Seorang wanita karir dikhianati oleh sang suami, namun demi putrinya dia memendam semuanya sendirian.
Pernikahan yang hambar, kekecewaan yang teramat besar pada sang suami mengakibatkan Maura frustasi hingga tak sengaja melakukan one night stand bersama laki-laki yang lebih muda darinya.
Disaat Maura akhirnya sudah berpisah dengan sang suami, percikan api cinta kembali muncul kepada pria selain suaminya. Namun saat itu ia mengetahui, jika putrinya juga mencintai pria yang sama.
Haruskah Maura mengalah sekali lagi, demi sang putri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Apa Dia Pelakunya?
Sepanjangan perjalanan bersama sang Papa, Deva menyembunyikan perasaan takutnya. Dalam chat susulan setelah si pengirim mengirim video, orang itu mengirimkan pesan anc4m4n dengan mengatakan jika Deva masih berada dekat dengan Daniel maka penggalan video Deva yang sedang b3rtubuh pol0s saat membuka jubah mandi di dalam kamar akan tersebar.
Deva harus berhati-hati dalam bertindak, dia juga tak bisa bercerita pada Raka karena Ayahnya itu belum mengetahui hubungan dirinya dengan Daniel.
Sejak 1 jam lalu, keduanya sudah sampai di pantai Anyer. Mereka duduk di bale-bale di tepi pantai, meminum es kelapa dari batok kelapanya langsung.
“Dari tadi Papa liat kamu kayak banyak pikiran, sayang. Ada apa, kamu ada masalah? Udah nggak berguna kah Papa hanya untuk mendengarkan masalah mu, Nak?" wajah Raka murung karena Deva masih agak tertutup padanya, ia akui salah karena setelah mengenal Zara ia berubah jarang memperhatikan putrinya itu.
“Huff! Hanya tugas-tugas kuliah, biasalah!“
“Kamu itu yah, ini kan kita lagi healing... masa kamu masih memikirkan tugas! Nggak asik ah!" Raka kemudian menarik tangan putrinya untuk kemudian dia menceburkan Deva ke laut.
Keduanya tertawa, saling mencipratkan air laut. Akhirnya Deva dapat melupakan sejenak tentang pesan ancaman itu dan juga semakin berada lebih dekat lagi dengan Papanya.
.
.
Di hotel, Maura kewalahan dengan ga1 r4h Gavriel yang terus menerus meminta jatahnya.
“Yank... Ini udah keberapa kali kamu minta lagi!" Maura cemberut, sepertinya dia harus mulai pergi ke gym atau ke tempat-tempat senam agar dia bisa mengimbangi suami mudanya itu.
“Maaf, Babe...! Suruh siapa kamu membuatku nggak bisa berhenti! Sekali lagi yaaahh, udah itu aku janji nggak minta lagi sampai nanti malam..." Gavriel nyengir.
Maura memutar bolanya, “Nanti malam hanya tinggal beberapa jam lagi, kamu tuh ya! Udah ah... Aku harus telepon Deva, dia nggak jawab chat ku.“
Gavriel akhirnya menyerah, "Oke! Untuk siang ini kita selesai, nanti malam tapi lanjut ya..."
Maura hanya mengangguk, asalkan suaminya melepaskan dirinya.
Setelah bertukar kabar dengan putrinya, siang itu mereka berdua makan siang bersama keluarga besar Gavriel dari Swedia, sebelum keluarga nya itu kembali ke negara asal.
“Semoga ada kabar baik ya, Gav. Nenek pengen denger suara bayi, jangan lama-lama. Kalo emang istrimu ini nggak bisa ngasih kamu anak karena usianya, cepat ceraikan dia dan menikah dengan Marry. Dia kecewa kamu malah menikah dengan janda, padahal dia sebentar lagi selesai dengan studinya dan sudah berencana akan menyusul mu kesini.“ Grandma Gavriel mengatakan itu dengan nada kasar, dia satu-satunya yang tidak menyetujui pernikahan Gavriel dan Maura.
“Nenek, jangan bicara seperti itu di depan istriku. Gavriel udah pernah menjelaskan sama Nenek kalo Gavriel nggak ada hubungan dengan Marry, kami pure hanya berteman. Dia terlalu menganggap berlebihan dengan hubungan kami!“
“Hanya teman katamu? Lalu kenapa setiap dia menelepon mu, kamu selalu langsung pergi menemuinya. Dia juga selalu datang menemui Nenek dan mengenalkan dirinya pacarmu, tapi kamu nggak pernah menyanggah nya. Nenek udah berharap lebih pada hubungan kalian, bahkan Nenek udah bicara dengan Neneknya Marry. Tapi karena kamu malah menikah dengan wanita janda yang sudah berumur ini, Neneknya Marry marah pada Nenek!"
Brakkkk!
Gavriel mengg3brak meja makan di restoran hotel itu, nafasnya memburu. Dia bangun dari duduknya. “Aku tekankan sekali lagi, siapapun yang berani menghina istriku... aku akan memutuskan hubungan dengannya dan nggak akan pernah menganggapnya keluarga lagi!“ Gavriel menatap satu persatu keluarga dari pihak Mommy-nya itu, terakhir dia menatap dingin ke arah sang Grandma.
Maura sudah ikut berdiri, dia m3ng3lus d4d4 suaminya yang masih terlihat naik turun karena emosi. “Babe, udah. Kamu nggak sopan sama Nenekmu.“
Teguran halus dari Maura mampu menarik kembali Gavriel dari kemarahan nya, dia m3r4ngkul p1ngg4ng Maura. “Ayo pergi dan tidak perlu berpamitan.“
Namun Maura menggeleng, dia malah tersenyum pada seluruh keluarga Gavriel.
“Semoga perjalanan kembali ke Swedia diberikan kelancaran, saya juga ucapkan terima kasih sudah datang jauh-jauh kesini untuk pernikahan kami.“
Keluarga Gavriel membalas senyuman ramah Maura, kecuali sang Nenek.
Gavriel membawa Maura menuju kamar mereka di hotel untuk segera packing dan pulang ke rumah, rencananya mereka akan honeymoon lagi nanti.
Drrrrrrttt
Ponsel Gavriel bergetar saat dia membantu Maura memasukkan pakaian ke dalam satu koper.
“Babe, Daniel telepon.“ Ujar Gavriel.
“Angkat aja,“ Maura mengangguk.
“Ya, Bang!“
“Aku ada di rumah kamu, tapi Deva nggak ada. Tadinya aku bawain makanan kesukaan nya, kemana dia?“
“Dia pergi dengan Papanya, katanya mau ngedate.“
“Oh, kamu masih di hotel?“
“Ya, Bang. Bentar lagi pulang, lagi beres-beres.“
“Aku nunggu kamu boleh.“
“Yaelah Bang, nggak enak dengernya kayak gue tuh pacar Abang pake mau ditungguin! Hoekkkkk...! Bilang aja mau nunggu Deva, ck! Jangan terlalu memaksa deh, Bang! Saat tempo hari pemeriksaan psikologis mental pada Deva, dia emang baik-baik aja. Hanya saja... dia sedang membentengi dirinya sendiri agar tak ada yang menyakitinya lagi. Trauma sih enggak, cuma dia takut untuk mencoba membuka hatinya karena dia takut akan terluka.“
“Abang juga paham, Gav.“
“Ngomong-ngomong, nih ya Bang. Gue ini kan Papa sambung Deva, masa gue yang manggil Lo Abang?“
“Hahahaha, baik calon Ayah mertua. Panggil aku calon menantu!"
Maura yang mendengar obrolan kedua pria itu karena telepon di loudspeaker hanya mampu geleng-geleng kepala mendengar kekonyolan keduanya.
“Ohya, calon Ayah mertua... aku mau beli motor sport kayak punyamu dulu buat nanti ajak Deva ngedate. Dia suka naik motor sport kayak pas sama kamu, kan. Dimana beli yang bagus, nanti chat aku ya."
“Oke, calon mantu. Entar gue chat, gue tutup!“
Gavriel mematikan ponselnya kemudian dia tertawa terbahak-bahak, “Calon mantu, calon mertua... Hahahaha... konyol banget! Kamu denger kan, Babe. Dia jadi orang bodoh karena jatuh cinta sama putrimu."
“Jatuh cinta? Daniel?“
Gavriel mengangguk, “Daniel sudah jatuh cinta pada Deva.“
Maura menghela nafasnya, kalau saja kejadian naas tidak terjadi dan janin Deva tidak gugur mungkin saja jalan Deva dan Daniel akan mudah demi anak mereka. Akan tetapi Maura ragu, jika Deva mampu memaafkan Daniel dengan cepat setelah semuanya.
.
.
Deva telah sampai di rumah keluarga Gavriel, dia turun dari mobil Raka lantas melambaikan tangan pada sang Papa saat mobil berlalu pergi dari pekarangan halaman rumah.
“Honey...“ panggil Daniel.
Deva membalikkan tubuhnya, wajahnya langsung masam. Sudut matanya melihat ke arah dalam rumah, di dekat jendela Sandra melihat pada Deva dengan pandangan m3nusuk.
Glek!
Apa dia pelaku p3ng4nc4m4n padaku, karena dia mempunyai akses masuk ke dalam kamar ku di rumah ini. Tapi sepertinya aku nggak bisa membuktikan dia pelakunya, karena kalo dia pinter pasti rekaman Cctv diluar kamar sudah dia hapus! Tapi, apa benar dia....???
d tunggu karya selanjutnya💜