Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Bab 17
Tanpa diminta oleh Steve, Nadia memang ingin mengakhiri biduk rumah tangganya bersama Aslan.
Apalagi saat ini dia sudah mendapatkan bukti yang kuat tentang perselingkuhan Aslan dan Cindy, tidak ada lagi alasan untuk menunda Nadia mengajukan gugatan cerai ke pengadilan.
Tapi satu yang tidak pernah Nadia duga selama ini bahwa dia akan datang ke kantor pengadilan itu Bersama sang Tuan, bukan datang sendirian.
apa yang sudah dia rencanakan selama ini kini seperti mimpi saja, masih belum percaya jika Steve mendampingi dia. Bahkan berulang kali Nadia menoleh ke sisi kiri, ke arah pria itu berdiri.
Dia benar-benar Tuan Steve.
1 jam Nadia mengurus tentang gugatan cerainya di kantor pengadilan.
Mereka berdua lantas memutuskan untuk pergi ke kantor saat jam sudah menunjukkan pukul 10.
"Tuan, Lebih baik saya berhenti di depan saja, saya tidak mau orang-orang melihat kedatangan kita bersama."
"Baiklah, sedikit lebih depan ya agar kamu jalannya tidak terlalu jauh," balas Steve.
Nadia sangat cemas, tapi sikap Steve yang selalu tenang seperti itu membuatnya jadi lebih tenang.
Mobil berhenti dan Nadia turun, setelahnya Steve kembali melajukan mobilnya.
Berjalan kaki dengan langkah cepat, Nadia mendengar suara ponselnya berbunyi. tanda jika ada pesan yang masuk.
Nadia lantas merogoh ponselnya di dalam tas dan melihat ada pesan dari tuan Steve.
Istrirahat siang nanti datang ke ruangan ku.
Tulis Steve dalam pesannya.
Baik Tuan.
Semakin dekat dengan kantornya, Nadia berlari ...
"Ya ampun Nad! kamu dari mana saja sih? tadi pak Aslan cari kamu katanya ada perlu, tapi kamu malah belum datang!" ucap Devi.
Nadia belum duduk tapi sudah di serbu dengan banyak pertanyaan.
"Ada apa ya Dev? Kenapa Pak Aslan mencariku?"
"Mana ku tahu, apa ada ada titip data padamu?"
"Tidak ada kok."
"Coba kamu datangi ruangannya, tanyakan ada apa."
"Iya deh," balas Nadia.
Mau tidak mau dia harus mendatangi ruangan pria itu, jika sedang berada di kantor ini Nadia akan bersikap profesional. mengerjakan apapun selama itu memang masih tanggung jawabnya.
kembali berjalan dengan tergesa, Nadia menuju lift, cukup terkejut saat melihat ada Steve disana.
"Tuan."
Nadia kira sang Tuan sudah tiba di ruangannya, Dia tidak tahu jika Steve juga menunggu untuk masuk ke dalam gedung ini dan duduk di kursi kerjanya.
Nadia masuk ke dalam lift itu dengan Canggung.
"Kamu mau kemana?"
"Kata Devi, tadi pak Aslan mencariku, sekarang aku mau ke ruangannya untuk mengkonfirmasi itu."
"Kamu baik-baik saja?"
Nadia mengangguk. Lagi pula ini semua tentang pekerjaan dia tidak merasa keberatan sedikitpun tentang hal itu.
Lift terus berjalan sampai akhirnya tiba di lantai 4. Pintu itu terbuka dan Nadia keluar.
Tapi langkaynya langsung terhenti saat di ujung lorong sana dia akhirnya benar-benar melihat secara langsung suaminya mencium wanita lain.
Deg! ternyata ini tetap membuat dada Nadia sesak.
Steve belum menutup pintu lift itu, melihat Nadia yang terpaku dia pun ingin tahu apa yang Nadia lihat.
Dan ternyata ... pemandangan yang menyesakkan bagi Nadia.
Steve lantas menarik Nadia untuk kembali masuk ke dalam lift.
Di dalam sana Steve pun mencium bibir Nadia dengan begitu mesra, melumaat dengan begitu dalam seolah sedang menghapus ingatan Nadia.
Deg! benar saja, seketika Nadia melupakan ciuman Aslan dan Cindy, kini dia mendelik dengan hati yang berdegup.