Pernikahan pertama yang hancur akibat orang ketiga membuat Adel terluka hingga memutuskan menutup hati. Ditambah ia yang belum bisa memberikan keturunan membuat semuanya semakin menyedihkan.
Namun, takdir hanya Tuhan yang tahu. Empat tahun berjibaku dengan bisnis yang ia mulai untuk melupakan kesedihan, Adel malah bertemu anak laki-laki tanpa kasih sayang seorang ibu.
Dari sana, di mulai lah kehidupan Adel, Selatan dan Elang. Bisakah mereka saling mengobati luka atau malah menambah luka pada masing-masing hati. Terungkap juga kisah masa lalu menyedihkan Adel yang hidup di panti asuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa sitepu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersaudara
"Del, kita bisa bicara." Entah kenapa Wisnu tiba-tiba sangat ingin menceritakan hubungan mereka. Rasanya setelah mengetahui bahwa adik perempuannya pernah mengalami kegagalan pernikahan pertama dengan sangat mengenaskan, Wisnu ingin melindungi Adel lebih sering.
"Silahkan, Mas."
"Kamu nggak ingat kalau dulu kamu punya kakak laki-laki?" Wisnu tidak tahu kenapa adik perempuannya bisa melupakan kisah mereka di masa kecil. Namun, meksipun begitu Wisnu tidak akan menyalahkannya.
"Entahlah, aku hampir tidak bisa mengingat kejadian sebelum masuk panti. Mas kenapa tiba-tiba bertanya masa lalu?" Kini Adel mulai curiga.
"Sebenarnya, kita bersaudara. Kamu adik perempuan mas yang terpisah setelah di bawa pergi ibu kita."
Seperti sesuatu yang dingin dan beku menyiram kepala Adel. Wanita tersebut membeku, tidak menduga dan masih memproses setiap perkataan Wisnu.
Mereka bersaudara? Apa itu kebenaran atau hanya omong kosong belaka? Adel tidak tahu dengan jawabannya.
"Mungkin kamu ngerasa perkataan mas aneh dan sulit di percaya. Tapi, nyatanya kita bersaudara, dan wanita yang memarahi mu di kantor polisi beberapa hari yang lalu adalah ibu kita."
Kini Adel lebih tidak percaya. Dia bahkan menatap Wisnu dan memintanya menghentikan perkataan anehnya.
"Ayah dan ibu bercerai karena orang ketiga. Awalnya kamu di bawa sama ibu, tapi karena tuntutan keluarga dari pihak suami kedua ibu. Kamu di titipkan di panti, sedangkan mas berada dibawah asuhan ayah tapi nggak berlangsung lama karena wanita itu menghasut ayah dan akhirnya mas di usir dari rumah."
Wisnu masih ingat kejadian pengusiran ayahnya beberapa tahun yang lalu. Hanya karena fitnah ibu tirinya, dia harus kehilangan rumah tempatnya berlindung.
Beruntung Tuhan mengasihaninya sehingga dia di angkat menjadi anak oleh pasangan suami istri kesepian yang kini hanya tinggal nama.
"Mas pasti bercanda!"
"Untuk apa, Del? Apa mas bakal dapat uang atau pangkat mas bakal baik kalau mas becanda sama kamu?"
"Tapi, Mas. Aku nggak pernah ingat pernah punya saudara laki-laki."
"Itu juga yang buat mas penasaran. Apa kami pernah kecelakaan atau jatuh terus kepala kamu ke bentur?"
"Enggak, aku baik-baik aja."
"Kalau memang seperti itu, mungkin jawabannya cuman satu. Kamu sengaja ngelupain hal-hal yang buat kamu sakit. Kalau memang kamu nggak percaya sama mas, kita bisa tes DNA. Mas yakin kita saudara kandung."
Tidak perlu, Adel kini percaya dengan setiap perkataan Wisnu. Lagi pula, untuk apa pria tersebut berbohong padanya? Dan sepertinya sejak pertemuan pertama mereka, dia merasa ada sesuatu yang tidak biasa antara dirinya dan Wisnu. Kini dia sudah tahu apa itu.
Mereka ternyata saudara kandung. Bagaimanapun darah tidak akan bisa membuat kita bisa melupakan meksipun sudah terpisah lama.
"Aku percaya, Mas. Makasih karena Mas udah kasi tahu kalau kita saudara. Akhirnya aku nggak sendirian di dunia ini."
"Maaf karena mas terlambat nemuin kamu."
"Nggak apa-apa. Semuanya sudah menjadi takdir yang di atas. Setidaknya sekarang aku tahu kalau aku punya saudara."
"Kamu nggak mau tahu siapa ayah kita?"
"Apa itu penting?" Adel tidak membencinya. Tapi, dia juga tidak lagi ingin tahu atau mencari tahu. Baginya, setelah mereka membuangnya, maka sejak itu mereka sudah bukan lagi siap-siap bagi Adel.
"Kamu benar, mereka memang bukan hal penting lagi untuk kita." Tentu saja Wisnu setuju dengan perkataan adik perempuannya.
***
"Kamu kenapa sih, Mas? Dari kemarin melamun terus."
"Aku kepikiran anak-anak ku."
"Lagi? Ini udah lama dan mungkin mereka sudah punya keluarga. Buat apa Mas repot-repot mikirin mereka."
"Kamu kenapa sih? Apa salah kalau aku mengkhawatirkan anak-anak ku? Bukannya dulu kamu janji bakal terima dan rawat mereka seperti anak kandung! Tapi apa yang terjadi sekarang? Kamu sibuk dengan anak-anak mu tanpa memikirkan perasaan anak ku."
"Mas! Mereka juga anak kamu. Kenapa kamu malah nyalahin aku? Wajar kalau aku perduli pada anak-anak ku. Mereka lahir dari rahim ku, bukan rahim perempuan lain."
"Mereka juga anak ku!!!" Teriak Lukman. Dia sudah mulai muak dengan wanita yang sedang duduk di sisi ranjangnya.
Hubungan mereka hanya bahagia selama 10 tahun. Setelah itu, keduanya seperti sama-sama saling menyakiti.
Lukman pun mulai menyesali perbuatannya di masa lalu. Mengkhianati istrinya lalu mengusir putranya. Dan alasannya adalah wanita yang dulu sangat ia puja-puja hingga rumah tangganya hancur berantakan.
Putra dari hasil perselingkuhannya hanya orang biasa. Tidak ada kebanggan yang dia berikan padanya. Begitu juga dengan putrinya, lebih mengecewakan karena terlalu sombong hingga bersikap seperti seorang tuan putri.
Kondisi ekonomi mereka mungkin baik-baik saja. Tapi, jika itu berlangsung beberapa tahun kedepan. Lukman yakin kalau mereka akan menjadi pengemis.
Kini, penyesalan pun tidak lagi berguna. Ingin mencari keberadaan putranya, Lukman malu. Ingin menemui mantan istrinya untuk bertanya bagaimana kabar putri mereka, Lukman tidak berani. Dia masih merasa sangat bersalah. Semuanya karena nafsunya.
"Kamu bentak aku?"
"Kenapa? Sekarang aku malah menyesal karena jatuh cinta dan memilih wanita seperti kamu dibandingkan mempertahankan keluarga ku."
Seharusnya Lidia memikirkannya. Hal yang pernah ia ambil dengan paksa tidak akan selamanya menjadi miliknya meskipun bisa bertahan lama.
Benar kata pepatah. Apapun yang menjadi milik mu akan datang pada mu, namun jika bukan untuk mu maka dia akan pergi meskipun kau sudah melakukan banyak cara mempertahankannya.
"Kamu tega, Mas!"
"Lebih tega mana dari kamu yang sengaja memfitnah putra ku demi bisa membuat anak mu jadi pewaris bisnis ku? Aku bahkan belum kasi perhitungan atas semua kekejaman mu di masa lalu."
"K-kamu tahu?" Lidia tidak percaya kalau rahasianya akan diketahui oleh suaminya.
"Aku pria paling bodoh! Membuang berlian untuk mata ikan busuk yang berkamuflase menjadi emas."
Kini Lidia menangis. Ketakutannya akhirnya terjadi. Ingin menyesal pun tidak lagi berguna.
"Maaf, Mas."
"Seharusnya kamu minta maaf sama anak-anak ku. Mereka yang paling menderita. Andai kamu bersedia menerima mereka, mungkin kita akan tetap baik-baik saja."
Biar aja lukman merasakan sakit hatinya.. Tega membuang anak2 nya demi pelakor.. Yg di posisi anak sungguh miris.. Enak aja klau minta maaf semua selesai.. Makin byk org berbuat salah klau gt..