieka dan Tanier tinggal di kantor untuk menyelesaikan presentasi untuk investor baru. Lampu di ruang rapat bersinar terang, menciptakan suasana yang intim.

“Lieka, kamu tahu bahwa saya selalu menghargai kerja kerasmu,” kata Tanier sambil menyusun dokumen. “Saya benar-benar terkesan dengan dedikasi dan semangatmu.”

Lieka tersenyum, merasa dihargai. “Terima kasih, Tanier. Tanpa tim yang solid, saya tidak akan bisa mencapai ini. Kamu juga berperan besar dalam semua ini.”

Dia memperhatikan Tanier yang tersenyum, dan hatinya berdebar. Untuk sesaat, semuanya terasa sempurna. Namun, suara ketukan pintu yang tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka.

“Sundari lagi,” gumam Lieka. Ketika pintu terbuka, Sundari kembali masuk dengan senyuman menawan yang tampak sangat tidak tulus.

“Maaf mengganggu, Tanier. Saya baru saja berbicara dengan beberapa klien dan ingin memastikan semua orang di sini tahu tentang acara besok malam,” kata Sundari, memandang Lieka dengan mata penuh tantangan.

Lieka menggeram dalam hati. Sundari selalu tahu kapan waktu yang tepat untuk menggoda dan merusak suasana. “Kami sedang sibuk, Sundari. Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawab Lieka dengan tegas.

“Oh, tentu. Tapi Anda tahu, Tanier, kadang-kadang penting untuk bersosialisasi dan membangun hubungan di luar kantor,” ujar Sundari, seolah-olah ingin menyoroti bahwa pertemuan di luar dapat memperkuat hubungan bisnis.

Tanier terlihat tidak nyaman. “Kami akan mempertimbangkan itu, Sundari. Tapi kami memang memiliki presentasi yang perlu diselesaikan.”

Sundari mengangkat bahu, berpura-pura tidak peduli. “Tentu saja, saya tidak ingin mengganggu. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa ada acara penting dan mungkin itu akan memberikan peluang baru bagi perusahaan kita.”

Setelah Sundari pergi, Tanier menghela napas. “Dia benar tentang acara itu. Kita memang perlu berpartisipasi, tetapi…,” dia terdiam sejenak.

“Tapi apa?” tanya Lieka, merasa cemas.

“Dia membuatku merasa tidak nyaman. Kita tahu hubungan kami sudah berakhir, tetapi dia terus berusaha menciptakan ketegangan. Saya tidak ingin itu mengganggu kita,” jawab Tanier, menatap Lieka.

Lieka merasakan getaran di dalam dirinya. “Kami tidak bisa membiarkan dia mengganggu kerja kita. Kita harus lebih fokus pada tujuan kita. Perusahaan ini lebih penting daripada hubungan pribadi.”

Tanier mengangguk, tetapi di dalam hatinya, dia merasa terjebak antara dua pilihan—menjaga hubungan profesional dan mengejar perasaan yang tumbuh dalam hatinya terhadap Lieka.

“Lieka, saya ingin jujur tentang perasaan saya. Setiap kali kita bekerja bersama, saya merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar rekan kerja,” ungkap Tanier, mengumpulkan keberanian.

Lieka tertegun, merasakan denyut jantungnya meningkat. “Tanier, kita sedang dalam situasi yang rumit. Kita harus berhati-hati,” jawabnya, tetapi hatinya bergetar mendengar pengakuan itu.

“Saya tahu, tetapi saya tidak bisa menahan perasaan ini. Saya ingin berjuang untuk kita, untuk apa yang mungkin terjadi di antara kita,” kata Tanier dengan tegas.

Lieka memandang Tanier, dan dalam tatapannya, dia merasakan ketulusan. Di satu sisi, dia ingin membalas perasaan Tanier, tetapi di sisi lain, tanggung jawab sebagai CEO dan masalah yang mengintai di sekitar mereka menghalanginya.

“Saya juga merasakan hal yang sama, Tanier. Tetapi kita harus fokus pada karier kita terlebih dahulu. Kita tidak bisa membiarkan perasaan ini mengganggu apa yang telah kita bangun,” ungkap Lieka, mencoba menyeimbangkan antara cinta dan karier.

Mereka berdua saling memandang, dan meskipun ada keputusan yang harus diambil, satu hal menjadi jelas—hubungan ini lebih dari sekadar bisnis, dan keduanya merasakan tarik menarik yang tak bisa diabaikan.

***

Malam itu, setelah mereka menyelesaikan presentasi, Tanier menawarkan untuk mengantarkan Lieka pulang. Dalam perjalanan, suasana di dalam mobil terasa hangat dan nyaman. Mereka berbicara tentang berbagai hal, tetapi ada ketegangan yang tetap menggantung di antara mereka.

Saat sampai di depan apartemen Lieka, Tanier memutar tubuhnya, menatap Lieka dengan tatapan serius. “Lieka, apapun yang terjadi ke depan, saya ingin kamu tahu bahwa saya akan selalu ada di sini untuk mendukungmu. Entah sebagai rekan kerja atau lebih dari itu.”

Lieka tersenyum, merasakan kehangatan yang menyentuh hatinya. “Terima kasih, Tanier. Saya sangat menghargai itu. Kita akan menemukan jalan kita, saya yakin.”

Ketika Tanier melangkah keluar dari mobil, Lieka merasa bingung dan senang sekaligus. Dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi perasaan yang tumbuh di antara mereka semakin kuat. Saat dia melangkah ke dalam apartemennya, dia tahu bahwa keputusan sulit akan datang di depan—antara cinta dan karier.

Lieka menghempaskan dirinya ke sofa empuk di apartemennya, merenungkan percakapan dengan Tanier. Perasaannya yang campur aduk semakin membingungkannya. Satu sisi, dia ingin mengikuti kata hatinya, tetapi di sisi lain, dia tidak ingin mengabaikan tanggung jawabnya sebagai CEO dan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh hubungan ini terhadap kariernya.

Malam itu, setelah berusaha tidur dengan tenang, Lieka terbangun dari mimpi yang tidak jelas. Dia teringat betapa Tanier selalu ada untuknya, bagaimana dia selalu berusaha menghiburnya saat stres dan mendorongnya untuk mencapai tujuan. Rasa sayang dan ketertarikan yang tumbuh di antara mereka hanya memperumit keadaan.

Keesokan harinya, di kantor, suasana terasa berbeda. Lieka berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, tetapi wajah Tanier terus muncul dalam pikirannya. Ketika dia memasuki ruang rapat untuk pertemuan dengan investor, dia merasakan ketegangan di udara.

“Selamat pagi, semuanya,” sapa Lieka, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya di balik senyuman percaya diri. “Hari ini, kita akan membahas proyeksi keuangan dan rencana pengembangan perusahaan ke depan.”

Tanier duduk di sampingnya, memberikan senyum dukungan. Dia merasa lebih nyaman dengan kehadiran Tanier, tetapi juga tahu bahwa ada batasan yang harus dijaga. Ketika pertemuan dimulai, Sundari kembali muncul, kali ini dengan penampilan yang lebih glamor dan percaya diri.

“Terima kasih telah mengundang saya untuk bergabung, Lieka,” ucap Sundari sambil melirik Tanier. “Saya yakin kita semua ingin melihat perusahaan ini berhasil.”

Lieka menahan napas. Dia merasa kehadiran Sundari di sana adalah ancaman yang nyata. “Tentu, Sundari. Kami semua di sini untuk mencapai tujuan yang sama,” jawab Lieka dengan nada tegas.

Selama pertemuan berlangsung, Sundari tampak berusaha mencuri perhatian Tanier, berbicara dengan nada manja dan menggoda. Lieka merasa jengkel, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada presentasinya.

Setelah beberapa jam yang menegangkan, pertemuan akhirnya berakhir. Tanier mengangguk kepadanya, seolah memberi semangat. “Kamu melakukannya dengan baik, Lieka. Meskipun ada beberapa gangguan, kamu tetap fokus pada tujuan,” puji Tanier.

“Terima kasih, Tanier. Kita perlu menghadapi tantangan ini bersama-sama,” jawab Lieka, merasa lebih baik dengan dukungan Tanier.

Begitu mereka kembali ke ruang kerja, Tanier berbisik, “Mungkin kita perlu merencanakan sesuatu untuk melepaskan stres. Apa kamu mau pergi makan malam?”

Lieka tersenyum, merasa antusias. “Itu ide bagus. Kita bisa pergi ke restoran baru di dekat sini.”

Malam itu, mereka pergi ke restoran yang penuh nuansa intim. Suasana yang tenang dan makanan yang lezat membuat Lieka merasa santai. Dia mengabaikan semua kekhawatiran yang mengganggu pikirannya.

“Saya sangat senang bisa menghabiskan waktu denganmu,” ungkap Tanier, mengaduk minumannya. “Terkadang, saya merasa seperti kita memiliki ikatan yang lebih dalam dari sekadar rekan kerja.”

Lieka menatap Tanier dengan serius. “Saya juga merasakannya, Tanier. Tapi kita harus hati-hati. Saya tidak ingin hubungan ini mempengaruhi pekerjaan kita atau perusahaan,” katanya dengan nada lembut.

Tanier mengangguk, memahami kekhawatiran Lieka. “Saya mengerti. Mari kita jalani ini perlahan. Yang terpenting adalah kita saling mendukung satu sama lain.”

Mereka melanjutkan makan malam, berbicara tentang berbagai hal, dari hobi hingga impian mereka di masa depan. Waktu terasa berlalu begitu cepat. Saat dessert disajikan, Tanier memandang Lieka dengan tatapan penuh arti.

“Lieka, ada sesuatu yang ingin saya katakan,” ucap Tanier, memegang tangan Lieka di atas meja. “Saya sudah cukup lama menunggu untuk bisa mengungkapkan perasaan ini. Saya… saya suka kamu. Lebih dari sekadar rekan kerja.”

Lieka terdiam sejenak, hatinya berdegup kencang. Dia tahu momen ini akan datang, tetapi saat itu membuatnya terkejut. “Tanier, aku… aku juga merasakan hal yang sama. Tapi kita harus bijak. Kita tidak bisa membiarkan perasaan ini mengganggu pekerjaan kita,” jawab Lieka, berusaha tetap rasional.

Tanier tersenyum, meskipun ada sedikit kesedihan di matanya. “Saya menghargai itu. Mari kita jaga hubungan ini tetap profesional. Namun, saya ingin kamu tahu bahwa saya siap untuk berjuang demi kamu jika ada kesempatan.”

Lieka merasa terharu dengan ketulusan Tanier. “Terima kasih, Tanier. Itu sangat berarti bagiku. Mari kita fokus pada pekerjaan kita, dan kita lihat ke mana ini akan membawa kita.”

Setelah makan malam, mereka berjalan pulang bersama. Dalam perjalanan, Tanier tidak bisa menahan diri untuk tidak memegang tangan Lieka. Momen sederhana itu membuat mereka merasa lebih dekat.

Setibanya di apartemennya, Lieka merasa bingung namun bahagia. Dia tahu bahwa perasaan di antara mereka semakin dalam, tetapi dia juga menyadari bahwa ada tantangan yang harus dihadapi.

Sebelum Tanier pergi, mereka saling bertukar tatapan yang penuh arti. “Sampai jumpa besok, Lieka. Ingat, saya selalu ada di sini untukmu,” kata Tanier dengan senyuman yang menenangkan.

“Terima kasih, Tanier. Sampai jumpa,” jawab Lieka, menutup pintu setelah Tanier pergi.

Dia merasakan ketegangan yang mendalam, seolah-olah ada magnet yang menariknya ke arah Tanier. Namun, di saat yang sama, dia tidak bisa mengabaikan tantangan yang akan datang, termasuk kehadiran mantan suaminya dan Sundari yang terus mengintai.

Di dalam hati Lieka, perasaannya terhadap Tanier semakin kuat, tetapi dia tahu bahwa jalan ke depan akan penuh dengan rintangan. Dia harus bersiap untuk menghadapi semua itu, demi cinta dan kariernya.

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!