Pernikahan Arika dan Arian adalah pernikahan yang di idam-idamkan sebagian pasangan.
Arika begitu diratukan oleh suaminya, begitupun dengan Arian mendapatkan seorang istri seperti Arika yang mengurusnya begitu baik.
Namun, apakah pernikahan mereka akan bertahan saat sahabat Arika masuk ke tengah-tengah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Part 31 ~Resmi bercerai~
Arian keluar dari persidangan. Mereka benar-benar sudah berpisah.
Raiden mengandeng Arika, melihat keduanya hati Arian benar-benar hancur. Sudah tak ada lagi harapan baginya untuk Arika.
Arika tersenyum ke arah Arian dan Ema yang baru saja datang. Setelah itu pergi bersama dengan Raiden, masuk ke dalam mobil.
Arika benar-benar bernapas lega saat pengadilan sudah berkata jika mereka bukan lagi suami istri.
"Gimana perasaannya?" tanya Raiden.
"Lega, mas," jawab Arika tersenyum.
"Syukurlah."
Arika mengangguk, ia genggam tangan Raiden.
"Makasih ya, mas. Kamu sudah membantuku untuk berpisah dengan mas Arian."
"Udah kewajibanku, sayang," jawab Raiden. "Kapan kita atur hari pernikahan kita?"
"Tanya ibu aja, mas. Hari baiknya di mana," jawab Arika yang sudah begitu welcome ke Raiden.
"Baiklah, sayangku." Raiden mencium pucuk kepala Arika dan melajukan mobilnya, meninggal pengadilan.
"Nanti kalau kita udah nikah mau balik ke jepang?"
"Enggak bisa di sini aja, mas? Arvi dan Shaka baru dua minggu sekolah di sini, tidak mungkin mau ngambil surat pindah lagi."
Raiden terdiam sesaat, ia berpikir sama dengan Arika. Namun, bagaimana dengan sang ibu? Perusahaannya di jepang? Tapi demi Arika, ia usahakan bisa menetap di indonesia.
"Kita bangun rumah atau beli aja, sayang?" tanya Raiden.
"Untuk membangun pasti masih cukup waktu lama, mas. Dan di apartemen cuma ada dua kamar. Tidak mungkin kita tinggal di apartemen berlima?"
"Iya juga, ya. Berarti kita beli aja?"
Arika mengangguk. Karena begitu asik mengobrol mereka tidak merasa perjalanan sudah ingin sampai di apartemen.
"Beli makanan di luar aja. Kamu pasti capek mau masak lagi sampai rumah. Mama sudah nelpon aku, buat beli makanan, sebab stok bahan masakannya udah habis juga."
"Beaok aku akan ke supermarket buat belanja, mas."
"Mas temani."
"Enggak usah, bukannya kamu bakal sibuk meeting online? Jangan ditunda-tunda lagi, aku bisa sendiri kok."
"Baiklah, bawel."
Raiden sehingga di cafe untuk memesan makanan buat mereka makan di apartemen nanti bersama dengan anak-anak dan ibu Harum.
Singkat cerita. Mereka pun sudah di apartemen, Arika membersihkan badannya dulu sebelum makan bersama.
Sedangkan Raiden bermain game bersama kedua si bocah kembar.
"Raiden kamu mandi dulu, berhenti main gamenya," ucap sang ibu.
"Sebentar lagi, obasan. Hampir turnamen ini," ucap Arvi tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Ibu Harum geleng-geleng kepalanya, akhirnya wanita itu diam. Dan menunggu Arika selesai mandi, biar Arika yang memarahi mereka.
Arika keluar dari kamar dengan keadaan segar. Ia melihat ketiga lelaki beda generasi itu sibuk bermain game.
"Mas Raiden, kenapa belum mandi sih?" tanya Arika.
Raiden tersentak kaget dan menoleh ke arah Arika. Sedangkan Arvi dan Shaka buru-buru mematikan ponsel mereka.
"Iya mas mandi." Lelaki itu lari ke kamar Arvi dan Shaka, sebelum tanduk wanita itu keluar.
Arvi dan Shaka tertawa melihat Raiden panik. Namun, saat mendapatkan tatapan tajam sang mommy mereka langsung bungkam.
"Kalian juga, kalian enggak kasian sama obasan? Obasan pasti sudah lapar nunggu kalian.
"Sudah Arika, jangan marahi mereka. Kita siapin makanan aja, sambil nunggu Raiden selesai mandi."
Setelah Raiden selesai mandi, mereka pun mulai makan bersama.
"Ojisan itu paha ayam Arvi!" Arvi merengek saat ayamnya di ambil oleh Raiden.
"Bagi."
Arvi mendengus kesal kepada Raiden, ia mengambil daging yang lainnya. Raiden begitu senang mengjahili putra Arika itu.
"Enggak usah marah-marah, nanti ojisan top up kin."
Arvi langsung berbinar dan wajah kesalnya sudah hilang diganti oleh wajah bahagia.
"Mas jangan."
"Enggak apa-apa sekali-kali, Arika."
"Tapi mas..."
"Tapi kalian janji, semester ini harus dapat peringkat!" sela Raiden membuat Arvi dan Shaka saling menatap.
"Harus?"
"Enggak harus, tapi kalian harus usahain nilai kalian enggak boleh anjlok dan jangan malas belajar."
Arvi dan Shaka mengangguk, itu hal wajar dan mudah bagi mereka.
"Ok deal."
Mereka pun melanjutkan makan dengan sangat nikmat.
Usai sarapan, mereka melanjutkan game mereka. Sebelum Arvi dan Shaka disuruh tidur.
"Raiden sana pulang ke apartemen kamu."
Raiden menoleh ke arah mamanya. Memohon untuk sebentar lagi. Ia menatap ke arah Arika yang duduk di sampingnya.
"Udah malam, mas."
"Nginep di sini aja kali, ya?"
"Enggak boleh," sela ibu Harum.
Raiden menaroh kepalanya di bahu Arika yang sibuk menonton siaran tv.
"Tidak, mas. Kamu sana balik ke apartemen kamu."
"Mommy dikit lagi," ucap Shaka yang merasa nanggung.
"Kalian juga harus tidur!"
Shaka dan Arvi menghela napas panjang. Mereka mengakhiri permainan mereka dan masuk ke dalam kamar, Raiden pun kembali ke apartemennya.
"Nikah besok aja kali sih? Kelamaan kalau seminggu lagi," gerutuk Raiden saat pintu apartemen Arika sudah tertutup sempurna.
jangan sampe ya ansk2 Arka jatuh cinta ke ank Ema, kr mereka satunya cuma beda ibu/Cry//Cry/
hari ini juga dobel up, ya.
Arian memang oon dan tak punya hati
rasain, siapa anak yang dilahirkan Ema bukan anakmu. Ema dan Arian makin bagai neraka rumah tanggamu, ternyata Arika memiliki anak, tuduhan ibumu dan a jika dia mandul tak terbukti bahkan menganding anakmu Arian, selamat menikmati penderitaan yang kai ciptakan sendiri bersams Ema Arian.