Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 DATANG KE RUMAH ORANGTUA RAHMA
"Satu lagi, tolong carikan pengacara terbaik untuk saya."
"Pengacara?" Terdengar suara orang suruh Siska bingung.
"Iya, pengacara. Setelah saya berhasil merebut harta yang mereka ambil, saya akan menggugat suami saya ke pengadilan."
"Jadi ibu sudah yakin ingin bercerai dengan pak Danu?" tanyanya untuk memastikan ucapan kliennya.
"Saya yakin 100%! Tolong bantu saya ya untuk mencari pengacara terbaik."
"Baik, Bu."
"Terima kasih."
Siska langsung mematikan sambungan telepon, ia cukup lega setidaknya ada orang yang bisa diandalkan untuk mengurus semuanya. Walaupun harus mengeluarkan uang yang cukup besar, tapi bagi Siska tidak masalah asalkan harta untuk anaknya bisa kembali ke tangannya. Setelah semuanya berhasil maka Siska akan menggugat Suaminya ke pengadilan ia sudah tidak mau lagi mempertahankan rumah tangganya.
Esok paginya, Siska sudah bersiap pergi ke tempat keluarga istri kedua suaminya. Ia akan mengambil motor yang dibelikan oleh suaminya 1 tahun yang lalu. Siska tidak rela jika harta untuk anaknya dipakai oleh keluarga gundik. Siska tidak menyangka suaminya begitu royal sekali dengan orang lain.
Butuh waktu satu jam untuk sampai di kediaman keluarga gundiknya, dengan Anggun Siska langsung turun dari mobil mewahnya, ia dengan anggun berjalan ke arah ibu-ibu yang tengah berkumpul. Melihat kedatangan Siska membuat para ibu-ibu yang tengah bergosip terheran-heran, mereka begitu kagum karena penampilan Siska yang begitu memukau dan anggun.
Tapi tidak dengan Siti, selaku Ibu dari Rahma wajahnya begitu Syok melihat kedatangan Siska ke rumahnya, walaupun Siti belum pernah bertemu dengan istri pertamanya Danu, tapi ia tahu bahwa di depannya adalah istri pertama dari suami anaknya.
"Itu siapa ya? Kok cantik banget?" ujar salah satu teman Siti. Mereka semua masih terus menatap Siska dengan kekaguman.
"Pakaiannya juga bagus, kok bisa ada orang secantik ini datang ke rumah kamu. Siti, kamu kenal sama perempuan itu?" Siti menggeleng cepat ia tidak mau teman-teman yang mengetahui bahwa Rahma adalah seorang istri kedua.
"A ... Aku nggak kenal sama wanita itu," ujarnya gugup, wajah Siti terlihat panik sekaligus pucat dengan kedatangan Siska di rumahnya.
"Yakin kamu nggak kenal?"
"Mu ... Mungkin dia mau nanya jalan kali" Saat ini Siti benar-benar takut, keringat dingin sudah mulai bercucuran. Hatinya mulai diserang rasa gundah, karena pada hakekatnya memang tidak ada yang mengetahui bahwa Rama adalah istri kedua dari suami orang lain. Siti selalu mengatakan kepada para tetangganya bahwa ia telah menikah dengan pria pengusaha kaya yang di mana kehidupannya benar-benar terjamin.
Saat Siska sudah mendekat, wajah Siti semakin pucat tubuhnya seketika tegang, ingin pergi, tapi tidak mungkin.
"Permisi," ujar Siska ramah, bahkan senyumnya mampu membuat ibu-ibu yang melihat Siska begitu kagum.
"Ya, ampun. Itu giginya rapih banget."
"Cantik banget ya kalau dari dekat begini." itulah perkataan ibu-ibu yang begitu mengagumi kecantikan Siska, tapi tidak dengan Siti ia terlihat semakin pucat apalagi Siska menatap dirinya yang tengah mengumpat di balik punggung temannya.
"Maaf ibu-ibu kalau saya mengganggu, saya mau tanya apa benar di sini rumahnya Ibu Siti."
"Iya benar, nih orangnya," tunjuk salah satu teman Siti membuat Siti salah tingkah, padahal Ia sengaja ingin bersembunyi di balik punggung temannya. Tetapi malah ditunjuk.
"Siti, ada yang cariin kamu tuh. Kamu kenal sama dia." Siti tidak menjawab pertanyaan temannya. Ia terus saja menatap wajah Siska dengan rasa takut. Jantungnya terus saja berdetak kencang tak karuan. Membuat dia hampir pingsan
"Ibu Siti?" panggil Siska begitu ramah.
"I ... Iya," jawab Siti terpaksa.
"Ibu Siti kenal saya?" Siti menggeleng lemah. Akhirnya Siska melangkah maju agar ia bisa lebih dekat dengan Siti. "Boleh saya ikut bergabung di sini?"
"Boleh, silakan sini neng duduk." ibu-ibu tersebut langsung memberikan ruangan, agar Siska bisa duduk bersama mereka.
"Terima kasih ya, Bu. Kebetulan saya datang ke sini ada urusan sama Bu Siti." Setelah dipersilakan duduk. Siska kembali menatap wajah Siti yang masih diam membeku, sedangkan ibu-ibu yang lain masih terlihat heran karena mereka belum mengetahui tujuan Siska sebenarnya datang ke sini.
Sebelum berbicara dengan Siti. Siska sempat menoleh ke arah lain, ternyata ada satu motor yang tergeletak di sebuah garasi. Siska yakin, jika motor itulah yang diberikan oleh suaminya kepada keluarga Siti.
"Motor yang ada di garasi itu bagus ya, Bu. Apa itu keluaran baru ya?" tanya Siska basa-basi, ia sengaja memancing perkataan seperti itu karena ia ingin melihat reaksi Siti, dan benar saja ketika Siska berbicara seperti itu wajah Siti semakin ketakutan.
"Betul, Neng. Motor itu keluaran baru di tahun ini, teman saya ini hebat loh neng dia punya mantu orang kaya terus Royal lagi, buktinya waktu si Rahma menikah sama suaminya, si Siti langsung dibeliin dua motor katanya setiap bulan selalu dikasih duit." Mendengar penuturan salah satu temannya. Siti langsung melotot tajam ia langsung meremas tangannya kuat-kuat seperti ingin menutup mulutnya terlalu banyak bicara.
"Wah hebat dong menantunya Bu Siti bisa membelikan keluarganya dua motor sekaligus berarti menantunya orang baik ya Bu," timpal Siska, membuat Siti salah tingkah. Ia tahu jika dirinya sedang mendapatkan sindiran.
"Baik banget, Neng. Makanya saya iri sama si Rahma, dia punya menantu orang kaya. Katanya sih dia punya usaha restoran gitu, tapi kita belum pernah lihat wajah suaminya Rahma katanya nggak sempet ke sini soalnya sibuk terus. Walaupun sibuk terus tapi mertuanya sering banget dikasih duit." Sekali lagi Siska menatap wajah Siti yang terlihat geram dengan temannya.
"Kalau boleh tahu motor yang satunya lagi ke mana ya? Katanya Bu Siti dapat 2 motor?" tanya Siska, walau pun ia tahu motor satunya digadaikan.
"Siti, itu ditanya sama Eneng. Motor kamu yang satunya lagi ke mana? Kok nggak pernah kelihatan."
"Ee.. I... Itu, motornya ada kok. Tapi lagi dipinjem sama ade di rumah," ujar Siti berbohong, teman-temannya memang tidak ada yang tahu bahwa motor yang satunya lagi sengaja ia gadaikan karena kepepet membutuhkan uang untuk membayar hutang di bank keliling. Ditambah lagi menantunya belum memberikan uang minggu ini terpaksa ia menggadaikan motor tersebut.
"Hoh, dipinjem. Pantes motor yang satunya enggak pernah kelihatan." Jujur saja saat ini perasaan Siti tengah dilanda ke gundahan ia tidak mau teman-temannya mengetahui bahwa dia mempunyai hutang yang cukup banyak ke para rentenir, ia selalu mengatakan kepada semua orang bahwa ia paling anti yang namanya mengutang, jika sampai teman-temannya tahu bahwa dia mempunyai hutang bisa-bisa Siti akan mendapat gunjingan.
"I..iya, soalnya kasihan di rumah ade saya nggak ada motor buat jemput anak sekolah."
"Ngomong-ngomong, Eneng ini siapa ya kok bisa kenal sama teman saya ini." Sebelum menjawab pertanyaan teman Siti. Siska sempat tersenyum jail. Membuat tubuh Siti semakin tegang. Ia begitu takut jika anaknya adalah seorang pelakor.
"Kenalkan, saya..."
menceritakan wanita kuat.
recommended banget
bodoh yg berkepanjangan sekarang rasakan akibatnya