NovelToon NovelToon
Tawanan Tuan De Santis

Tawanan Tuan De Santis

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Damien De Santis merupakan pembuat senjata dengan spesifikasi luar biasa. Dia jadi pemasok beberapa organisasi mafia Italia. Namun, dirinya dibuat jengkel, saat berurusan dengan Patrizio Mazza. Damien yang hilang kesabaran memutuskan menghabisinya, kemudian membawa pergi adik tiri pria itu yang bernama Crystal Guida Mazza.

Crystal dijadikan tawanan, hingga rahasia besar tentang gadis itu mulai terkuak. Damien bahkan rela melindungi, setelah mengetahui jati diri Crystal yang ternyata akan sangat menguntungkannya.

Siapakah sosok Crystal? Mengapa dia jadi incaran mafia lain? Lalu, apa alasan Damien mati-matian melindungi gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Billiard

Damien memilih duduk di ujung tempat tidur, dengan posisi setengah membungkuk. Dia membelakangi Crystal, memperlihatkan punggung serta pundak yang terlihat kokoh.

"Apa yang terjadi?" Crystal turun dari tempat tidur, kemudian melangkah ke hadapan Damien. "Berceritalah jika kau mau," ucapnya pelan.

Mendengar tawaran seperti itu, membuat Damien mengangkat wajah. Ditatapnya paras cantik Crystal yang tetap terlihat menawan, meski tanpa riasan.

Damien menatap lekat gadis di hadapannya. Dia terdiam, ketika Crystal tiba-tiba merengkuh, lalu membelai lembut rambut bagian belakangnya. 

“Jangan,” tolak Damien, yang segera menyingkirkan tangan Crystal dari belakang kepalanya. 

“Kenapa?” Crystal menatap keheranan, seraya mundur beberapa langkah, saat melihat Damien berdiri. 

Damien menatap gadis itu beberapa saat, sebelum berbalik ke pintu. “Temani aku,” ajaknya, tanpa memberikan alasan apa pun. Dia langsung berlalu ke pintu.

Crystal terpaku sejenak, sebelum mengikuti Damien keluar kamar. Dia melangkah penuh waspada, sambil sesekali memperhatikan punggung kokoh pria tampan tersebut. 

“Kita mau ke mana?” tanya Crystal penasaran, seraya terus mengekor langkah tegap Damien. 

Namun, Damien tak menjawab. Dia terus berjalan, bahkan tanpa menoleh sama sekali. Damien baru berhenti, setelah tiba di depan sebuah ruangan tak berpintu, yang merupakan tempat bermain billiard.

Damien masuk, lalu berjalan ke sisi sebelah kiri ruangan. Dia mengambil satu tongkat billiard, lalu mendekat ke meja di mana sudah tersedia bola di tengah-tengah. 

“Luar biasa.” Crystal menatap seisi ruangan, yang dihiasi beberapa botol minuman bermerk. 

“Ambilkan aku minum,” suruh Damien datar, sebelum memulai permainan. 

“Kau ingin minuman yang mana? Aku ___”

“Sama saja,” sela Damien. “Aku menyukai semuanya.” 

Crystal mengangguk, kemudian mengambil salah satu botol dan sebuah gelas. Tanpa diminta, dia menuangkan ke dalamnya. Gadis cantik bermata biru tersebut kembali ke dekat Damien, lalu memberikan gelas yang sudah diisi tadi. 

“Terima kasih,” ucap Damien, langsung meneguk minuman itu hingga tersisa setengah. Dia meletakkan gelas di sisi meja, sebelum bermain. Damien memperlihatkan kebolehannya di hadapan Crystal, yang terus memperhatikan.

Crystal tersenyum kecil, diiringi tatapan penuh arti. Ada rona kekaguman dalam sorot mata gadis berusia 22 tahun tersebut. Tak dapat disangkal, Damien memang sangat luar biasa. 

“Sejak kapan kau mulai minum?” tanya Crystal, memecah kebisuan yang bertahta selama beberapa saat.

“Aku lupa,” jawab Damien datar, sambil terus bermain.

“Kau juga sangat mahir bermain billiard,” ucap Crystal lagi.

Damien yang sudah bersiap membidik bola, mengalihkan perhatian pada gadis itu, lalu menegakkan tubuh. Dia menghampiri Crystal, yang berdiri dekat gelas dengan sisa minuman tadi. “Permainan apa yang membuatmu tertarik?” tanyanya.

Crystal tersenyum kikuk, seraya mengangkat bahu. “Entahlah. Aku tidak bermain apa pun. Aku bahkan bingung dengan tujuan hidup sendiri.”

“Menyedihkan,” ledek Damien datar.

Bukannya tersinggung, Crystal justru tertawa renyah. “Kau tak akan sanggup jadi diriku, Tuan De Santis,” ujarnya penuh percaya diri.

“Itulah kenapa aku terlahir sebagai Damien,” balas pria tampan bermata hazel itu, membuat Crystal langsung diam. “Aku tak ingin jadi siapa pun. Jika harus memilih, mungkin aku akan meminta tak pernah terlahir ke dunia.”

“Apa aku tak salah dengar?” Crystal melipat tangan di dada. “Sulit dipercaya jika kau ternyata serapuh ini.”

“Bukan rapuh, Nona,” bantah Damien, berusaha mempertahankan harga diri. Diletakkannya tongkat billiard, lalu mendekat ke hadapan Crystal. “Terkadang, aku merasa galau. Kurasa itu sangat manusiawi,” kilahnya.

Lagi-lagi, Crystal tertawa renyah. 

“Kenapa? Apanya yang lucu?” Damien menatap tak mengerti.

“Kau,” jawab Crystal, menghentikan tawanya. Dia makin mendekat, hingga hanya menyisakan sedikit jarak dengan Damien. “Apakah itu artinya kau masih memiliki hati nurani?”  

“Pertanyaan bodoh,” cibir Damien, seraya mengambil tongkat billiard yang diletakkan tadi. Dia melanjutkan permainan. 

Selagi Damien asyik bermain sendiri, Crystal hanya memperhatikan. Namun, lama-kelamaan dirinya diserang kantuk luar biasa. Demi tetap terjaga, gadis itu mengambil gelas dengan sisa minuman yang sudah diteguk Damien. Dia mengamati beberapa saat, seakan ragu untuk mencicipinya. 

“Kenapa?” tanya Damien, yang menghentikan permainan karena melihat sikap aneh Crystal. 

“Seperti apa rasa minuman ini?” Crystal balik bertanya. 

Damien tak langsung menjawab. Dia tersenyum samar, lalu kembali ke dekat gadis cantik bermata biru itu. “Apakah kau belum pernah mencicipi minuman seperti ini?” tanyanya, dengan tatapan berbeda dari sebelumnya.

Crystal menggeleng pelan. “Aku tidak tertarik, atau sekadar penasaran. Banyak orang kehilangan akal sehat dan kontrol dalam diri, setelah mengonsumsi minuman keras.”

“Tergantung seberapa banyak kau meminumnya, Nona.” Damien tersenyum kecil, lalu mengambil gelas dari tangan Crystal. “Satu atau dua teguk saja tak akan membuatmu mabuk, apalagi sampai kehilangan akal sehat.”

“Aku yakin rasanya tidak seenak jus jeruk.”

“Di mana logikamu? Aku tak akan meminum jus jeruk untuk menghilangkan suntuk.” Damien menggeleng samar, kemudian meneguk sedikit sisa minumannya. Dia makin mendekat ke hadapan Crystal.

Sorot mata Damien terlihat makin aneh. Begitu juga dengan ekspresi wajahnya. “Apa saja yang sudah kau lakukan selama ini?” 

Crystal menggeleng pelan, lalu tertunduk. 

“Apakah Patrizio melakukan sesuatu padamu?” tanya Damien pelan dan dalam, dengan tatapan penuh selidik.

Crystal kembali menggeleng, lalu menatap lembut Damien. “Dia pernah mencoba menyentuhku. Untunnya tidak berhasil. Aku beruntung karena tak harus merasa jijik pada diri sendiri."

"Bagaimana jika aku yang menyentuhmu?"

1
Aurizra Rabani
kyanya ada yang sengaja nabrak deh
Aurizra Rabani
pinjamin cd mu atuh ceu, kasian tar masuk angin 🤣🤣🤣
Anellakomalasari: 𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚖𝚊𝚝, 𝙼𝚊𝚔
total 1 replies
Aurizra Rabani
lanjut
Aurizra Rabani
Eleanor patuh nya kebangetan
Aurizra Rabani
crystal ngompol haist pesing dong 🤭
Anellakomalasari: 𝙳𝚒𝚝𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊, 𝙼𝚊𝚔. 𝙱𝚎𝚋𝚊𝚜𝚒𝚗 𝚊𝚓𝚊
total 1 replies
Aurizra Rabani
wow bab awal sudah berdarah darah,...
Titik pujiningdyah
jangan2 isinya bumbu dapur
Aurizra Rabani: itu alat cukur bu
Anellakomalasari: 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝 𝚊𝚕𝚊𝚝 𝙺𝙱, 𝙼𝚊𝚔
total 2 replies
Titik pujiningdyah
aiiih!!!
Shanty Yang
masuk dalam antrian daftar baca dulu ya thor 🥰❤️😘
Anellakomalasari: 𝚂𝚒𝚊𝚙, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
Titik pujiningdyah
asal gk dijadikan santapan buaya masih aman
Dunia hiburan
Luar biasa
Anellakomalasari: 𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑, 𝙺𝚊𝚔
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!