NovelToon NovelToon
TINGGAL DI RUMAH ANGKER YANG LAMA TIDAK DIHUNI

TINGGAL DI RUMAH ANGKER YANG LAMA TIDAK DIHUNI

Status: tamat
Genre:Tamat / Rumahhantu / Hantu
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: KERTAS PENA

Menceritakan tentang Anis yang pindah rumah, Karena di tinggal kecelakaan oranf tuanya.Rumah tersebut milik tante Parmi yang ada di kampung. Banyak kejadian yang di alami Anis di rumah tersebut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KERTAS PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keberanian untuk Melangkah

Seiring waktu berlalu, Anis dan Arman semakin terbiasa dengan rutinitas baru mereka. Setiap hari di Taman Kenangan terasa lebih cerah dan penuh harapan. Namun, meskipun Anis merasa lebih baik, ia masih merasakan adanya tantangan yang harus dihadapi—tantangan terbesar dari dalam dirinya sendiri.

Suatu sore, saat mereka berdua sedang bekerja di taman, Anis melihat Arman dengan serius mempersiapkan sebuah proyek baru untuk mempercantik area taman. Dalam prosesnya, dia seringkali tersenyum dan bercanda dengan para pengunjung, menunjukkan sikapnya yang ceria dan hangat. Melihat kebahagiaan Arman, Anis merasakan dorongan untuk memberi dukungan lebih kepada orang yang dicintainya itu.

“Arman, aku ingin melakukan sesuatu untuk pameran seni berikutnya. Bagaimana kalau kita mengadakan lomba seni untuk anak-anak di desa? Ini bisa menjadi cara yang bagus untuk melibatkan mereka dan mengenalkan mereka pada seni sejak dini,” ujar Anis dengan antusias.

Arman berhenti sejenak dan menatap Anis dengan mata bersinar. “Itu ide yang luar biasa! Anak-anak akan sangat senang dan bisa belajar banyak tentang seni. Kita bisa menyiapkan bahan-bahan dan mengatur jadwal lombanya.”

Semangat keduanya menular ke para pengunjung yang juga antusias. Mereka segera mulai merencanakan dan mempromosikan lomba seni itu. Anis dan Arman menghabiskan waktu bersama untuk mendiskusikan tema lomba, cara pendaftaran, dan hadiah bagi para pemenang.

Hari demi hari berlalu, dan saat pendaftaran dibuka, banyak anak-anak dari desa yang mendaftar. Anis merasa bahagia melihat banyak wajah ceria yang antusias untuk berpartisipasi. Melihat minat yang tinggi, Anis dan Arman semakin bersemangat untuk membuat acara ini sukses.

Namun, di tengah kesibukan persiapan, Anis tidak bisa mengabaikan keraguan yang muncul kembali. Dalam satu kesempatan, saat mereka sedang mempersiapkan bahan-bahan untuk lomba, dia tidak bisa menahan perasaannya lagi.

“Arman, aku merasa ragu. Apa yang terjadi jika aku tidak bisa menjalani semua ini? Apa yang terjadi jika aku gagal dan tidak dapat mengatur lomba ini dengan baik?” tanya Anis, suaranya bergetar.

Arman menghentikan aktivitasnya dan menatap Anis dengan lembut. “Anis, tidak ada yang bisa menjamin bahwa semuanya akan berjalan mulus. Tetapi satu hal yang pasti: keberanian untuk mencoba adalah langkah pertama yang paling penting. Jika kita tidak berusaha, kita tidak akan pernah tahu apa yang bisa kita capai.”

“Bagaimana jika ada yang tidak menyukai hasilnya? Bagaimana jika anak-anak tidak mendapatkan pengalaman yang baik?” Anis merasa hatinya bergejolak.

“Coba pikirkan dari sudut pandang mereka. Mereka hanya ingin bersenang-senang dan belajar. Tugas kita adalah memberi mereka kesempatan untuk bereksplorasi dan menikmati prosesnya, bukan hanya hasilnya. Yang terpenting adalah niat kita,” jawab Arman, senyumnya menenangkan.

Anis merenungkan kata-kata Arman. Dia tahu bahwa dia sering kali terjebak dalam rasa takut akan kegagalan, tetapi Arman membuatnya menyadari bahwa setiap perjalanan dimulai dengan satu langkah. Dia ingin memberikan yang terbaik, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk anak-anak yang berharap mendapatkan pengalaman berharga.

Hari lomba pun tiba, dan Taman Kenangan dipenuhi dengan tawa dan sorak-sorai anak-anak yang penuh semangat. Anis dan Arman mengatur meja pendaftaran dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Anis merasa jantungnya berdebar-debar, tetapi dia juga merasakan semangat yang meluap-luap.

“Semuanya sudah siap? Kita akan mulai sebentar lagi,” tanya Arman, memastikan semua siap untuk acara.

“Ya, semuanya sudah siap. Aku tidak percaya kita benar-benar melakukannya,” jawab Anis, tersenyum lebar meskipun ada sedikit rasa gugup di hatinya.

Setelah menyapa semua peserta dan orang tua mereka, Anis berdiri di depan kerumunan untuk memberikan sambutan. “Selamat datang di Lomba Seni Taman Kenangan! Hari ini, kita akan merayakan kreativitas dan bakat anak-anak dengan seni. Saya berharap semua anak dapat menikmati proses ini dan bersenang-senang.”

Sorak-sorai menggema di antara kerumunan. Dengan bimbingan Arman dan beberapa seniman lokal, anak-anak mulai berkreasi dengan cat, kertas, dan alat seni lainnya. Anis bergerak di antara mereka, membantu ketika diperlukan, tetapi lebih sering duduk di samping mereka, menyaksikan dengan penuh kebanggaan.

Saat hari berlalu, suasana semakin ceria. Anak-anak menciptakan lukisan yang penuh warna, menggambar karakter imajinasi mereka, dan membuat karya seni dari bahan daur ulang. Melihat kebahagiaan di wajah mereka membuat Anis merasa terinspirasi dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa seni seharusnya tidak hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang pengalaman dan ekspresi.

Ketika waktu lomba hampir berakhir, Anis dan Arman mengumpulkan semua karya seni untuk ditampilkan. Mereka memutuskan untuk mengadakan pameran kecil di taman agar semua orang bisa menikmati hasil karya anak-anak. Ini menjadi momen berharga di mana setiap anak bisa merasakan kebanggaan atas usaha mereka.

Setelah pengumuman pemenang dilakukan, Anis merasa haru melihat anak-anak berlari dengan senyum lebar dan piala kecil di tangan mereka. Arman menepuk bahunya. “Kau lihat, Anis? Ini semua berkat kerja kerasmu dan semangat yang kau bawa.”

“Terima kasih, Arman. Aku merasa sangat beruntung memiliki dukungan darimu. Hari ini jauh lebih baik daripada yang aku bayangkan,” jawab Anis, merasakan rasa syukur yang mendalam.

Dengan acara yang sukses, Anis merasa bahwa dia telah mengambil langkah besar dalam mengatasi ketakutannya. Dia juga menyadari bahwa Arman tidak hanya menjadi pasangan yang mendukung, tetapi juga teman sejati yang bersamanya dalam perjalanan ini.

Ketika malam tiba, Anis dan Arman duduk di bangku taman, memandangi bintang-bintang yang berkelip di langit. Suasana tenang, dan mereka berdua merasa bangga akan apa yang telah dicapai hari itu.

“Anis, aku ingin kau tahu bahwa keberanianmu untuk mengambil langkah ini menginspirasi banyak orang, termasuk aku,” kata Arman, tatapannya penuh ketulusan.

Anis tersenyum, merasa semangatnya mengalir kembali. “Aku belajar bahwa kadang-kadang, kita perlu menghadapi ketakutan kita untuk menemukan kebahagiaan. Dan aku sangat berterima kasih padamu karena selalu ada di sampingku.”

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen tenang. Anis merasakan bahwa cinta yang dia miliki untuk Arman semakin kuat, dan dia bertekad untuk terus membuka hati dan menjalin masa depan yang cerah bersama orang yang dicintainya.

Namun, di balik kebahagiaan yang mereka rasakan, Anis tidak bisa mengabaikan satu hal—kenangan tentang Rudi yang selalu menjadi bagian dari hidupnya. Dia ingin terus mengenang dan menghormati cinta yang telah berlalu, tetapi dia juga ingin memberikan kesempatan bagi cinta baru untuk tumbuh.

Di malam yang damai itu, saat Anis berdoa dalam hati, dia berharap agar dia bisa menemukan cara untuk menyeimbangkan antara dua cinta—cinta yang telah berlalu dan cinta yang sedang tumbuh. Dia ingin merayakan masa lalu tanpa merasa terjebak, dan merayakan masa depan dengan penuh harapan.

Hari-hari selanjutnya, Anis dan Arman terus bekerja sama di Taman Kenangan. Mereka merencanakan acara-acara lain, dan bersama-sama mengubah taman itu menjadi tempat yang semakin ramai dengan kegiatan seni. Anis merasakan bahwa, meskipun dia belum sepenuhnya melupakan Rudi, cinta dan kenangan yang indah bisa saling berdampingan tanpa saling meniadakan.

Akhirnya, Anis memutuskan untuk membuat lukisan kecil yang menggambarkan kedua cinta tersebut—satu sisi menunjukkan kenangan indah bersama Rudi dan sisi lainnya menunjukkan cinta yang tumbuh bersama Arman. Dia ingin mengabadikan perasaan itu dalam karya seni sebagai pengingat bahwa hidup adalah tentang merayakan semua pengalaman, baik yang manis maupun pahit.

Dengan penuh ketulusan, Anis melukis di Taman Kenangan, berjanji pada dirinya sendiri untuk terus merayakan cinta dalam berbagai bentuk. Dia tahu bahwa setiap langkah yang dia ambil adalah bagian dari perjalanan hidupnya, dan dia siap untuk melangkah maju, mengizinkan kedua cinta itu untuk hidup berdampingan dalam hatinya.

Di sinilah, di antara warna-warna cerah dan tawa anak-anak, Anis menemukan keberanian untuk terus melangkah. Dengan Arman di sampingnya, dia merasa siap untuk menatap masa depan yang penuh harapan, sambil mengenang semua cinta yang telah mengukir kisah hidupnya.

1
Sri Ningsih
bukankah fina dah meninggal...jdi bingung nih
KERTAS PENA: memang kak
total 1 replies
Jing Mingzhu5290
Bikin nagih deh!
KERTAS PENA: terima kasih kak simak terus novel lainya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!