Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STERIL PADA PRIA
Jangan lupa subscribe, like dan kiriman semangat ya kakak semuanya 🤩
Terima kasih🙏🏼
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sepeninggal Giorgio, Marissa buru-buru mengambil ponselnya yang berada di dalam handbag. Kemudian men searching tentang steril pada pria.
'Steril pada pria,' tulis wanita itu di kolom pencarian.
Beberapa detik kemudian, keluarlah berbagai macam artikel mengenai steril pada pria. Mulai dari apa itu sterilisasi pada pria, pengertian, syarat jika ingin melakukan tindakan steril hingga jenis steril serta biaya dan efek samping serta manfaat dari tindakan medis tersebut.
Marissa dengan cepat mengklik satu persatu artikel dan pembahasan mengenai steril pada pria atau biasa disebut dengan Vasektomi. Setelah mengetahui jika vasektomi atau sterilisasi pria adalah prosedur pembedahan dilakukan oleh pria guna mencegah kehamilan secara permanen pada istri atau pasangannya.
Ini semacam KB yang biasa dilakukan oleh seorang wanita, jika jenis KB pada wanita memiliki berbagai macam jenis seperti pil KB, Implant atau susuk, IUD atau spiral dan jenis terakhir yang hampir sama dengan jenis KB pria adalah Tubektomi.
Pada pria hanya memiliki satu jenis saja yakni Vasektomi. Prosedur medis dengan memotong atau menutup tabung yang membawa sperma pria hingga tidak akan masuk masuk ke air mani saat pria ejakulasi sehingga KB jenis ini memiliki tingkat keakuratan hingga 99%.
Dan di pencarian kedua wanita itu dengan penuh harap jika apa yang dicari tahu saat ini bisa sesuai dengan apa yang ia inginkan.
'Mungkinkah seorang pria yang sudah steril dapat menghamili pasangannya?' Ketik wanita itu dengan cepat.
Beberapa detik kemudian muncul kembali beberapa artikel mengenai pertanyaan yang ia cari.
Antara takut dan penasaran menjadi satu dipikiran wanita itu. Walau sebenarnya ia tahu jika kata steril artinya sudah tidak bisa, namun entah kenapa wanita itu terus saja mengingkari fakta yang sebenarnya ia pun tahu tanpa harus mencari tahu di situs pencarian google.
Dari judul artikel saja wanita itu sudah bisa menyimpulkan dengan jelas jika seorang pria yang sudah melakukan vasektomi sudah bisa dipastikan jika pria tersebut tidak akan bisa menghamili istri atau pasangannya, dan hal ini juga diamini para dokter dan praktisi kesehatan jika kemungkinan hamil hanyalah 1% saja.
"Tidak tidak tidak ... bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin aku hamil jika dia sudah steril.. apakah mungkin ini sebuah keajaiban? Tidak, itu tak masuk akal walau itu bisa saja terjadi jika Tuhan yang menghendaki.
Kepala Marissa tiba-tiba sakit saat tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya.
"Ya Tuhan.. apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana caraku menyakinkan Gio agar ia tidak meragukan anak yang sedang kukandung ini," gumam Marissa pelan. Ingin rasanya ia menangis dan berteriak saat ini.
"Apa aku langsung tanyakan ke dokter saja? Ya, siapa tahu dokter yang melakukan tindakan pada, Gio dulu salah. Ya.. itu bisa saja terjadi, dokter pun juga manusia yang bisa membuat kesalahan dan kekeliruan." Tiba-tiba pikiran itu tercetus begitu saja dipikirannya.
"Apa salahnya mencoba, bukan?" sambung wanita itu bermonolog.
*
*
Keesokan paginya, Marissa bangun penuh dengan semangat. Ya, rencananya wanita itu akan kembali ke rumah sakit dimana ia dirawat semalam. Selain ingin memeriksakan kandungan, ia pun ingin mencari tahu mengenai steril pada pria dan kemungkinan kemungkinan yang mungkin saja bisa terjadi.
Ia turun ke bawah dan bertemu salah satu maid yang sedang menata makanan di atas meja makan.
"Bi, apakah, Gio pulang semalam?" tanya wanita itu.
"Tidak, Nona, tuan tidak pulang semalam. Tapi jika Nona mau, saya bisa menanyakan hal ini pada security yang berjaga di pos depan," ujar maid itu menawarkan bantuan.
"Hem, tolong tanyakan dan maaf jika aku merepotkan mu," balas wanita itu tersenyum kecil.
"Anda tidak merepotkan, Nona. Ini sudah kewajiban saya melayani, Nona di sini. Baiklah, saya akan keluar dan menanyakannya. Silahkan sarapan terlebih dahulu," tukas maid itu lagi.
"Tidak setelah aku tahu di mana keberadaannya," jawab Marissa seraya mendaratkan bokong sintalnya di kursi kayu dengan bantalan empuk di bawahnya.
Lima menit kemudian, maid yang dimintai tolong oleh Marissa pun kembali ke ruang makan. Wanita paruh baya itu lalu menghampiri wanita itu.
"Maaf, Nona, kata security semalam, tuan pulang pukul tiga pagi. Dan sepertinya, tuan tidur di ruang kerjanya semalam," pungkas maid itu.
Terdengar helaan napas panjang Marissa sebelum wanita itu beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju ruang kerja pria itu.
"Nona, tidak sarapan dulu?" Panggil maid itu lalu mengingatkan dan wanita itu berhenti lalu menatap wanita paruh baya itu dengan tersenyum manis.
"Nanti saja, Bi. Aku panggil, Gio untuk sarapan sekalian," sahut wanita itu lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan yang memiliki pintu berwarna hitam pekat.
Ia lalu mengetuk pintu hitam itu beberapa kali namun sayang setelah berkali-kali mengulang pun tetap saja tidak mendapat sahutan dari sang empunya ruangan.
"Apa dia masih tidur?!" gumam Marissa lalu kembali mengetuk pintu itu namun hasilnya tetap sama saja, Giorgio tidak kunjung membuka ruangannya hingga saat wanita itu akan membuka kenop pintu, tiba-tiba pria itu keluar dalam kondisi yang berantakan, bahkan kemeja yang pria itu kenakan semalam masih melekat di tubuhnya.
"Gio.. ayo, kita sarapan dulu. Atau kau mau mandi lebih dulu?" tanya Marissa dengan lembut sembari mengalungkan lengannya pada lengan pria itu.
Namun di detik berikutnya, pria itu menepis tangannya dengan sedikit kasar hingga membuat wanita itu tersentak hingga tubuhnya refleks memegang dinding karena takut jika pria itu kembali membuatnya jatuh, walau sebenarnya pria itu tidak pernah bermaksud melakukannya.
"Mulai sekarang, jangan pernah menyentuhku lagi!" seru pria itu bertitah dengan sorot mata tajam dan tegas.
"M-maaf, aku hanya—"
Terpaksa wanita itu menghentikan ucapannya saat melihat Giorgio mengangkat satu tangannya yang menandakan jika pria itu menyuruh Marissa untuk berhenti bicara.
Setelah itu, Giorgio melenggang pergi menuju lantai dua kamar dan meninggalkan Marissa yang masih termangu melihat sikap dingin Giorgio padanya.
"Hem … mungkin dia masih lelah karena baru bangun tidur." Pikirnya yang masih mencoba positif thinking dan tidak ingin mempermasalahkan perihal sikap Giorgio yang tiba-tiba berubah drastis.
"Bi, tunggu!" Seketika wanita paruh baya itu pun menghentikan langkahnya saat Marissa memanggil.
"Bibi mau ke mana dengan makanan itu?"
Mata Marissa masih tertuju pada troli makanan yang dipegang maid tadi.
"I-ini … ini untuk, tuan, Nona," ucap maid itu dengan suara pelan.
Hati wanita itu seketika mencelos saat mendengar jika Giorgio meminta pelayan untuk mengantar sarapan di dalam kamarnya dan itu berarti jika pria itu tak ingin makan bersamanya di satu meja makan yang sama.
Ia memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, sebegitu tidak ingin kah Giorgio melihat wajahnya?
Wanita paruh baya itu mendadak tidak enak hati saat melihat raut wajah Marissa yang tiba-tiba berubah sedih.
"Kalau begitu, Bibi cepat antarkan, jangan sampai dia marah, repot urusannya hehe," ujarnya dengan sedikit bercanda.
"Baik, Nona. Saya tinggal dulu."
Setelah berpamitan pada Marissa, maid tersebut segera mengantarkan sarapan yang diminta pria itu dengan menggunakan lift khusus.
Marissa mencoba tegar dan menerima semua dengan lapang dada dan masih berharap jika permasalahan mereka ini cepat selesai dan mendapat jalan keluar.
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼