Dinda harus menulikan telinga ketika ia selalu disebut sebagai perawan tua karena di usia yang sudah menginjak 36 tahun tak kunjung menikah bahkan tidak ada tanda-tanda dia punya pacar hingga membuat spekulasi liar bahwa dia adalah seorang penyuka sesama jenis! Dinda geram dengan ocehan orang-orang tak tahu menahu soal hidupnya hingga akhirnya semesta memertemukan dia dengan Alexander Dunn, seorang brondong berusia 25 tahun dari Skotlandia yang kebetulan saat itu menginap di hotel yang sama dengannya. Apa yang akan terjadi pada hidup Dinda selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Manis
Ghea nampak malu-malu ketika mendapatkan tawaran tumpangan dari Melvin. Memang bukan kali pertama ia dan Melvin bertemu namun untuk menumpang di mobil pria itu adalah yang pertama kali untuknya. Ghea dengan agak ragu melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil Melvin dan duduk di kursi penumpang yang ada di sebelah Melvin. Melvin sendiri yang meminta supaya Ghea duduk di sana dan bukannya duduk di kursi belakang.
"Aku bukan driver jadi duduk di sebelah sini," begitulah yang Melvin katakan.
Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah Ghea, tak ada obrolan yang terjadi antara Melvin dan Ghea. Mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing hingga akhirnya tiba juga di rumah Ghea.
"Terima kasih karena kamu sudah mengantarkan aku."
"Nggak masalah, besok kalau kamu mau, aku bisa untuk jemput kamu ke kantor."
"Jangan. Kan arah kantor kita berlawanan nanti kamu bisa terlambat."
"Semua bisa diakali kok, kan bisa berangkat lebih awal."
Ghea sendiri jadi tak menentu perasaannya pada Melvin kala pria itu mengatakan hal barusan, ia tak mengatakan apa pun lagi dan langsung melepas sabuk pengaman yang ia kenakan dan membuka pintu mobil namun sebelum ia sempat melangkahkan kaki keluar dari mobil, Melvin menahan tangan Ghea.
"Ada apa?"
"Sebentar dulu, boleh aku minta nomor telepon kamu?"
"Buat apa?"
"Iya buat hubungin, siapa tahu aku butuh teman buat ngobrol soalnya belakangan ini aku butuh teman buat curhat."
Ghea nampak terdiam beberapa saat selepas mendengar ucapan Melvin barusan hingga pada akhirnya Ghea kemudian memberikan nomor teleponnya pada Melvin.
"Terima kasih banyak."
"Kalau begitu, aku permisi dulu. Terima kasih tumpangannya.
"Baiklah."
"Kamu hati-hati di jalan."
Melvin menganggukan kepala dan tersenyum, Ghea sendiri kemudian langsung keluar dari dalam mobil Melvin dan kemudian gegas masuk ke dalam rumah sementara Melvin masih belum melajukan kendaraannya sebelum Ghea masuk ke dalam rumah itu dan barulah selepas Ghea masuk, Melvin baru melajukan kendaraan tersebut meninggalkan rumah Ghea.
****
Semakin hari Adam makin jengkel dengan apa yang dilakukan oleh Dinda, wanita itu seperti gemar sekali mencari kesalahannya dan memperlihatkan semua itu pada sang papa dan yang membuat Adam semakin jengkel adalah papanya itu begitu memuji Dinda setinggi langit dan menyindirnya di depan dewan direksi perusahaan kala mereka sedang melakukan rapat mengenai strategi perusahaan ke depan dalam menghadapi tantangan dinamika global saat ini.
"Kamu memang berbakat untuk menjilat seseorang sepertinya, pantas saja kamu bisa naik pangkat menjadi general manager di tempat lama kamu bekerja."
Dinda nampak tersenyum kala mendengar ucapan Adam barusan yang mana pria itu mengatakan sesuatu tidak berdasarkan fakta.
"Atas dasar apa Pak Adam yang terhormat bisa dengan mudahnya menuduh saya seperti itu? Saya menjadi general manager bukan semata seperti apa yang anda tuduhkan. Saya memang berkompeten dan menunjukan kinerja saya hingga layak mendapat posisi itu."
"Lantas apakah menurutmu kamu layak untuk menjadi Wakil Presdir di perusahaan ini? Perusahaan ini bukanlah perusahaan seperti tempat lama kamu bekerja. Perusahaan ini adalah perusahaan global yang sudah malang melintang puluhan tahun dan memiliki reputasi yang baik namun kamu bisa masuk ke perusahaan ini dengan koneksi papaku? Lucu sekali."
"Saya menerima tugas ini karena permintaan Komisaris Utama dan saya juga sudah menunjukan kompetensi saya Pak Adam. Sepertinya Pak Adam yang ketar-ketir terhadap saya karena saya bisa membongkar praktik licik yang anda terapkan di perusahaan ini selama bertahun-tahun."
****
Melvin belakangan ini sering mengantar dan menjemput Ghea dan bahkan di kala senggang ada waktu di akhir pekan maka Melvin kadang mengajak Ghea untuk pergi makan di restoran atau jalan-jalan di mall kalau ia malas keluar rumah maka mereka kadang bertukar pesan. Melvin merasakan ada rasa ketertarikan lebih dalam dirinya pada Ghea namun ia masih menepis perasaan itu dan tak mau terburu-buru dalam mendefinisikan apa yang sebenarnya ia tengah rasakan ini.
"Bunda perhatikan belakangan ini kamu jadi sering keluar rumah ketika libur dan juga sering sekali kamu senyum-senyum lihat ponsel."
Melvin menoleh ke arah sang bunda yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka di meja makan.
"Nggak ada apa-apa, kok."
"Kamu pikir Bunda ini bodoh apa?"
Melvin tersenyum tipis saat mendengar ucapan Herlin barusan, Melvin mengatakan pada sang bunda bahwa belakangan ini ada hal yang membuatnya bahagia namun Melvin tak mengatakan secara gamblang apa yang membuat dirinya bahagia namun Herlin sebagai seorang ibu tentu saja paham dan tahu betul dengan gelagat yang Melvin tampakan ini.
"Bunda hanya mau berpesan kalau memang kamu serius sama seseorang segera lamar dia. Jangan terlalu lama berpacaran apalagi nggak ada kejelasan mengenai hubungan kalian seperti apa."
****
Helen mengadakan pertemuan dengan dewan direksi perusahaan yang loyal padanya untuk meminta mereka tetap berada di pihak Helen sekalipun tuan Dunn akan menekan mereka.
"Nyonya jangan khawatir, kami pasti akan tetap berada di pihak anda."
"Syukurlah kalau begitu, semoga kalian bisa saya pegang ucapannya."
"Tentu saja Nyonya, anda bisa memercayai kami."
Setelah pertemuan singkat itu maka Helen gegas pergi dari restoran menuju pulang ke rumahnya. Di rumah ia langsung disambut oleh Adam yang sudah menunggunya. Adam langsung menceritakan pada Helen apa saja yang terjadi di kantor dan Helen mengatakan bahwa Adam tak perlu khawatir soal Dinda.
"Beberapa Dewan Direksi ada di pihak kita."
"Namun kalau Komisaris Utama ada di pihak musuh lantas apa yang bisa kita lakukan?"
"Buat saja rumor tak bagus mengenai wanita itu. Kamu biasanya bisa menggunakan rumor itu dan membuat bukti palsu yang membuat semua orang percaya bahwa kamu benar dan kamu tenang saja kali ini kamu tidak akan bekerja sendirian, Mama akan membantu kamu untuk menyingkirkan Dinda dari perusahaan dan juga keluarga ini."
Mendengar apa yang Helen katakan barusan membuat Adam menjadi tenang, ia sedang memikirkan apa yang akan ia lakukan pada Dinda setelah ini.
****
Dinda tiba di rumah dan nampak Alex sudah menyiapkan menu makan malam untuk mereka dan sudah tersaji di meja makan. Dinda segera mandi dan berganti pakaian sebelum menyusul Alex yang sudah menunggu di meja makan. Selepas Dinda sudah duduk di meja makan maka acara makan malam pun berlangsung.
"Jadi kapan kamu bisa ambil cuti?" tanya Alex penasaran.
"Aku belum tahu, masalah di perusahaan belum selesai," jawab Dinda.
"Apakah masih lama?"
"Mungkin, aku sendiri juga belum bisa memastikannya."
Alex menghela napasnya panjang, ia kemudian mengatakan pada Dinda bahwa ia memiliki tawaran untuk menjadi salah satu brand ambassador sebuah produk dan meminta pertimbangan Dinda apakah ia harus mengambil pekerjaan itu atau tidak.
"Kenapa harus bertanya padaku? Kalau kamu mau ambil pekerjaan itu maka ambil saja."
"Apakah kamu tidak akan cemburu kalau nanti aku akan bertemu banyak wanita cantik saat aku kembali ke dunia modelling?"
bungkam tuh mulut bude Duri /Joyful/