Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perseteruan
Uhuk ... Uhuk ....
Rendi langsung tersedak makanan, Sulis dengan perhatian mengambilkan air untuk Rendi.
"Minum dulu Ren." ucap gadis itu lembut.
Rendi meraih air dalam gelas yang di berikan Sulis, ia menenggaknya hingga kandas, sampai ia merasa lega.
Sulis kembali menoleh ke arah Novi, ia memerhatikan Novi dari atas sampai bawah, Sulis merasa minder saat pandangannya berhenti di gunung kembar Novi, pasalnya benda kenyal yang ada di dada Novi ukurannya dua kali lipat dari miliknya yang hanya sebesar genggaman tangan.
Reflek Sulis menunduk melihat miliknya sendiri sambil menghela napas berat, karena gadis yang ia lihat lebih besar dan padat.
"Siapa kamu?!" tegur Novi dengan sinis.
"Harusnya aku yang tanya sama kamu, siapa kamu?!" Sulis malah balik bertanya.
Kedua gadis itu saling menatap, pandangan mereka seolah mengeluarkan energi listrik yang saling bertabrakan.
Rendi yang melihat itu tidak tahu harus berbuat apa, padahal mereka berdua bukanlah kekasihnya, tapi Rendi yang masih polos bingung dengan keadaan itu.
"Kalian berdua, lebih baik du ...."
Rendi belum selesai bicara, kedua gadis itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Rendi, sehingga Rendi hanya bisa menelan ludah sambik tersenyum getir.
"Siapa dia Ren?!" tanya mereka serempak dan saling menunjuk satu sama lain.
"Heh! Kamu diam dulu bisa gak sih?! Biar aku yang tanya dulu sama Rendi!" celetuk Novi ketus.
"Kamu yang diam dulu! Biar aku yang bertanya pada Rendi!" Sulis tidak mau kalah ketus dengan Novi.
"Kamu seharusnya malu, Rendi itu milikku, berani-beraninya datang ke kontrakan dia!" celetuk Novi tanpa ragu mengatakan Rendi pacarnya.
"Kamu gak salah ngomong? Dengar baik-baik yah, selama ini Rendi tinggal satu rumah denganku!" ucap Sulis tidak mau kalah.
"Tidak mungkin, mana ada cowo plonga-plongo seperti dia tinggal serumah dengan cewe bringas kaya kamu!" ucap Novi tegas.
"Memang kenyataannya seperti itu, kamu saja yang sok kenal dengannya!" timpal Sulis lagi.
Keduanya terus berdebat, anehnya mereka bukannya marah dan kecewa sama Rendi, tapi keduanya kekeh memperebutkan Rendi dan mengatakan mereka yang terbaik satu sama lain.
"Bos, aku bawa cewe cantik, harganya bisa di nego, dia ada kontrakan ku, " tiba-tiba Harisman datang dengan polosnya menawarkan seorang wanita penghibur.
Harisman berbicara tepat di ambang pintu depan Novi, sehingga membuat Novi tidak bisa berkata-kata lagi, Sulis juga terkejut dengan kedatangan pria yang tiba-tiba menawarkan seorang wanita pada Rendi.
Rendi apa lagi, padahal Harisman tahu dia sudah ada Novi, tapi tetap saja menawarkan sesuatu yang tidak pernah Rendi lakukan sama sekali.
Rendi berasa ingin mati saja, karena kata-kata Harisman tidak pada tempatnya, ia akhirnya memilih untuk pura-pura pingsan, daripada mendapatkan banyak masalah lagi.
Rendi!
Rendi!
Teriak Novi dan Sulis bersamaan saat melihat Rendi tumbang sambil memejamkan matanya, mereka berdua percaya kalau Rendi pingsan beneran, karena ia sehabis mengalami pukulan di kepala.
Sementara Harisman bingung mau berbuat apa, dia masih berdiri di ambang pintu, plonga-plongo tidak jelas.
"Ren, kamu kenapa lagi?" tanya Novi yang terlihat sangat Khawatir.
"Ren, bangun Ren, jangan buat aku takut." Sulis juga terlihat khawatir.
"Anu ... Bos kenapa yah?" tanya Harisman pongah.
"Gorila bodoh! Bosmu pingsan!" bentak Novi kesal.
"Oh pingsan," Harisman menghela napas, baru kemudian ia duduk di ambang pintu dengan santai.
Novi yang melihat hal itu ia merasa geram, karena Harisman seolah tidak peduli sama sekali dengan Rendi, padahal mereka berdua sedang mengkhawatirkan kondisi Rendi.
"Gorila bodoh! Beli minyak kayu putih kek, apa kek, astaga!" Novi meraung marah.
"Berapa botol Mbak bos?" tanya Harisman pongah.
"Satu dus!" jawab Novi sekenanya.
"Oh oke!" Harisman beranjak dari duduknya, ia langsung pergi ke warung terdekat.
Novi dan Sulis mencoba untuk membangunkan Rendi, keduanya merasa bersalah karena mengabaikan Rendi dan saling bertengkar satu sama lain.
Mereka berdua saling menatap, terlihat mata keduanya sama-sama berkaca-kaca, karena cemas dengan kondisi Rendi.
"Maafkan aku tadi Mbak, aku tidak bermaksud bermusuhan dengan kamu." ucap Sulis lembut.
"Aku juga minta maaf Mbak, habisnya aku terkejut karena tiba-tiba, Mbaknya sedang makan bersama Rendi." jawab Sulis sambil menghela napas.
Mereka berdua saling memaafkan satu sama lain, Rendi yang mendengar itu, ia perlahan membuka matanya untuk melihat mereka berdua benar-benar berdamai atau tidak.
Setelah melihat ekspresi keduanya yang terlihat sudah bisa di ajak mengobrol, Rendi membuka mata sepenuhnya.
"Gitu dong, akur kan enak di lihatnya, gak baik berantem itu." celetuk Rendi tiba-tiba, sehingga membuat Novi dan Sulis seketika langsung menoleh.
gimana kecewanya Rendi tau ibu kandung masih ada,,,,,,,,🤔🤔😢😢