Seorang pendekar muda bernama Panji Rawit menggegerkan dunia persilatan dengan kemunculannya. Dia langsung menjadi buronan para pendekar setelah membunuh salah seorang dedengkot dunia persilatan yang bernama Mpu Layang, pimpinan Padepokan Pandan Alas.
Perbuatan Panji Rawit ini sontak memicu terjadinya kemarahan para pendekar yang membuatnya menjadi buronan para pendekar baik dari golongan putih ataupun hitam. Sedangkan alasan Panji Rawit membunuh Mpu Layang adalah karena tokoh besar dunia persilatan itu telah menghabisi nyawa orang tua angkat nya yang memiliki sebilah keris pusaka. Ada rahasia besar di balik keris pusaka ini.
Dalam kejaran para pendekar golongan hitam maupun putih, Panji Rawit bertemu dengan beberapa wanita yang selanjutnya akan mengikuti nya. Berhasilkah Panji Rawit mengungkap rahasia keris pusaka itu? Dan apa sebenarnya tujuan para perempuan cantik itu bersedia mengikuti Panji Rawit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pendekar Tapak Petir
Larasati pernah mendengar desas-desus tentang sebuah rencana pemberontakan yang melibatkan orang dalam Istana Medang Sawit dari pembicaraan sekelompok orang yang makan di warung nya. Beberapa kelompok termasuk Persaudaraan Pendekar Katimuran yang dulu pernah mendukung pemerintahan Mpu Sindok di Jawa bagian timur disebut-sebut terlibat di dalamnya.
Awalnya Larasati tidak mempercayai kabar miring itu, akan tetapi setelah melihat keterlibatan Dewa Niskala dan tiga orang pendekar tersohor sebagai penyokong perompak sungai yang merajalela di Sungai Wulayu, jelas-jelas desas-desus itu ada benarnya juga. Apalagi salah satu pendekar yang datang bersama Dewa Niskala itu terkenal dekat dengan Mpu Wendit yang merupakan kaki tangan seorang pejabat tinggi dalam tata pemerintahan Kerajaan Medang.
Sementara Larasati terus dengan pikirannya, Dewa Niskala dan ketiga orang kawan nya berjalan mendekat ke arah Panji Rawit, Pramodawardhani dan Larasati. Pramodawardhani langsung mengenali salah satu orang di antara ketiga kawan Dewa Niskala.
"Wanara Biru, kenapa kau bersama dengan orang tua ini? ", yang disebut Pramodawardhani sebagai Wanara Biru cukup terkejut dengan pertanyaan itu. Lelaki paruh baya dengan rambut berwarna biru gelap itu langsung mengamati Pramodawardhani dari ujung rambut hingga ujung kaki.
" Siapa kau ini, gadis kecil? Kenapa kau tahu julukan ku? ", tanya lelaki paruh baya berambut biru gelap itu dengan penuh penasaran.
" Huhh, seluruh penduduk Kotaraja Tamwlang tentu saja tahu sepak terjang mu sebagai antek Mahamantri Mpu Kendraswara. Bahkan ayah ku Demung Mpu Pancapana pernah hampir menjadi korban kegilaan mu kala terjadi pertikaian di luar kotaraja ", terang Pramodawardhani segera.
" Demung Mpu Pancapana?? Orang Mapatih Mpu Suryawisesa? Jadi kau anaknya? ", Wanara Biru masih kurang percaya dengan apa yang telah diucapkan oleh Pramodawardhani.
" Benar, aku putri kedua Demung Mpu Pancapana. Sekarang katakan terus terang, kenapa kau bisa bersama dengan kakek tua berbaju merah itu hah?", mendengar pertanyaan Pramodawardhani, Wanara Biru langsung tertawa terbahak-bahak.
Hahahahahaha...
"Gadis kecil, kau benar-benar sial. Kedatangan Dewa Niskala bersama kami adalah untuk membalas dendam atas kematian Sekipu yang sudah dibunuh oleh bocah bangsat itu. Karena kau berkawan baik dengan nya sekaligus kau anak dari orang Mapatih Mpu Suryawisesa, sekalian saja kami membunuh mu untuk mengurangi musuh di masa depan.
Dewa Niskala, gadis kecil ini bagian ku!!! ", teriak Wanara Biru sembari menerjang ke arah Pramodawardhani. Segera setelah Wanara Biru bergerak, seorang perempuan berbaju putih dengan cadar menutupi separuh wajahnya yang juga tergabung dalam kelompok Dewa Niskala langsung melesat ke arah Larasati.
Sementara itu, Dewa Niskala bersama dengan seorang kawan nya yang juga dikenal sebagai Iblis Gantung Langit langsung melompat ke arah Panji Rawit dengan mengerahkan seluruh kemampuan beladiri yang mereka miliki. Pertarungan sengit 7 pendekar berilmu tinggi di tepi tapal batas wilayah Kota Pakuwon Bojonegoro pun tak terelakkan lagi.
Whhhuuuuuugggg whhhuuuuuugggg..
Bllllaaaaaarrrr bllllaaaaaarrrr...!!!!!
Dua ledakan keras beruntun terdengar saat dua serangan ilmu kanuragan Dewa Niskala dan Iblis Gantung Langit mengincar Panji Rawit. Namun semua serangan mereka bukanlah sesuatu yang sulit untuk dihindari oleh sang pendekar muda.
Menggunakan Ajian Langkah Dewa Angin yang membuatnya tubuhnya seringan bulu burung perkutut, Panji Rawit mampu menghindari serangan musuh-musuhnya dengan gerakan secepat kilat. Ini membuat Dewa Niskala dan Iblis Gantung Langit harus membuat kesempatan untuk dapat menyergap Panji Rawit.
Berdasarkan pengalaman selama puluhan tahun malang melintang di dunia persilatan Tanah Jawadwipa, keduanya berhasil membuat Panji Rawit mati langkah. Secepat mungkin keduanya menyerang Panji Rawit dari arah yang berlawanan.
Melihat tidak mungkin lagi untuk menghindari, Panji Rawit dengan cepat merapal mantra Ajian Tameng Waja ajaran mendiang Maharesi Girinata. Cahaya kuning keemasan langsung menutupi seluruh tubuh Panji Rawit sesaat sebelum serangan Dewa Niskala dan Iblis Gantung Langsung datang.
Blllllaaaaaaaaaaaaaammmmm!!!!
Ledakan dahsyat kembali terdengar saat kedua tapak tangan kiri Iblis Gantung Langit menghantam punggung kanan Panji Rawit sementara Dewa Niskala meledakkan ilmu kanuragan nya pada dada kiri sang pendekar yang kini mendapatkan julukan sebagai Pendekar Tapak Petir.
Asap tebal menutupi seluruh tubuh Panji Rawit sementara Iblis Gantung Langit dan Dewa Niskala menyeringai lebar karena sangat yakin pemuda itu sudah tewas dalam serangan gabungan mereka.
Akan tetapi senyuman mereka menghilang seketika setelah asap yang menutupi seluruh tubuh Panji Rawit mulai menghilang tersapu angin. Mata kedua pendekar yang punya nama besar di dunia persilatan ini terbelalak, tak percaya dengan apa yang telah terjadi.
"B-bagaimana mungkin...?! "
Panji Rawit masih tetap tegak berdiri di tempatnya tanpa luka sedikitpun. Seolah-olah serangan kedua tokoh yang namanya sanggup membuat orang segan ini tidak berarti sama sekali. Menggores kulit ari Panji Rawit pun tidak sama sekali.
"Sudah cukup main-mainnya?? Sekarang giliran ku untuk membalas.. ", Panji Rawit langsung menyilangkan kedua tangan di depan dada. Mulutnya komat-kamit merapal mantra, menciptakan sebuah gelombang cahaya putih kebiruan yang menyambar-nyambar seperti kilatan cahaya petir.
" Ajian Guntur Saketi??!
Apa hubungan mu dengan Dewa Pendeta Bersayap Angin, bocah busuk? ", ucap Iblis Gantung Langit yang mengetahui ilmu kanuragan yang sedang digunakan oleh Panji Rawit.
"Tanyakan sendiri pada beliau di alam keabadian!! ", teriak Panji Rawit sambil melompat ke arah Iblis Gantung Langit dan Dewa Niskala.
Cepatnya gerakan Panji Rawit membuat kedua pendekar tua yang kenyang makan asam garam dunia persilatan gelagapan. Mereka berdua tidak punya pilihan lain selain memakan serangan cepat Panji Rawit dengan ilmu kanuragan mereka.
Dhhhuuuuuuuuaaaaaaaaarrr!!!
Tubuh Dewa Niskala dan Iblis Gantung Langit terpental ke belakang. Tangan kanan mereka hangus terbakar seperti baru tersambar petir. Sadar bahwa mereka bukan lawan yang sebanding dengan Panji Rawit, keduanya langsung memutuskan untuk kabur. Dengan isyarat anggukan kepala halus, dua pendekar tua itu langsung melesat ke arah yang berlawanan.
Tetapi Panji Rawit yang melihat kurang mengenakkan dari mereka, langsung melesat memapak pergerakan Dewa Niskala sambil mengibaskan tapak tangan kanan nya yang berselimut Ajian Guntur Saketi pada Iblis Gantung Langit.
Gelombang cahaya putih kebiruan langsung menghantam punggung Iblis Gantung Langit. Tubuh lelaki paruh itu seketika terdorong cepat ke arah batang pohon angsana. Sial baginya, sebuah patahan dahan yang lancip langsung menembus tubuhnya hingga punggung. Iblis Gantung Langit tewas dengan tubuh tergantung pada pohon.
Sedangkan di sisi lain, Panji Rawit dengan cepat menangkap leher Dewa Niskala yang sudah luka parah. Cekalan ini membuat Dewa Niskala tak berdaya.
"A-ampuni a-aku, pen-pendekar muudaaa.. Aku mo-mohon pada muu", hiba Dewa Niskala.
" Katakan alasan mu, kenapa kau begitu bernafsu untuk mengejar ku hah?! Tak mungkin seorang bawahan membuat mu sampai mati-matian seperti ini", Dewa Niskala yang sedang di ujung kematian, segera menjawabnya.
"A-aku hanya utusan dari Mahamantri Mpu Kendraswara. Aku diwajibkan untuk mencari uang sebanyak-banyaknya seb-sebagai persiapan untuk memberontak... "
Panji Rawit mendengus keras mendengar alasan itu. Tangannya gemetaran mencekik leher Dewa Niskala.
"Dasar manusia rendahan!! Kau mengorbankan nyawa manusia hanya untuk sebuah kekuasaan. Kau layak mati..!! "
Setelah berkata demikian, Panji Rawit langsung meremas batang leher Dewa Niskala.
Krreeeeekkkkkkk..!!
Seketika itu juga, Dewa Niskala tewas dengan leher patah. Panji Rawit langsung melemparkan mayatnya ke arah pohon angsana dimana Iblis Gantung Langit tewas menggantung.
Dari arah kejauhan, dua pasang yang terus mengawasi jalannya pertarungan, saking berpandangan melihat tewasnya dua dedengkot dunia persilatan itu. Salah seorang langsung berkata dengan lirih,
"Orang ini berbahaya, Kakang. Pimpinan harus segera di beritahu.. "
eh lha kok justru nyawa mereka sendiri yang tercabut 😆
modyar dengan express dan success 😀
bisa membuat tanah terbelah...keren! 👍
Ajian Malih Butha tak ada gregetnya di hadapan Lokapala 😄
up teruus kang ebeezz..🤗🤗
tuh kan bnr iblis pencabut nyawa cmn skdr nama.
nyatanya nyawa mreka sndiri yg di cabut