Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode tiga belas.
Pagi ini Garren bangun lebih awal, ia yang berinisiatif untuk mengajak Septy sholat subuh.
Garren mengetuk pintu kamar Septy, ia tidak ingin seperti kemarin yang melihat Septy tidur dengan baju tidur tersingkap.
Septy yang mendengar pintu kamar diketuk pun segera membukanya. Matanya masih setengah terpejam dan belum sadar sepenuhnya.
Saat pintu terbuka, Garren menelan salivanya ketika melihat Septy memakai baju tidur tipis. Seketika dadanya bergemuruh.
"Apa dia sengaja menggodaku? Kalau begini bisa-bisa aku kebablasan," batin Garren.
"Ada apa?" tanya Septy.
"Sholat yuk, sudah subuh," jawab Garren.
Septy mengernyitkan keningnya, tidak biasanya suaminya seperti itu. Biasanya selalu Septy yang membangunkan suaminya.
Septy kemudian mengangguk dan kembali menutup pintu kamar. Garren yang berada didepan pintu pun kaget.
Untung saja pintu itu tidak mengenai hidungnya. Jika saja itu terjadi, sudah pasti hidungnya akan berdarah.
Tidak berapa lama, Septy sudah siap dengan mukena dan sudah selesai wudhu. Mereka menunggu suara adzan.
Setelah selesai sholat, Septy kembali kekamarnya dan kemudian ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Sementara Garren bersiap-siap untuk ke kantor. Setelah merasa rapi, ia segera keluar dari kamar.
"Masak apa?" tanyanya saat melihat Septy menghidangkan makanan diatas meja.
"Cuma ini saja, oya, mas mau dibuatkan bekal?"
Garren menggeleng dan mengatakan jika ia akan mengajak Septy makan di restoran. Septy pun mengangguk dan kemudian pamit untuk mandi dan bersiap-siap.
Garren menunggu Septy untuk sarapan, setelah beberapa menit Septy pun kembali ke meja makan.
"Kok belum makan?"
"Aku menunggumu, gak enak makan sendiri. Oya, mulai hari ini kamu tidak usah bawakan aku bekal, karena kita akan makan diluar saja."
Septy mengangguk cepat, karena ia tidak perlu repot-repot membawakan suaminya bekal.
Setelah selesai makan, keduanya berangkat dengan mobil masing-masing. Awalnya Garren mengajak satu mobil saja, namun Septy tegas menolak.
Dan tidak ingin menimbulkan kehebohan di perusahaan. Karena Septy tidak mau hubungan mereka dipublikasikan. Sebelum ada kejelasan dari hubungan mereka.
Meskipun mereka menikah resmi secara hukum negara dan agama, namun Septy belum mau karyawan perusahaan tahu hubungan mereka.
Garren menghela nafas saat ingin menyetir, niatnya ingin satu mobil agar bisa lebih dekat. Ternyata Septy malah tidak mau.
Terpaksa mereka berangkat kerja seperti biasa. Dengan mobil sendiri-sendiri seperti orang asing pada umumnya.
Tiba di perusahaan, Septy keluar dari mobil. Dan tatapan sinis dari para karyawan. Ternyata Amara sudah membuat gosip tentang Septy.
"Ada apa?" tanya Septy pada Sierra yang kebetulan bertemu di lobby.
"Apa kamu tidak tahu? Gosip kamu sama Adnan tersebar di seluruh perusahaan ini, bahkan di sosmed juga."
Septy tidak punya akun sosmed, jadi dia tidak tahu tentang itu. Dan menganggap semua baik-baik saja.
"Adnan? Oya, sejak hari itu aku tidak melihatnya lagi."
"Dia sudah dipindahkan ke perusahaan cabang."
Septy sedikit terkejut. "Setelah ngobrol waktu itu, berarti dia langsung dipindahkan?" batin Septy.
Kemudian Septy berlalu tanpa menghiraukan gosip yang beredar tentang dirinya. Namun dalam sekejap postingan yang Amara buat menghilangkan begitu saja.
Septy tiba di ruang kerjanya, ternyata ada Garren menunggunya didalam. Septy tentu saja kaget.
"Mas ehh Tuan?"
"Apa kamu tahu gosip tentang kamu dan Adnan?"
"Ya, tadi di bawah, Sierra menceritakan kepadaku."
"Kamu tahu pelakunya?"
"Paling tunangan mu itu, tidak ada yang lain menurutku. Karena dia yang mencari gara-gara."
"Sayang, apa kamu tidak marah dengan gosip itu?"
Septy terkesiap mendengar panggilan sayang dari Garren. Ia ingin tertawa karena geli, namun ia tahan.
"Kenapa? Aku tidak merasa melakukannya. Dan jika keluargamu tahu tentang itu, bagus dong. Agar lebih mudah untuk kita bercerai."
Deg ... jantung Garren berdegup, kali ini ia merasa sakit mendengar kata cerai dari Septy. Namun ia berusaha tenang lalu mendekati Septy.
Garren mengecup kening Septy sedikit lama, kemudian pergi dari ruangan Septy tanpa sepatah katapun.
Septy bodo amat, itulah yang ia rasakan saat Garren mengajukan perceraian padanya. Kemudian Septy memulai pekerjaan.
Garren dengan langkah lesu masuk kedalam ruang kerjanya. Ia duduk dikursi kebesarannya lalu menyandarkan tubuhnya.
"Kenapa aku merasa sesakit ini? Apa ini yang dinamakan sakit tidak berdarah?" batin Garren.
Ia membuka ponselnya dan mengecek ruang kerja Septy. Septy yang terlihat tekun bekerja sama sekali tidak menyadari jika dirinya sedang diawasi.
Kemudian Garren menutup ponselnya dan berhenti mengawasi Septy. Garren pun mulai bekerja, namun pikirannya tidak karuan saat ini.
Konsentrasi nya buyar entah kemana? Hingga tidak ada satupun yang ia kerjakan. Garren malah memikirkan Septy yang ngotot ingin bercerai.
Hingga waktu makan siang pun tiba, Garren yang masih asyik dengan lamunannya pun tersadar.
Ia segera keluar dari ruangannya menuju ruangan Septy. Namun saat masuk, ia tidak mendapati Septy.
Garren segera berlari kecil menuju lift, dengan harapan bisa mengejar Septy. Namun saat tiba di lobby perusahaan.
Garren melihat pemandangan yang tidak enak dilihatnya. Ia melihat Septy dituduh mencuri kalung milik Amara.
Padahal tidak sama sekali, dan saat diperiksa, ternyata ada kalung didalam tas milik Septy.
Flashback ...
Saat Septy baru keluar dari lift, Septy merasa ingin ke toilet. Dan Amara mengikuti Septy hingga ke toilet.
Dan karena tidak hati-hati, Septy menyimpan tasnya didekat wastafel toilet tersebut. Dan itu dimanfaatkan oleh Amara untuk memasukkan kalung tersebut. Saat Septy keluar dari toilet, Amara menghentikan nya.
"Tunggu! Kamu yang mencuri kalungku?"
Merasa ada berbicara, Septy pun berbalik. Ia heran, sejak kapan ia menjadi pencuri? Apalagi kalung, jelas-jelas ia tidak menyentuh Amara.
"Dengar semuanya, dia pencuri. Tadi sewaktu di toilet hanya aku dan dia saja yang ada. Tapi tiba-tiba kalungku hilang."
Para karyawan yang hendak ke kantin pun berkerumun dan menunjuk Septy sebagai pencuri.
Bahkan mereka tidak segan-segan mengatakan Septy orang miskin dan rendahan.
Amara menggeledah tas Septy, kemudian menemukan kalung tersebut. Dan itu semakin meyakinkan mereka bahwa Septy benar-benar pencuri.
Flashback end ...
"Ada apa ini?" Mereka semua menoleh saat mendengar suara berat dan tegas.
"Garren, dia mencuri kalungku, cepat pecat dia," ucap Amara dengan akting nya sangat menjiwai.
Septy diam saja, ia ingin melihat sejauh mana Garren mengambil tindakan. Sejak tadi Septy sengaja tidak membela diri.
"Benar Tuan, dia mencuri kalung tunangan Anda. Pecat saja dia," ucap karyawan 1.
"Benar begitu?" tanya Garren pada Septy. Septy malah tersenyum tanpa menjawab.
Amara merasa diatas angin, "Mampus kamu, siapa suruh berurusan denganku?" Amara bergumam dalam hati.
"Sini kalungnya, biar aku lihat," kata Garren.
Amara dengan percaya diri memperlihatkan kalung tersebut. Karena ia mengatakan pada karyawan, jika kalung itu pemberian dari Garren.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga cerita ini banyak yang suka ya, walaupun ceritanya gak seperti Carla dan Carlos.
Dan semoga kalian tidak bosan walaupun perannya seputar keluarga Henderson saja.