Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12. AMP
Sudah tiga hari berlalu. Kini saatnya Gema kembali ke rumah pribadinya. Selama dua hari sisa waktu terakhirnya Gema di temani suaminya menginap di rumah orang tuanya. Ia berfikir bakalan menghabiskan waktunya sendiri bersama dengan ke dua orang tuanya dan juga kakaknya ternyata tidak sesuai dengan harapannya. Dewa ikut juga menginap di rumah mertuanya yang awalnya menolak telah berubah pikiran hanya karena Gema tidak menjawab panggilan teleponnya.
Semua pakaian sudah di kemas rapi di dalam tas. Tidak lupa juga Mamanya Gema membawakan cemilan dan makanan favorit Gema dan Dewa. Di mata keluarga Gema, Dewa adalah sosok menantu yang sempurna. Dewa dari kalangan atas yang keluarganya sangat di kenal dengan perusahaan raksasanya yang mempunya cabang di mana-mana selain itu juga Dewa sangat perhatian dan menyayangi Gema jadi jelas tidak mungkin kalau Dewa akan menyakiti hatinya Gema.
Memang, desas-desus retaknya keluarganya sudah terdengar hingga ke mana-mana. Berita perceraian Papanya Dewa dan perselingkuhan itu sudah menyebar luas yang menambah tekanan Dewa sedari kecil hingga beranjak dewasa. Namun, berita itu bisa di tutupi dengan ke suksesan keluarga Baskara di dunia bisnisnya.
"Sudah siap semuanya?"
"Sudah Mas, semuanya sudah masuk ke dalam tas. Kita bisa berangkat sekarang."
Sepasang suami istri itu pun turun menuruni anak tangga. Di bawah sudah di tunggu oleh Mama, Papa dan Kakaknya Gema.
"Kalian sudah selesai semuanya. Mobilnya sudah di depan. Cemilan dan makanan ke sukaan kalian juga sudah ada di dalam mobi," jelas Mamanya Gema seraya memegang kedua tangan Gema.
"Semuanya sudah beres Ma."
"Kita berangkat dulu Pa, Ma, Kak Juna," pamit Dewa.
Sesampainya di rumah Dewa lansung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia menatap Gema yang tengah membereskan pakaiannya masuk ke dalam almari.
"Gema sayang, ke sini."
"Ada apa mas? Gema baru membereskan pakaian."
"Sini sayang."
Gema pun akhirnya meninggalkan semua pakaiannya yang masih berantakan. Ia lalu berjalan mendekati suaminya. Dewa menyuruh Gema tidur di sebelahnya. Tangannya melingkar di atas perut Gema kemudian Dewa mengikis jarak di antara mereka. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Gema lalu mendaratkan bibirnya mencium dengan lembut bibir Gema yang merah.
Pagi tiba pertempuran semalam cukup membuat Gema merasa kualahan dan capek hingga membuat dirinya terbangun di sing hari. Dia mengulurkan tangannya mengambil ponselnya yang ada di atas nakas seketika bola matanya yang bulat terbelalak melihat sekarang sudah jam sepuluh siang.
"Tuhan, aku ke siangan," celetuk Gema.
Dia melihat di sampingnya Dewa sudah tidak ada di atas ranjang. Gema manjadi panik, ia lalu turun ke bawah dengan berlari. Sontak kelakuan Gema membuat Dewa seketika mengarahkan pandangannya pada anak tangga.
"Gema jangan lari," teriak Dewa.
Terperangah dengan teriakan Dewa dari meja makan. Gema seketika menghentikan larinya. Dia berjalan menuruni anak tangga dengan dada berdetak tak karuan. Dewa langsung berdiri dari tempat duduknya menuju istrinya. Dewa mengulurkan tangan kanannya yang kemudian di sambung dengan uluran tangan istrinya.
"Mas maaf," ucapnya lembut.
"Iya tidak apa-apa. Pelan-pelan saja jalanmu kasihan dedek bayinya."
"Mas Dewa sudah mau berangkat ke kantor?"
"Iya, hari ini ada meeting sama kolega-kolega dari luar negeri. Mungkin, Mas akan pulang agak malam. Kamu ngga apa-apa kan? atau Mas anter ke rumah Papa Baskara saja, biar ada temannya lagipula Papa Baskara juga belum tahu calon cucunya sudah ada di dalam perutmu ini."
Sejenak Gema berfikir. "Gema sama Bik Sumi saja Mas, lagipula capek kemarin habis perjalanan dari rumah."
"Ya sudah kalau gitu. Baik-baik di rumah."
Gema tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya.
Setelah Dewa berangkat ke kantor. Di sore hari terdengar bunyi bel pintu rumah berbunyi. Gema yang berada di ruang tamu membuka pintu rumahnya. Di depannya berdiri seorang wanita cantik bermata indah seraya bola matanya berkaca-kaca.
"Merry ada apa denganmu? Masuk dulu sini," ucap Gema seraya mempersilahkan sahabatnya masuk ke dalam rumah.
"Gema maaf ya. Aku menganggumu."
"Apa yang terjadi sama kamu? Ceritakan padaku," ujar Gema.
Dengan derai air mata Merry menceritakan permasalahannya. Buliran-buliran bening membasahi seluruh wajahnya sampai malam hari Merry masih berada di rumah Gema. Gema pun tak tega menyuruhnya pulang lantran sahabatnya masih dalam keadaan kacau.
Dari luar mobil Dewa sudah terparkir di pekarangan rumah. Pria itu pulang lebih awal karena meetingnya berjalan dengan lancar. Ia masuk ke dalam rumah mendapati Merry dan Gema yang tengah duduk di ruang keluarga.
"Sayang, ada apa?" tanya Dewa.
Dewa langsung bertanya lantaran dirinya bisa menilai mimik wajah ke dua wanita di hadapannya seperti memendam masalah.
"Duduklah sini sebentar Mas," pinta Gema.
"Maaf Gue mengganggu jam istirahat kalian. Gue balik dulu." pamit Merry.
"Tunggu Merry, duduklah kembali," sambung Gema kemudian melanjutkan kembali ucapannya "Ma Dewa. Merry baru saja mengalami musibah. Dia di PHK dari tempat dia bekerja karena mulai bangkrut jadi ada pengurangan karyawan. Dia juga harus mencukupi kebutukan orang tuanya. Mas bisa bantu Merry bekerja di perusahaan Papa kalau ada lowongan," jelas Gema.
Merry terdiam mendengarkan Gema menjelaskan pada suaminya.
Tanpa pikir panjang Dewa menjawab karena merasa kasihan melihat Merry yang seperti tertekan. "Kapan Merry mulai siap bekerja?"
Sontak Merry mengangkat kepalanya. Bola matanya berbinar penuh kebahagiaan. Masalahnya dalam sekejap sudah terselesaikan sesuai dengan harapannya. Di tangan Dewa tidak ada masalah yang bisa dia selesaikan. Dia cukup sombong dan angkuh karena memiliki uang dan kekuasaan.
"Merry kapan kamu siap bekerja di perusahaan suamiku?" tanya Gema lembut.
Merry tersenyum lebar. "Besok, besok aku sudah siap bekerja," balasnya penuh antusias.
"Baiklah, besok datang ke kantor jam sepuluh alamatnya biar Gema yang memberitahumu," sahutnya datar kemudia Dewa beranjak dari tempat duduknya meninggalkan mereka berdua.
"Terima kasih ya Gema."
"Sama-sama Merry. Kamu kan sahabatku."
Sepulang dari rumah Gema. Merry malamnya mempersiapkan baju kantor yang akan di kenakan ke esokan harinya sebagai bawahan Dewa. Gadis itu tampak sangat bahagia bisa bekerja di perusahaan yang jauh lebih besar dari sebelumnya.
To be continued 😊👉
bantu author Vote yukkkk 🙏