Matilda seorang bad girl di sekolah barunya, dia harus menelan kenyataan pahit tentang fakta perceraian kedua orang tua nya.
Sampai dia mengenal bad boy yang di kenal kejam di sekolah barunya, sialnya orang itu justru yang memberi fakta perceraian kedua orang tua nya.
Sempat berlika-liku untuk mencari tahu faktanya, sampai akhirnya Matilda mengetahui sifat asli ayahnya seperti apa.
Ya, ayah nya sendiri yang membuat hubungan orang tuanya hancur.
Seiring waktu berjalan, mereka akhirnya saling cinta dan bersatu untuk menumpas ketidakadilan yang di lakukan oleh ayah nya Matilda.
Bagaimana kisah percintaan mereka? apa ada orang ketiga di antara mereka? bisakah mereka bersama menegak keadilan? dan bagaimana caranya? ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09.
Di gerbang sekolah, Matilda kembali menatap bangunan sekolah dalam keadaan hatinya yang sedang rancu.
Dia memanipulasi masalah nya dengan senyuman merekah di bibirnya. Menyapa guru dengan ramah yang sedang mengontrol kerapihan seragam murid yang datang.
Dia masuk dengan lugunya melihat ketampanan Apit yang sedang menunggunya di balik tembok.
"Mau ke kelas bareng?" Sapanya dengan senyuman.
Saat ingin menghampiri Apit, lebih dulu ada Frisca yang meraih pergelangan tangan Apit sambil merengek meminta maaf.
"Pit, gue gamau putus, gue mohon banget, gue minta maaf untuk semuanya" Kata Frisca yang menyesal.
Matilda tersenyum jahat melihat tingkah laku gadis itu, langsung melerai pegangan tangan nya "Apit sekarang mau sendiri, lu gausah ganggu dia lagi, paham lu!"
Tak lupa juga Frisca merengek meminta maafnya kembali ke Matilda. Karena sudah menyesal banget dengan perbuatannya.
Matilda tidak semudah itu menerima permintaan maaf nya, sampai dia benar-benar merasakan apa yang dia rasakan saat itu.
"Jauh-jauh lu dari gue, maaf lu gue tolak" Ketus Matilda dengan wajah seram.
Frisca sungguh tulus meminta maaf, dia bahkan ingin mentraktir Matilda di kantin nanti saat istirahat.
"Gue bilang cukup" Pekik nya yang membuat sedikit kehebohan di depan gerbang.
"Kalian bertiga mau ribut lagi? Apa mau kalian dapat hukuman berat?" Sahut Pak Feri menghampiri.
"Engga pak, Niat Frisca ingin minta maaf tapi Matilda malah marah-marah" Frisca mengadu.
Mendadak kedua mata Matilda membulat setelah mendengar pembelaan diri darinya "Sopan banget ya kamu" Katanya sedikit meninggikan suara.
Apit langsung membawa Matilda sebelum menjadi masalah yang serius untuknya.
"Lepasin" Kata Matilda yang risih saat digandeng paksa oleh Apit, dia juga dalam keadaan yang tidak lagi baik-baik saja.
"Lu kenapa bawa gue menjauh dari Frisca? Apa lu gamau dia di bully sama gue? Lu mau ngebela cewek itu?" Amuk Matilda.
"Gue tau lu dendam sama dia, tapi lu juga paham dikit lah, apa lagi tadi kemarin barusan masuk ruang konseling" Jawab Apit mengklarifikasi.
Matilda menghela nafas kasar sambil menyilangkan kedua tangan di dada "Iya terus kenapa kalau kemarin gue masuk ruangan itu?" Elaknya.
"Gue gamau lu dikeluarkan dari sekolah ini, gue gamau pisah lagi sama lu Matilda" Kata Apit sedikit menenangkan amarah Matilda.
Matilda langsung menciut mengingat ayahnya juga dirumah lagi sakit, Dia cepat masuk ke kelas nya tanpa mengajak Apit.
Apit mengekor dari belakang nya sambil ngedumel sedikit "Tungguin gue, kebiasaan main nyelonong"
Alena Dan Diora yang sudah ada dikelas langsung menyambut baik Matilda ketika dirinya sudah sampai kelas.
"Lu berangkat bareng cowok itu?" Tanya Alena menunjuk ke perawakan nya Apit.
"Enggak, tadi gue ketemu di gerbang sekolah kebetulan kembaran Limbad itu nungguin kedatangan gue, malah dia ngekor dari belakang" Jawab Matilda mengklarifikasi.
"Jahat sekali mulut lu Til" Sahut Apit yang mendengar
Niko mendengar omongan tiba-tiba dia terhentak tertawa terbahak-bahak "Anjir Limbad cuk"
"Diam lu jamet" Protes Apit
"Mana ada ya, gue sudah potong rambut klimis nih" Niko menghentak obrolan dengan sedikit bergaya songong
Matilda menarik nafas sambil menutup kedua telinga " Lu juga sama, mirip pak tarno, ga sadar gigi lu offside gitu" Sarkas Matilda.
Omongan Matilda menyelekit setajam pisau, paling demen kalau sudah body shaming ke para pria, kedua pria itu sampai menggeleng kepala.
Guru datang untuk menertibkan anak-anak yang mengobrol.
**
Diatas rooftop jam istirahat, Matilda menyendiri menikmati angin yang berhembus melihat betapa normal nya siswa yang sedang beraktivitas di lapangan.
Tanpa ada gangguan seseorang untuk lawan ngobrol, emang menyendiri itu sudah kebiasaan nya Matilda, sempat ditawarin ke kantin oleh Alena, gadis itu menunjukan bekal dari rumah sampai membawanya ke atas rooftop dengan kehampaan.
Lagi-lagi dalam ingatannya melintas sebuah perceraian kedua orang tuanya, sampai saat ini dia muak kalau bertemu dengan Frisca.
Permintaan maafnya juga di tolak beberapa kali, sampai akhirnya Matilda menyudahi menyendiri nya untuk bertemu dengan Frisca.
Keputusan sudah bulat, niatnya Matilda ingin tidak membuat ayahnya repot, sampai dia selalu menghindari masalah setiap ketemu wajah Frisca.
Setelah dipikir kalau dibiarkan saja tanpa ada perlawanan membuat dirinya seakan lemah di mata dia.
She is danger
Menampar, menjambak rambut Frisca tiba-tiba menggeret nya ke toilet dan mengguyur nya pakai air pel.
"Dendam gue baru dimulai, lu salah pilih lawan Frisca" Dingin Matilda.
Frisca berdiri dengan menggulung baju di kedua lengan nya sampai bahu. Tampak terlihat seragam nya sudah menjadi tanktop dadakan.
Seakan dia sudah siap ribut, Matilda juga menggulung baju di kedua lengannya, sampai akhirnya mereka saling tatap kebencian.
"Padahal gue juga sudah minta maaf ke elu, lu kalau mau ribut gue jabanin, dan dengar Lu yang rebut kebahagiaan gue dulu, lu juga yang sudah rebut Apit dari gue" Ketus Frisca tak kalah heboh.
"Rebut kata lu? Silahkan ambil tuh cowok kampung yang lu demen, gue ga butuh! gue ga permasalahkan itu ya monyet!, yang gue kesal dari lu, lu berani sentuh hubungan orang tua gue" Kata Matilda seakan kekesalan nya sudah di ujung tanduk dia langsung memfiting leher gadis itu menyudutkan nya ke tembok kamar mandi.
Karena Frisca tidak bisa menahan sesak di lehernya, dia meminta ampun sambil meminta maafnya kembali.
"Tolong lepasin gue bisa mati, gue ngaku salah, tolong" Rengek Frisca.
Matilda mengeluarkan air mata, melepas fitingan lehernya sambil memeluk Frisca "Lu tuh sahabat kecil gue ter-anjing tau ga" Desisnya.
Frisca bener-bener tersentuh dengan perkataan nya, walau dia sudah jahat tapi hati Matilda lembut banget seakan ingin dendam tapi tidak mau membuat sahabat nya itu terluka.
Frisca membalas pelukan nya dengan erat, kedua gadis itu sama-sama menangis setelah pertengkaran. Permintaan maafnya pun sudah dimaafkan Matilda.
"Jujur gue emang ada niat mau dendam sama lu, karena dulu lu yang nolong hidup gue, jadi gue ga bisa jahatin lu" Kata Matilda yang menatap wajah Frisca sambil memegang kedua pundak, menurunkan lengan baju yang terangkat.
"Gue balikin Apit sama lu sekarang" Jawab Frisca berkaca-kaca
"Ga butuh, lu ambil aja Apit dari gue, akar dari masalah ini juga kan dari kembaran Limbad" Kata Matilda membuat Frisca mengerut Kening.
"Kembaran Limbad siapa njir" Tanya Frisca.
"Apit"
Frisca ga bisa tahan tawa nya, kemudian mereka akur tanpa ada kebencian, menjadi sahabat seperti dulu yang tak mau kenal arti cinta dari seorang pria.
"Gue juga sudah putuskan buat ga pacarin Apit, biar adil" Jari kelingking damai dari Frisca yang kemudian Matilda selipkan mereka keluar toilet dengan berdamai, berjalan saling rangkul yang membuat semua murid terheran-heran
JADE ( Who Stole My Virginity )