Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 10
"Jadi ini Rendra. Si gembul cengeng itu?" Tiba-tiba Devan teringat akan laki-laki kecil yang selalu merebut perhatian kedua orang tuanya, dengan menangis.
Rendra bungkam. Ia menatap pria tampan yang menjulang dihadapannya. Tatapan itu tetap tajam dan dingin. Lagi-lagi Rendra menelan saliva.
'Tak bisa kah ia melupakan gembul dan cengeng itu?' gumamnya kesal dalam hati.
Ucapan Devan membuat kedua orang tuanya tersenyum mengingat hal tersebut.
"Baiklah Om, Tante. Sepertinya aku harus kembali bekerja," ujar Rendra menyudahi percakapan.
Rehan dan Linda mengangguk. Berbeda dengan Devan. Ia tetap dengan ekspresi dinginnya.
"Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi," lanjut Rendra kemudian.
Setelah kepergian Rendra. Linda kembali menatap putranya. Devan menghela napasnya. Ia tahu, akan banyak hal yang harus ia lewati bersama ibu tercintanya ini.
"Ma ... aku tak bisa menjelaskan apapun saat ini. Aira belum pulih benar. Bisakah Mama kesampingkan ini?" Pinta Devan memohon.
Linda sangat tahu. Wajah penyesalan putranya sangat kentara. Tapi, ia butuh penjelasan.
"Mama tak memarahi mu, Dev. Tapi, jika kau menyakiti Aira. Mama sarankan. Lepaskan, Aira. Gadis itu berhak bahagia."
Ucapan Linda seperti kilatan petir menyambar. Wajah dan tubuh Devan menegang kaku. Detakan jantungnya berpacu. Ada goresan kecil di sana yang membuatnya perih.
Sedangkan di ruang lain. Rendra selesai membuat laporan tentang kesehatan salah satu pasiennya.
"Aira ..." cicitnya pelan.
Jemarinya mengurut kening. Bibirnya melengkung laksana sabit. Pria dengan postur tubuh tegap dan atletis ini teringat, ketika ia memeriksa Aira tadi.
Wajah cantik alami terpatri pada raut yang nampak bingung. Jujur ia terpesona melihat paras ayu itu.
Pria itu mengingat ketika wanita yang menjadi pasiennya itu bertanya.
"Saya di mana?" Suara merdu terdengar di telinga Rendra.
Netra Aira yang bening dan indah. Begitu menghanyutkan Rendra, hingga nyaris mengabaikan pertanyaan gadis itu.
"Anda di rumah sakit, Nona," jawab Rendra ramah.
Wajah pias itu nampak kebingungan. Rendra lalu menjelaskan kejadiannya. Nampak Aira menghela napas berat.
"Lalu, kenapa pria itu bisa ada di sini?" Tanya Aira pelan, nyaris tak terdengar.
Sayang. Pendengaran Rendra sangat baik. Jadi, pria itu mengernyit heran.
"Pria itu? Siapa?" Tanya Rendra bingung.
Aira tampak mengatup bibirnya rapat.
"Maksud Saya. Suami saya yang baru keluar tadi?" Ujar Aira dengan rona merah di pipi.
Rendra menatap jelas perubahan ekspresi gadis yang masih lemah itu. Rendra bukan seorang psikolog. Tapi, ia juga pintar melihat perubahan ekspresi seseorang dan bisa menganalisanya dengan baik.
Rendra sangat yakin akan penilaiannya.
"Ah. Beliau memang sudah di sini semenjak kemarin malam. Tampaknya kepolisian telah memberitahukannya," jelas Rendra.
Aira bungkam. Rendra telah memeriksa semuanya.
"Kondisi Anda semakin membaik, Nona. Respon tubuh Anda cepat mengolah nutrisi yang kami berikan," jelas Rendra lagi sambil tersenyum ramah.
"Baiklah. Dalam beberapa hari ke depan, jika respon tubuh anda lebih cepat. Anda bisa pulang dengan sesegera mungkin," lanjutnya.
Rendra menghela napas. Mengutuk perasaan yang mulai condong ke salah satu pasiennya. Dan itu melanggar kode etik.
"Tapi memang dia sangat cantik," ujarnya bermonolog.
"Ih ... masa aku jadi pebinor sih?!" Teriaknya gusar sambil mengacak rambutnya gemas.
Bersambung.
Nah loh ... Dev? Suruh pisahkan loh...
hai hai ... boleh dong minta like love and vote.
othor pasti sangat bahagia jika para readers meringankan jempolnya.
biar othor makin semangat nulis nya.
emang sih. othor tamak. 3 cerita langsung dibuat. cm begitu lah.
makasih sekali lagi
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya