Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Saat sudah tiba di area pesantren. Tak sengaja Ustadz Rehan menangkap sosok wanita cantik alami, putih bersih, bulu mata lentik yang indah, bibir yang ranum. Membuatnya tidak bisa berpaling dari sosok wanita cantik tersebut.
"Ekheemm... Kamu lihatin apa, Nak? Sampek nggak berkedip gitu." tegur Umi Zahra membuat Ustadz Rehan tersadar.
"Ahh nggak papa kok, Umi. Emm ada santri baru yaa, Um."
"Iyaa, anaknya temen Abah mu."
"Iyakah, siapa namanya, Um?"
"Namanya Fifia Humaira, panggilannya Fifia atau Fia."
"Nama yang indah seperti orangnya." gumam Ustadz Rehan namun masih terdengar oleh Abah Shodiq dan Umi Zahra.
"Kamu tau orangnya?" tanya Abah Shodiq.
"Itu kan Abah santri baru yang namanya Fifia." Ustadz Rehan menunjuk Fifia yang tengah membantu teman-temannya membersihkan halaman pesantren.
"Iyaa benar, Nak. Kamu menyukainya?" tanya Umi
"Suka sih iyaa, Umi. Tapi kalau cinta belum. Mungkin aku mau lebih dekat mengenalnya dulu."
Umi Zahra nampak tersenyum senang mendengar penuturan putra semata wayangnya. "Alhamdulillah.... Bagaimana kalau kalian ta'aruf saja. Biar lebih cepat kenalnya, dekatnya, lalu menikah." ucap Umi Zahra berbinar.
"Umi, Fifia baru saja masuk pesantren ini. Abah di beri amanah oleh Umar untuk membimbing putrinya agar menjadi anak yang sholehah. Putrinya Umar baru saja satu hari di pesantren ini. Biarkan dia menuntut ilmu sedalam mungkin. Jangan kita ta'aruf kan mereka. Jika memang Rehan menyukai Nak Fia. Tunggulah sampai dia menjadi orang yang cukup ilmu." ucap Abah Shodiq lembut.
"Aku nggak papa Abah jika harus menunggunya lebih dulu. Satu tahun, dua tahun, atau bahkan tiga tahun juga tidak masalah. Aku akan tetap menunggunya" ucap Ustadz Rehan mantap.
"Tapi Abah, Fifia juga masih bisa menuntut ilmu setelah menikah dengan Rehan nanti. Tidak masalah jika dia ta'aruf an sekarang dengan anak kita."
"Umi, Nak Fia belum tentu mau ta'aruf dengan anak kita. Alangkah baiknya, biarkan dia menuntut ilmu lebih dulu. Jangan ganggu dia yang tengah mencari ilmu sedalam-dalamnya hanya karena kepentingan pribadi kita." ucap Abah Shodiq lembut membuat Umi Zahra menunduk lesu.
Umi Zahra memang sudah sangat menginginkan menimang cucu. Apalagi putranya yang sudah menginjak umur 27 tahun. Ketika putranya menyukai Fifia. Ia sangat senang sekali, karena ia ingin segera putranya menikah dan memiliki anak.
Namun apa yang di katakan oleh Abah Shodiq memang juga ada benarnya. Lebih baik ia membantu Fifia membekali ilmu yang cukup. Menjaganya dengan baik.
"Umi jangan sedih. Suatu saat Rehan pasti akan bawakan menantu yang cantik untuk, Umi. Yang pasti itu adalah Fifia." hibur Rehan.
Yulia yang tak sengaja melihat mobil yang di kendarai oleh Abah Shodiq masuk ke area pesantren. Diam-diam ia mengikuti mobil tersebut. Ia bersembunyi di balik pohon besar.
Netranya berbinar, bibirnya tak henti-hentinya tersenyum lebar saat melihat sosok lelaki tampan, tinggi tegap tersebut keluar dari mobil tersebut. "Alhamdulillah.... Beliau selamat sampai di pesantren ini." ucapnya bersyukur.
Yulia terus saja memandang sosok lelaki tampan tersebut hingga lelaki itu menghilang di balik pintu. "Semoga Allah mengabulkan doa-doa ku di sepertiga malam." gumamnya.
Tanpa Yulia sadari, ada sepasang mata yang tengah melihat dirinya bersembunyi di balik pohon tersebut. Apa yang Yulia katakan dan lihat. Semua tak luput dari penglihatan orang tersebut. "Ternyata dia yang ia cintai." gumam orang itu nyaris tak terdengar.
Yulia pun lantas pergi sebelum ada yang melihat dirinya yang tengah mengintip.
"Ehh Mbak, habis dari mana? Kok lama." ucap Sherly yang masih sibuk mencabuti rumput.
"Habis bersih-bersih ndalem. Pas mau ke sini malah ke belet berak. Aku suruh Mbak Fia dulu ke sini dan aku ke kamar mandi karena udah nggak tahan."
"Iyaa, Sher. Apa yang dikatakan Mbak Yulia benar." timpal Fifia.
"Mbak, tolong bantuin aku buang sampah ini di halaman belakang." pinta Nayla pada Fifia.
"Mbak udah mutusin belum, mau menghafal Al-Qur'an apa tidak? Soalnya tadi aku nggak sengaja ketemu Ustadzah Nurul. Beliau ingin aku menyampaikan pertanyaan itu pada, Mbak." ucap Nayla saat sudah berada di halaman belakang.
"Emm aku masih bingung. Belum tau juga mau menghafal Al-Qur'an apa nggak nya." Fifia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Saran aku yaa, Mbak. Lebih baik Mbak Fia ikut menghafal Al-Qur'an saja. Bacaan Mbak itu bagus loh. Kalau aku dengar-dengar dari bacaan Al-Qur'an Mbak yang kemarin itu, sepertinya Mbak paham hukum-hukum ilmu tajwid. Hingga Mbak membaca Al-Qur'an jadi bagus gitu." ucap Nayla sembari membakar sampah-sampah yang ada di sana.
Fifia mengetuk-ngetukkan jemarinya di dagunya. "Sebenarnya aku memang paham hukum bacaan tajwid. Karena kakak ku yang mengajari ku. Dia lulusan pondok pesantren Roudlotut Tholibin di Jawa Tengah. Dia sering mengajari ku mendalami ilmu tajwid dan memperbaiki bacaan Al-Qur'an ku"
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr