Dinda pus pita sari adalah seorang wanita kupu kupu malam, yang terkenal dikalangan pria hidung belang.
tarif yang diberikan sangat fantastis, sekali kencan bisa buat beli mobil Fortuner. tapi sesuai hukum alam semua orang pasti memiliki pasangan.
sama hal nya Dinda, yang terserang virus cinta, kepada pemuda yang bernama Azzam , dia hanya seorang SANTRI pengabdi dalem sang guru .
"aku hanya seorang santri biasa Din. tidak akan mampu membiayai kamu, apa yang kau sukai dari ku"
bagaimana kah kelanjutan kisah cinta dinda?
apa kah orang tua Azzam akan setuju?
ayo ikuti terus cerita nya...
jika anda suka dengan cerita nya jangan lupa succerep, like, share dan komentar nya
selamat membaca......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hima Al palembangi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
Arif mendekati istri nya, yang sudah menunggu . walau sebenar nya hati Arif takut bercampur malu bercampur aduk seperti es campur, pasti bisa bayang kan lah nya....
"ohhh, rupanya disini, mi ting sama Kelayan mas? Sudah mulai pintar berbohong kamu mas!, dengan tatapan tajam Tia berbicara ke arah Arif yang sudah berdiri tegak lurus di hadapan nya
"sudah lah ma, ayo pulang,
"enak saja kalau kamu bilang mas, aku selalu sabar pada mu? tapi ini kah balas mu? pada ku?, nerocos alias Omelan Tia dimulai tanpa menghiraukan siapa yang ada di sekitar nya, dengan tangan kiri memegangi punggung nya, karna menahan perut yang sudah besar itu
"ayo pergi saja ma, kita selesaikan dirumah, tutur Arif lembut sambil mengandeng Tia dan tertunduk malu
"lepas kan aku, Tia menghempas kan tangan Arif, lalu balik kiri berjalan sejajar menuju pintu keluar, "kamu yang harus malu mas, sudah tahu istri hamil tua masih saja main api, kalau mau membunuh ku tidak usah seperti ini mas, comelan Tia sambil menjewer Arif menarik keluar, dengan mata Tia yang mulai berkaca kaca tapi tia mencoba menahan nya agar tidak jatuh
"lepas kan ma, malu dilihatin itu Lo. Ucap Arif sambil menyingkirkan tangan Tia yang ada di telinga nya, tangan Tia terlalu kuat hinga tidak bisa lepas dari telinga Arif
semua orang yang ada didalam cafe tertawa melihat adegan yang sangat seru itu, apa lagi pelangan yang diluar baru datang mereka semua tertawa terbahak bahak, karna adegan yang seperti ini jarang mereka jumpai
"sudah ma, lepas kan malu itu sama yang lain. Ucap Arif sambil menarik tangan Tia
"dasar buaya darat, ucap Tia sambil melepaskan Arif dengan mendorong nya, hinga Arif terhempas menatap pintu mobil depan
"Hoy itu bukan buaya darat buk, tapi buaya buntung, teriak pelanggan yang memakai baju kuning terlihat pusar nya, sambil tertawa terbahak bahak
"itu nama nya sosis, teriak lagi pelangan yang lagi duduk didepan cape dengan memandang Arif dan Tia yang hanya berdiri saling hadap hadapan tanpa kata
"sosis, su ami takut istri, hari gini su Ami takut istri, gadaikan saja itu, ke bank pelecet, kan lumayan, terik Lina dari pintu luar yang sudah memakai pakaian yang rapi lagi, dan dengan tawa an
Tia dan Arif malam itu jadi bahan olok olokan para tamu cape, dan bahan tawaan mereka, tanpa banyak bicara Tia dan Arif langsung meningal kan cafe itu, sedang kan tamu masih tertawa lepas begitu bahagia nya.
ibu Hasanah yang lagi santai didalam rumah merasa terusik karna, dari tadi mereka berisik dan tertawa lepas seakan akan baru mendapat kan harta Karun atau mas batangan, . Ibu Hasanah keluar dari dalam rumah nya menghampiri sumber keramaian itu
"ada apa ini ndok? Tanya ibu Hasanah sambil berjalan mendekati Dinda yang berdiri didepan rolling cape
"itu Lo buk, pelangan Lina, di datangi istri nya, marah marah tidak jelas ,ucap Dinda dengan cengengesan
"ohh alah, saya kira kalian dapat apa gitu, tutur ibu Hasanah dengan lemas karna mendengar penjelasan Dinda yang menurut nya sudah biasa dengan itu semua
"iya kan lucu buk, masak laki laki takut sama perempuan, terus dimana harga diri nya itu, ucap Dinda yang masih dengan cengengesan
"harga diri nya ada di pasar Jum'at Din, cetus Lina sambil tertawa mendekati Dinda dan ibu Hasanah
semua tamu yang ada kembali tertawa mendengar celoteh an dari Lina, ibu hasanah langsung menatap Lina dengan tatapan tajam dan mata yang melotot , bagaikan burung elang yang akan memangsa musuh nya