Gisella Arumi tidak pernah menyangka akan menjadi istri kedua Leonard Alfaro kakak iparnya sendiri setelah ia menyebabkan Maya saudaranya koma karena kecelakaan mobil. Gisella yang mengendarai mobil di hari naas itu terlibat kecelakaan beruntun di jalan tol.
"Kau harus bertanggung jawab atas kelalaian mu, Ella. Kamu menyebabkan kakak mu koma seperti sekarang. Kau harus menikah dengan Leonard. Mama tidak mau Leo sampai menikahi perempuan lain untuk merawat Noah", tegas Meyda mamanya berapi-api sambil menunjuk wajah Gisella.
Bak tersambar petir di siang bolong, Gisella menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau. Aku akan bertanggung jawab mengurus keponakan ku tanpa harus menikah dengan Leonard. Bahkan aku tidak mengenalnya–"
Plakk!
Tamparan keras Rudi sang ayah mbuat Ella terkejut. Gadis itu mengusap wajahnya yang terasa perih. Matanya pun memerah.
"Kenapa papa menampar ku?"
"Karena kau anak tidak tahu di untung. Kau pembangkang tidak seperti Maya. Kau sudah menyebabkan kakak mu koma!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUDUHAN LEONARD
Senja berganti malam..
Gisella menggerakkan tubuhnya. Seketika gadis itu melonjak bangun dari tempat tidur. Matanya terasa begitu berat karena seharian menangis dan mengurung diri di kamarnya.
"Oh my god aku tertidur selama ini?", gumamnya sambil melirik jam di dinding yang menunjukkan angka delapan malam.
Telinga Ella menangkap suara ribut-ribut di bawah. Terdengar tangisan Meyda mamanya. Ella memutuskan ingin melihat apa yang terjadi. Perlahan membuka pintu kamar dan melangkahkan kaki menuruni tangga.
"Kenapa kehidupan kita jadi seperti ini mas Rudi. Kondisi Maya semakin memburuk. Sekarang kita harus segera meninggalkan rumah ini pula", isak Meyda sedih.
Gisella mengurungkan niatnya menampakkan diri. Gadis itu memilih bersembunyi dan mendengarkan pembicaraan kedua orang tuanya.
"Tenangkan dirimu mah. Aku akan mencari jalan keluarnya agar rumah ini tidak di sita bank".
"Bukan hanya rumah, toko garmen pun akan segera di sita mas. Bagaimana kita hidup jika tidak ada apa-apa lagi", ucap Meyda menangis dalam dekapan Rudi yang berusaha menenangkan istrinya itu.
"Aku akan bicara pada menantu kita Leonard. Siapa tahu ia bisa membantu kita mah. Aku tahu Leo sedang banyak pikiran sekarang. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada jalan lain".
Ella berdiri terdiam di sudut tangga. Semua pembicaraan papa dan mamanya ia dengar dengan jelas. Sungguh Ella tidak tahu jika rumah dan toko garmen milik ayahnya sedang mengalami masalah dan sekarang akan di sita bank.
Bagaimana mana pun kondisi hubungan ia dan kedua orangtuanya kini, tentu saja Ella tidak mau sampai bisnis keluarganya tak bersisa lagi. Ella tahu bagaimana papa dan mamanya dulu tertatih-tatih merintis usaha yang mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Ella naik kembali ke kamar nya sembari berpikir. Mengigit ujung kukunya, kebiasaan yang sulit gadis itu hilangkan jika sedang cemas.
"Pasti ada jalan keluarnya. Berpikir lah Ella. Kamu pasti bisa mencari solusinya. Membantu keluarga mu tanpa harus menikahi kakak ipar mu. Berpikirlah", ucap Gisella.
Gadis itu tiba-tiba berlari kearah lemari pakaian. Mengeluarkan handbag tempat surat-surat penting seperti paspor dan buku tabungan.
Gisella mengambil buku rekening melihat nominal tabungannya dalam bentuk dollar. Ia menghitung-hitung jika di rupiah kan berapa jumlah tabungannya. Ternyata uangnya sudah cukup banyak namun entahlah jika untuk melunasi pinjaman ayahnya di bank apakah cukup.
Tanpa pikir panjang, Ella segera keluar kamar mau menemui kedua orang tuanya yang masih berada di ruang keluarga.
Rudi dan Meyda nampak sedih. Bahkan keduanya tidak terpengaruh dengan kehadiran Gisella.
"Ma-pa...
Panggilan Ella sama sekali tidak di gubris keduanya. Meyda masih menundukkan wajahnya, begitu pun Rudi hanya terdengar helaan nafasnya saja.
Ella berjongkok di hadapan keduanya sambil menyodorkan buku tabungan ke tangan Meyda.
"Mungkin tabungan ku tidak terlalu banyak. Tapi pakailah untuk membayar kredit yang papa pinjam di bank. Ella akan bekerja keras lagi agar bisa membantu papa melunasi hutang papa", ucap Ella pelan.
Meyda dan Rudi saling bertatapan.
Meyda tidak mengambil buku tabungan yang di berikan Ella padanya. "Sudah terlambat Ella. Sekarang yang harus kita lakukan melunasi hutang itu, bukan membayar cicilan nya lagi. Bank sudah tidak mau memberi tempo lagi pada papa mu karena sudah melayangkan tiga kali peringatan", ujar Meyda menatap putrinya itu dengan wajah sendu.
"Jika kau benar-benar sayang pada keluarga mu turuti lah permintaan kami. Menikahlah dengan Leonard, Ella. Leo laki-laki yang baik, mama tidak mau hubungan keluarga kita putus dengan keluarga Hartono. Walaupun pernikahan Maya dan Leonard ada pengikat di antara keduanya namun jika ada wanita lain di tengah mereka, lambat laun kita akan tersisih", ucap Meyda menatap lekat wajah Gisella.
"Mama mu benar Ella. Kau bisa belajar tentang arsitektur pada kakak iparmu itu, Ella. Seperti yang kau impikan selama ini, menjadi arsitek handal. Kali ini ikuti keinginan mama dan papa, Ella. Papa dan mama minta maaf jika selama ini terlalu keras pada mu, nak", ucap Rudi sambil menggenggam erat tangan putri bungsunya.
Mendengar kata-kata ayahnya, membuat kedua mata Ella menghangat dan berkaca-kaca.
"Kali ini mama dan papa akan menuruti semua keputusan mu, Ella. Mama menyerah, tidak akan memaksamu lagi. Apa yang akan kamu lakukan, akan kami dukung", ujar Meyda.
Untuk pertama kali Gisella semenjak memutuskan kuliah di luar negeri mendengar nada lembut Meyda ketika bicara padanya. Biasanya selalu ketus dan bernada sinis.
Sesaat Ella menundukkan kepalanya. Kemudian bergantian menatap kedua orang tuanya. "Beri aku waktu memikirkan ide itu mah".
*
Keesokan hari nya..
Ella turun dari taksi online yang di tumpanginya. Sebelum kembali ke Amerika, Ella ingin bertemu kakaknya Maya.
Semalam menurut mamanya kondisi Maya mengalami drop lagi.
Setelah mengenakan pakaian khusus, Ella masuk keruangan Maya. Ia bersyukur tidak ada siapapun di sana. Ella ingin bicara berdua dengan kakaknya setelah meminta izin petugas jaga.
Kedua mata Ella seketika berair menatap kondisi Maya yang tergolek lemah dengan bantuan alat-alat medis di tubuhnya. Wajah Maya sudah nampak membengkak.
Ella duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Maya. Entah siapa menaruh kursi itu di sana.
"Kak maafkan aku. Anggaplah kakak seperti ini karena aku. Besok aku akan kembali ke Amerika. Aku harus bekerja keras lagi kak mengejar cita-cita ku. Tinggal sedikit lagi, aku akan menyelesaikan kuliahku", ujar Ella dengan suara bergetar lirih.
"Setelah menyelesaikan urusan ku di sana, aku akan langsung kembali. Merawat mu dan Noah putra kakak. Juga membantu papa mengembalikan keuangan keluarga kita. Aku janji tidak akan pergi lagi meninggalkan keluarga ku. Kali ini kakak bisa mengandalkan aku", ujar Gisella tersedu-sedu sambil menundukkan wajahnya.
Tiba-tiba ada yang menarik tangannya dengan keras. Membuat Ella melototkan kedua matanya.
"Siapa yang mengizinkan mu masuk. Aku melarang mu mendekati keluarga ku. Gisella!"
"K-ak..
Laki-laki tampan berwajah indo itu menghujam manik Ella yang berkaca-kaca.
"Ikut aku!"
"Aww...
"K-ak Leonard, s-akit", lirih Ella meringis setelah tangan kokoh kakak iparnya itu mencengkram kuat lengannya agar pergi dari dekat Maya istrinya.
Leo menghentakkan cengkraman nya dengan keras, membuat Ella mengusap bekasnya yang terasa perih.
"Aku ingatkan pada mu Gisella, jangan dekat-dekat keluarga ku lagi! Kau penyebab ke kacauan ini. Kau gadis pembawa sial, menyebabkan kakak mu koma. Membuat anak ku tidak mendapatkan kasih sayang ibunya di usia lima bulan", hardik Leonard dengan keras pada Gisella.
"T-api kak, semua yang menimpa kak Maya bukan kesalahan ku sepenuhnya. Mobil kami di tabrak. Mobil di belakang tiba-tiba menyelonong menabrak sisi di mana kak Maya duduk. Aku tidak bisa menghindarinya. Kau bisa melihat CCTV di mobil kak Maya", jawab Ella membela diri dengan mengatakan sebenarnya kejadian sebulan yang lalu.
"Heh. Kau pikir aku tidak tahu, hari itu kau ngotot ingin mengendarai mobil sport istri ku. Kata mu ingin merasakan mengendarai mobil mewah", tukas Leo dengan sorot penuh kebencian pada Gisella.
"Katakan saja jika kau iri pada saudara mu sendiri. Kau sengaja mencelakai Maya!"
Dengan wajah dingin Leo berlalu dari hadapan Gisella yang terdiam mendengar tuduhan Leonard. Buliran bening jatuh menyentuh pipi gadis itu. Ia berusaha mengejar Leo yang sudah kembali masuk keruangan istrinya. Namun Ella mengurungkan niatnya. Karena ia tidak mau membuat keributan di dalam sana.
...***...
To be continue
hempaskan.
sepertinya bibit 2 pelakor ini mah
tp kok nolak. 😵
gmn klo Leo nya berpaling nya ke ella. kan sami ajo