Myro Veniar yang merupakan pangeran ke 3 dari Kerajaan Veniar, tanpa dukungan dan perhatian dari orang-orang, dikirim ke wilayah utara untuk melawan pemberontakan besar di utara hanya dengan ratusan pasukan.
Jika ia menolak perintah sang raja, Myro akan dianggap sebagai pemberontakan lalu diturunkan sebagai pangeran atau bahkan dieksekusi mati. Tapi, pergi ke utara untuk melawan pemberontakan besar tanpa dukungan sama seperti pergi menuju kematian juga.
Bagaimana cara Myro mengatasi pilihan di antara hidup dan mati ini? Apakah dia mampu bertahan di tengah sengitnya persaingan kekuasaan antara pangeran serta menjadi pangeran yang berhasil menjadi raja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ark Vest, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 : APA YANG KAU MAU?
"Paman Tusen, kebetulan kita dapat bertemu disini!", kata Lune yang melihat Tusen di jalanan pasar Ibukota Kerajaan Veniar "Apakah kau menggantikan tuan untuk menemui Jendral Ares? Nampaknya tebakanku benar, tuan akan dipanggil oleh Raja Veniar IV".
Tusen yang dari tadi fokus ke tujuannya segera menghentikan langkahnya, ia melirik ke arah Lune "Apa tujuanmu, Lune? Sepertinya kau tahu bahwa raja akan memanggil tuan, kenapa kau tidak menceritakan masalah itu kepada tuan kemarin?".
Lune akan mengatakan sesuatu, tapi Mila keluar dari sebuah toko di dekatnya dan berjalan mendekati Lune "Nona, semua persediaan yang dibutuhkan telah dibeli, setidaknya tak ada masalah untuk memasok makanan bagi 1000 orang selama sebulan".
"Seharusnya cukup, terima kasih atas kerja kerasmu, Mila", kata Lune tersenyum ramah, lalu ia menatap Tusen lagi dengan wajah serius "Paman Tusen, sepertinya kau sedikit salah paham tentang sesuatu! Aku memang punggawa Tuan Myro, tetapi yang menentukan arah jalan kita di masa depan adalah tuan, bukan aku! Oleh karena itu, kecuali ada krisis atau masalah di depan kita, aku tak akan menyampaikan prediksi serta analisis yang aku buat kepada tuanku. Jangan lupa, Tuan Myro adalah raja sejati, bukan seorang raja boneka! Di dunia ini, tidak ada seorangpun yang mempunyai kesempatan untuk mengendalikannya! Selama ada yang mencoba melakukan tindakan bodoh tersebut, aku akan membunuh mereka tanpa ragu!".
"Jadi, biarkan tuan membuat keputusan sendiri terhadap tawaran Raja Veniar IV. Bukan keputusan terbaik, melainkan keputusan berdasarkan keinginan tuan. Tugas kita sebagai punggawa tinggal melaksanakan semua cara agar keinginan tuan tercapai. Mau itu menguasai dunia, menghancurkan dunia, menciptakan kedamaian, maupun ingin hidup damai, kita tinggal menunggu keputusan yang tuan buat".
...----------------...
Di ruang tamu istana raja, Myro sedang duduk tegak di sebuah kursi kayu. Suasana seluruh ruangan cukup tegang, bagaimanapun di ruangan tersebut hanya terdapat dua orang, Myro bersama Raja Veniar IV yang sedang duduk berhadapan.
Setelah pelayan menuangkan teh ke dua pihak, dia meninggalkan ruangan sambil membungkuk hormat.
"Teh yang aku siapkan merupakan teh langka yang bahkan para pejabat tinggi kerajaan sulit untuk meminumnya walaupun sekali, silahkan dicicipi, anakku yang ketiga", kata Raja Veniar IV yang meminum teh dan mengabaikan ketegangan di ruangan tersebut.
Myro meminum teh dengan hati-hati lalu meletakkan gelasnya lagi ke meja "Yang mulia, kenapa kau memanggilku kesini?".
"Kenapa begitu sopan? Jika cuma kita berdua, kau boleh memanggilku ayah, Myro", kata Raja Veniar IV tersenyum acuh "Aku rasa ayo buang basa basi keluarga yang begitu palsu! Kau juga tak nyaman kan? Myro, bagaimana kau berhasil meyakinkan Lune? Selama pengalamanku berhadapan dengannya, Lune bukan wanita yang mudah dibujuk. Bahkan bisa dikatakan ia orang yang sangat sombong, sulit sekali untuk meminta saran darinya".
"Benarkah?", kata Myro bingung.
Menurut pengalaman Myro kemarin, Lune adalah orang yang rendah hati. Bahkan tanpa perlu bertanya, Lune memberikan banyak ide serta sarannya secara sopan.
Melihat sikap bingung Myro, Raja Veniar IV menyadari sesuatu yang membuat dia tersenyum pahit "Sepertinya sikap Lune kepadaku berbeda dari sikap Lune kepadamu ya, aku benar-benar iri! Baiklah, aku tak tertarik lagi mengetahui bagaimana cara kau meyakinkan dia, aku sudah tahu jawabannya dari ekspresimu tadi. Kalau begitu aku akan memberikan pertanyaan utama yang menjadi tujuanku memanggilku jauh-jauh ke istana di tengah waktu sibukmu bersiap menuju utara. Aku akan membiarkanmu meminta satu hal dariku, katakan apa yang kau butuhkan untuk membantu perjalananmu di utara?".
"Pada awalnya aku tidak berencana memberimu apapun sebab aku tak berharap apapun darimu. Namun sekarang berbeda, dukungan Lune akan memberikan bantuan besar bagimu, memberimu kemungkinan untuk melawan pangeran lainnya. Karena alasan itu, aku memberimu sebuah permintaan! Anggap saja aku sedang berinvestasi agar kau merasa berhutang budi kepadaku di masa depan".
Myro berpikir sebentar "Permintaan apapun?".
"Selama bukan hal yang berlebihan seperti kau meminta tahtaku", kata Raja Veniar IV dengan tawa bercanda tapi memberi Myro rasa dingin di seluruh tubuhnya "Jangan meminta pasukan, wilayah, serta persediaan juga, kau harus menyiapkan sendiri semua itu supaya membuktikan kau layak menjadi seorang pemimpin".
Myro mengangguk paham terhadap penjelasan Raja Veniar IV.
"Ayo, tunjukkan kepadaku Myro, apa sebenarnya yang kau inginkan? Orang seperti apa dirimu?", gumam Raja Veniar IV di dalam pikirannya sendiri sambil terus menatap tajam Myro.
Myro sama sekali belum menyadari bahwa dia sedang diuji. Setelah menghabiskan waktu sekitar satu menit, Myro membuka mulutnya yang menyebabkan seluruh tubuh Raja Veniar IV membeku "Apabila ayah setuju, aku mau melepas statusku sebagai seorang pangeran-- Tidak, aku ingin membuang nama keluarga kerajaan Veniar".
"Brak!".
Raja Veniar IV yang dari tadi tenang segera memukul meja penuh kemarahan, ia menatap Myro dingin "Apa kau tahu maksud dari ucapanmu tadi?".
"Ayah, aku tahu dan aku telah siap atas semua konsekuensi dari keputusanku", kata Myro yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini dia tidak menunjukkan rasa takut terhadap raja, melainkan ia duduk tegak dan menatap tajam balik ke mata sang raja "Aku mau menjadi burung yang mampu terbang bebas di langit, tanpa terikat oleh rantai keluarga kerajaan. Bagi pangeran lain, gelar keluarga kerajaan akan membantu mereka mengembangkan kekuatan mereka. Tetapi bagiku, gelar pangeran seperti rantai yang mengikat sayapku! Aku harap ayah bisa mempertimbangkannya!".
Kedua orang itu saling bertatapan, baik Myro maupun Raja Veniar IV tak menunjukkan kelemahan sedikitpun.
Di sisi lain, Raja Veniar IV penuh keterkejutan. Putra ketiga yang selalu dia abaikan, tapi kali ini Myro bisa menunjukkan aura serta wibawa yang tidak kalah dari dirinya, orang yang sudah menjadi raja selama puluhan tahun.
Mereka terus saling bertatapan selama beberapa saat, sebelum akhirnya Raja Veniar IV menyandarkan punggungnya ke sofa sambil melambaikan tangan "Apa boleh buat, sejak awal aku setuju membiarkanmu membuat satu permintaan apapun dan permintaan yang kau berikan tidak berhubungan dengan larangan yang aku ucapkan juga. Sebagai seorang raja, aku tak akan menarik perkataanku. Aku setuju, besok di pengadilan, aku akan mengumumkan ke seluruh dunia bahwa gelar pangeranmu dilepaskan. Walaupun begitu, aku melarangmu mengganti nama Veniar kecuali kau memenuhi satu syarat dariku".
"Syarat apa?", tanya Myro penasaran.
Raja Veniar IV berkata serius "Jika kau mau mengubah nama keluarga Veniar, kau boleh melakukannya sewaktu kau berhasil merebut Benteng Agiro yang dijuluki sebagai gerbang besi pembatas antara Kerajaan Veniar dan Kerajaan Rock milik Haren! Selama kau mampu memenuhi persyaratan yang aku berikan, aku akan memberimu izin mengganti nama Veniar milikmu".