Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Rasa penasaran semakin merasuki jiwa wanita itu. Terlebih saat kawanan orang-orang itu memasuki gang sempit. “Mau ke mana mereka, Eliya? Ayo, kita lihat!”
Penasaran, Nyonya Ursula, Nyonya Gulsha dan beberapa orang berjalan di belakang. Hingga berhenti tepat di depan rumah kecil yang selama ini dihuni Hanna dan anak-anaknya.
Aura kepanikan terlihat semakin kental tatkala Evan menemukan rumah itu tertutup dalam keadaan gelap. Tidak ada satu pun lampu yang menyala dan hal itu saja sudah menegaskan ketiadaan Hanna dan anaknya di rumah itu. Osman bahkan sudah mengetuk beberapa kali dan tak mendapat sahutan.
“Dobrak saja pintunya!” perintah Osman kepada anak buahnya.
Dua orang pria lantas membuka pintu dengan cara merusak kuncinya. Evan langsung memasuki rumah gelap itu ketika pintu berhasil terbuka dan menyalakan lampu. Pandangannya menyapu rumah reot itu.
“Hanna ... Sky ... Star ...” lirih Evan memanggil, namun senyap dan tak ada jawaban apapun.
Bagai dihimpit bongkahan batu besar, rasanya begitu sesak bahkan untuk bernapas begitu sulit baginya. Ia melirik Osman yang masih tetap setia di belakang punggungnya. “Perintahkan orang-orangmu bergerak cepat dan berpencar untuk menyisir kota Amasya. Temukan Hanna bagaimana pun caranya!”
Keluar dari rumah kecil itu, Evan melirik beberapa tetangga orang yang berkumpul. Ada yang hanya menatap penuh tanya, dan ada pula yang saling berbisik satu sama lain. Ia masih ingat dengan jelas ucapan Hanna semalam, bagaimana ia dan anak—anaknya harus hidup dalam hinaan para tetangga.
“Tuan-tuan sekalian, maaf ... kalian sedang mencari siapa?” Nyonya Ursula memberanikan diri bertanya.
“Nyonya, maaf jika kedatangan kami mengejutkan. Kami sedang mencari Nona Hanna Cabrera dan anaknya. Apa di antara kalian ada yang mengetahui ke mana Nona Hanna?” tanya Osman.
Mendadak wajah Nyonya Ursula terlihat kesal mendengar nama Hanna disebut. Melihat banyaknya pria berseragam hitam, wanita itu sudah menduga jika Hanna dan anak-anaknya habis membuat ulah.
“Oh Hanna Cabrera lagi. Aku tahu pasti sesuatu terjadi. Dia dan anak-anaknya memang pembuat masalah. Apa lagi anak laki-lakinya itu, dia seorang pencuri. Aku tidak tahu bagaimana wanita miskin itu mengajari anaknya mencuri,” ujar Nyonya Ursula menggebu, kemudian menatap Evan. “Tuan Azkara, apa Hanna habis membuat masalah dengan Anda? Atau apa Sky habis mencuri sesuatu di kafe Anda?”
“Hanna juga belum membayar sewa rumah selama dua bulan ini. Dia selalu menggunakan anaknya sakit sebagai alasan,” tambah Nyonya Gulsha.
Evan mematung. Ucapan Nyonya Ursula dan Nyonya Gulsha membuatnya semakin sesak dan marah. Wajahnya memerah, tangannya terkepal hingga urat-urat tangannya terlihat menonjol. Dengan telinganya sendiri, ia mendengar hinaan demi hinaan yang dilayangkan kepada Hanna dan anak-anaknya.
Osman dapat membaca kemarahan di wajah tuannya. Ia lantas menatap tajam dua wanita cerewet itu.
“Tolong jaga ucapan Anda, Nyonya. Tuan muda Sky dan Nona kecil Star adalah anak dari Tuan Azkara yang terpisah sejak masih bayi.”
Bagai tersambar petir di siang bolong, dua wanita itu seketika gemetar, kulit wajahnya mulai memucat. Mereka hanya dapat saling melirik satu sama lain akibat rasa terkejut.
“Sky dan Star adalah anak Tuan Azkara?” tanya Nyonya Ursula seakan tak percaya dengan pendengarannya sendiri.
“Benar, Nyonya! Kami kemari untuk menjemput mereka dan membawanya pulang,” jawab Osman.
*****