Dalam novel Janji Cinta di Usia Muda, Aira, seorang gadis sederhana dengan impian besar, mendapati hidupnya berubah drastis saat dijodohkan dengan Raka, pewaris keluarga kaya yang ambisius dan dingin. Pada awalnya, Aira merasa hubungan ini adalah pengekangan, sementara Raka melihatnya sebagai sekadar kewajiban untuk memenuhi ambisi keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan perasaan mereka berubah. Ketulusan hati Aira meluluhkan sikap keras Raka, sementara kehadiran Raka mulai memberikan rasa aman dalam hidup Aira.
Ending:
Di akhir cerita, Raka berhasil mengatasi ancaman yang membayangi mereka setelah pertarungan emosional yang menegangkan. Namun, ia menyadari bahwa satu-satunya cara untuk memberikan kebahagiaan sejati pada Aira adalah melepaskan semua kekayaan dan kuasa yang selama ini menjadi sumber konflik dalam hidupnya. Mereka memutuskan untuk hidup sederhana bersama, jauh dari ambisi dan dendam masa lalu, menemukan kebahagiaan dalam cinta yang tulus dan ketenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Cahaya di Balik Kegelapan
Keheningan yang Mencekam
Dira menatap keluar jendela kamar, menatap kelamnya malam yang begitu pekat. Di dalam dirinya, ada ribuan pertanyaan yang saling bertubrukan. Video yang ditunjukkan Rendi tadi sore masih terngiang jelas di pikirannya. Kata-kata Arga dalam rekaman itu seperti pisau yang menusuk hatinya.
"Dira hanya alat..."
Kata-kata itu terus terulang dalam benaknya, memaksa hatinya untuk menolak, namun logikanya memaksa untuk menerima. Ia meremas ujung selimut, mencoba mencari kekuatan untuk menahan rasa sakit yang menggerogoti dirinya.
Ponsel di meja bergetar lagi. Nama Arga kembali terpampang di layar. Tapi kali ini, ia tidak ragu. Dengan cepat, ia menekan tombol angkat.
Dira: (dengan nada dingin) "Apa lagi yang ingin kau katakan, Arga?"
Arga: (terdengar tertekan) "Dira, aku di depan rumahmu. Aku mohon, biarkan aku bicara."
Hati Dira berdebar. Ia tahu ini adalah momen yang menentukan, tapi apa yang harus ia lakukan? Menghadapi Arga, atau melarikan diri dari semua ini?
---
Pertemuan yang Membara
Beberapa menit kemudian, Dira berdiri di ruang tamu, menunggu langkah kaki Arga mendekat. Ketika pintu terbuka, sosok Arga terlihat begitu tegang. Wajahnya penuh penyesalan, namun ada tekad yang kuat di matanya.
Arga: (berbisik) "Dira..."
Dira: (memotong) "Hentikan. Aku tidak ingin mendengar alasan apa pun. Aku hanya ingin tahu, apa yang ada di video itu benar?"
Arga terdiam. Wajahnya memucat, seolah kata-kata Dira menghantamnya lebih keras dari yang ia duga.
Arga: (dengan suara parau) "Aku bisa menjelaskan, tapi tolong dengarkan aku dulu."
Dira: (suara meninggi) "Jelaskan? Jelaskan apa? Bahwa aku hanya alat untuk rencanamu? Bahwa semua ini hanya permainan?"
Arga melangkah maju, mencoba mendekati Dira, tapi ia mundur, menjaga jarak.
Arga: (dengan nada tegas) "Video itu tidak sepenuhnya benar. Itu adalah manipulasi. Rendi ingin memisahkan kita, dan dia menggunakan kelemahanku untuk menjatuhkanku di matamu."
Dira: (dengan sarkasme) "Oh, jadi sekarang kau menyalahkan Rendi? Bagaimana dengan kata-katamu sendiri? Aku mendengarnya dengan jelas, Arga. Jangan coba mengelak!"
---
Kebenaran yang Rumit
Arga menarik napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. Ia tahu bahwa jika ia gagal malam ini, semuanya akan hancur.
Arga: "Ya, aku mengatakan hal itu. Tapi itu bukan kebenaran sepenuhnya. Saat itu, aku sedang di bawah tekanan. Rendi mengancamku dengan sesuatu yang tidak bisa aku abaikan. Jika aku tidak menuruti permintaannya, dia akan menghancurkan keluargaku."
Dira: (tertegun) "Ancaman? Kau pikir itu alasan yang cukup untuk mempermainkan perasaan orang lain?"
Arga mengangguk pelan, wajahnya dipenuhi rasa bersalah.
Arga: "Aku tidak punya pilihan lain. Tapi aku bersumpah, Dira, tidak ada satu pun perasaan yang aku tunjukkan padamu yang palsu. Aku mencintaimu."
Air mata mulai menggenang di mata Dira. Kata-kata Arga menusuk hatinya lebih dalam, membuatnya terombang-ambing antara percaya dan tidak percaya.
Dira: (berbisik) "Bagaimana aku tahu kalau ini bukan kebohongan lagi, Arga? Bagaimana aku bisa percaya padamu setelah semua ini?"
Arga: "Aku tahu sulit bagimu untuk percaya. Tapi aku punya bukti lain. Aku punya rekaman yang menunjukkan siapa Rendi sebenarnya."
---
Permainan Berbalik
Arga mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah video. Di dalamnya, Rendi terlihat sedang berbicara dengan seseorang.
Rendi di Video:
"Aku tahu Dira adalah kunci untuk menghancurkan Arga. Jika aku bisa memisahkan mereka, aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Arga akan kehilangan segalanya, dan aku akan menjadi pemenang."
Dira menatap video itu dengan mata terbelalak. Semua yang ia percayai selama ini seakan runtuh seketika.
Dira: (gemetar) "Apa maksudnya ini? Jadi semua ini hanya permainan antara kalian berdua?"
Arga: (menatap dalam) "Awalnya, ya. Tapi segalanya berubah saat aku mengenalmu. Aku jatuh cinta padamu, Dira. Dan itu adalah satu-satunya hal yang tidak bisa Rendi hancurkan."
---
Dira terdiam, pikirannya dipenuhi dengan kebingungan dan amarah. Ia merasa seperti boneka yang dimainkan oleh dua orang pria dengan agenda mereka masing-masing.
Dira: (menggenggam tangannya sendiri) "Aku butuh waktu, Arga. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang."
Arga mendekat, tapi tidak menyentuhnya.
Arga: "Aku akan menunggumu, Dira. Apa pun keputusanmu, aku akan menerimanya."
Saat itu juga, suara ketukan keras terdengar dari pintu. Dira dan Arga saling memandang dengan waspada.
Arga: (berbisik) "Siapa itu?"
Dira menggeleng, tapi perasaan takut merayapi dirinya. Dengan langkah hati-hati, ia mendekati pintu dan membukanya.
Sosok yang berdiri di depan pintu membuatnya terkejut.
Dira: (berbisik dengan mata melebar) "Kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?"
Sosok itu tersenyum tipis, tapi ada sesuatu yang mengerikan di balik senyumannya.
???: "Aku datang untuk memastikan kau tahu siapa musuh sebenarnya, Dira."