Aurora, seorang CEO yang merupakan gadis multitalenta harus merenggang nyawa karna keserakahan tangan kanannya sendiri yang berniat merebut perusahaan yang dia bangun sejak dulu.
Ketika sebuah peluru terlepas menembus jantungnya, Dan di detik kemudian gadis itu telah berada di dunia yang berbeda.
Jiwanya menempati tubuh putri dari seorang jendral perang yang terkenal dengan sampah karna tidak mampu berkultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cahaya biru yang menjengkelkan
Di salah satu kamar di kediaman keluarga Bai
tampak seorang gadis masuk kedalam tersebut dengan wajah suram, Semua pelayan miliknya tampak tak berani mengangkat wajahnya sedikitpun, tubuh mereka terasa bergetar ketika merasakan aura kemarahan dari gadis itu
"Arghhh dasar jalang bagaimana bisa gadis itu hidup kembali"
Prang Prang
Teriak gadis itu dengan kemarahan menggebu gebu, Beberapa barang di kamar tersebut kini telah hancur tak bersisa mengisahkan pecahan yang berserakan di bawah lantai.
"Nona tenangkan diri anda, Putri Meilan hanya beruntung, meski dia selamat kali ini, nona bisa menyingkirkannya di lain waktu"
Sang pelayan pribadinya tampak mulai menenangkan gadis tersebut.
Dia adalah Chanzi anak dari saudara jendral Bai yang kini telah tiada, kini gadis itu telah menjadi sebatang kara. Karna merasa kasihan Jendral Bai memilih merawat gadis itu.
Dada Chanzi tampak naik turun tangannya terkepal kuat, membiarkan kuku panjang dan indah miliknya tampak membekas di kepalan tangannya.
Dia benar benar marah saat ini.
"Kau benar, dia hanya selamat kali ini, dia cukup beruntung hari ini, bukan berarti dia akan selamat dari maut di hari berikutnya"
Sarkas gadis itu dengan senyum mengerikan yang bertengger di bibirnya.
****************
Sedangkan di kamar milik Meilan, gadis itu tak kunjung tidur, di tengah rasa bosan yang menggelutinya dia memilih untuk keluar dari kamarnya tidak peduli dengan angin malam yang terasa begitu dingin menusuk kulitnya.
Meilan merapatkan mantelnya, dia mendapatkan pakaian tebal itu di lemari kamarnya.
Dia bergerak membawa langkahnya tanpa tujuan, dia hanya berjalan jalan untuk mengurangi rasa bosannya.
Namun pada saat itu, tepat tidak jauh dari posisinya dia menangkap cahaya biru yang menarik perhatiannya.
Sayangnya cahaya itu berada di hutan belakang dan untuk kesana dia harus melewati penjaga yang kini bertugas di gerbang.
Gadis itu tentu saja tidak tinggal diam, dia mengambil batu lalu melemparnya ke arah yang berbeda.
Mendengar sesuatu mencurigakan membuat prajurit tersebut segera memeriksanya, Meilan tanpa membuang buang waktu segera keluar dari kediaman tanpa hambatan apapun.
Meilan terus membawa langkahnya mengikuti cahaya biru tersebut, tidak peduli seberapa jauh cahaya itu pergi dia terus saja mengikutinya.
Namun semakin lama gadis itu merasa kesal, karna cahaya tersebut seolah mempermainkannya, mereka telah mengelilingi tempat itu beberapa kali.
"Kau cahaya sialan berani sekali kau mempermainkan ku"
Gadis itu tampak mengeram kesal.
"Cih hanya cahaya jelek benar benar bertingkah begitu bodoh"
Maki Meilan kembali
"Kau benar benar begitu berani mengatai tanpa bercermin lebih dulu"
Meilan jelas saja terkejut, menatap sekelilingnya dengan cepat ketika mendengar suara tersebut.
"Siapa?"
Gadis itu mengalihkan pandangannya, namun tidak ada tanda tanda kedatangan orang lain saat ini, kini matanya tertuju pada cahaya yang kini berhenti depannya.
"Kau?"
Meilan menujuk cahaya biru tersebut tanpa ragu.
"Kau benar benar begitu berani menunjuk hewan ilahi sepertiku"
Dan tepat setelah mengatakan itu, cahaya itu semakin bersinar benar benar menyilaukan mata hingga Meilan menutup matanya dengan lengan baju miliknya.
Heningg
Selang beberapa waktu Meilan membuka matanya alangkah terkejutnya dia ketika melihat sosok burung Phoenix kini berada di hadapannya.
Ukurannya tidak begitu besar, mirip burung pada umumnya, hanya saja warna birunya begitu indah dan menyejukkan mata.
"Kenapa? Kau terpesona denganku?"
Phoenix tersebut berkata dengan sombong.
Mulut Meilan berkedut ketika mendengar burung tersebut yang begitu narsis.
"Terlalu percaya diri"
Ucap Meilan yang memutar bola matanya jengah.
Mendengar itu membuat Phoenix tersebut termenung beberapa waktu, dia adalah blue Phoenix, burung legendaris yang berelemen gabungan antara es air dan angin.
Dia adalah burung Phoenix yang di buru para kultivator tinggi di berbagai kerajaan dan bisa bisanya gadis di hadapannya itu tampak tidak peduli ketika melihatnya.
"Kau ingin kemana?"
Burung Phoenix tersebut segera bertanya dengan cepat.
"Tentu saja kembali, memangnya aku harus menontonmu menyombongkan diri? Benar benar memuakkan"
Ucap Meilan acuh yang kemudian segera berbalik meninggalkan tempat tersebut.
"Kau"
Phoenix tersebut benar benar kehilangan kata katanya, Dia dengan cepat melesat ke arah gadis di hadapannya.
Meilan merasa pandangannya buram, berulang kali gadis menggelengkan kepalanya, hingga kesadarannya seolah di tarik dengan paksa.
Dan di detik kemudian saat gadis itu sudah membuka matanya kini dirinya sudah berada di tempat yang berbeda.
Tidak ada lagi pemandangan hutan dengan pohon yang begitu rimbun dan gelap. Kini dia berada di hamparan salju begitu luas yang tak terkira.
Gadis itu menatap sekelilingnya dengan takjub, ini benar benar terlalu menakjubkan.
Dia tidak menyangka jika dirinya berada di dunia fantasi yang selama ini terdengar mustahil di otaknya. Namun merasakannya secara langsung berpindah tempat yang berbeda dalam satu detik benar benar terlalu luar biasa.
"Cih benar benar lemah"
Suara tersebut mengejutkan Meilan, gadis itu mendonggakkan kepalanya betapa terkejutnya dia ketika melihat burung Phoenix tadi kini tampak begitu indah di atas sana.
Kini wujudnya tidak lagi kecil, Hewan tersebut berubah menjadi besar, sekitar 3 meter, tak lupa sayapnya berkilau layaknya kristal biru yang menyejukkan mata.
"Kau berkata seperti itu seperti kau hebat saja"
Mendengar apa yang dikatakan gadis di bawah sana membuat Phoenix tersebut menjadi tidak senang, dia terbang kebawah berhenti tepat di hadapan gadis itu.
"Tentu saja aku hebat, bahkan sangat hebat"
"Benarkah kau sangat hebat?"
Meilan menatap Phoenix di depannya dengan ragu, meskipun sebenarnya dia merasa takjub tapi untuk menghadapi hewan sombong dia harus lebih sombong lagi.
"Tentu saja"
Phoenix tersebut menjawab dengan cepat
"Lalu bagaimana jika kau membuktikannya"
Tantang Meilan kemudian.
"Kau ingin bukti apa?"
Phoenix tersebut berkata dengan sombong.
"Bukankah hewan ilahi bisa berubah menjadi manusia? Maka berubahlah"
Ucap Meilan dengan cepat.
Dia ingat dia pernah membaca novel fantasi di dunia modern ketika masih di sekolah menengah pertama, dan setaunya burung Phoenix itu bisa berubah menjadi manusia ketika ranah kultivasinya berada di tingkat yang tertinggi.
Tiba tiba Phoenix tersebut tergugu, dia tampak salah tingkah.
"Itu, karna kau adalah pemilikku, maka kau harus menjadi lebih kuat agar aku bisa menjadi manusia"
Jawab Phoenix
Meilan merotasi malas mendengarnya, kemudian berkata.
"Cihh omong kosong apa itu, katakanlah jika kau benar benar tidak sekuat apa yang kau katakan"
Sarkas Meilan membuat Phoenix tersebut dalam kemarahan yang menggebu gebu.
Andai saja gadis di hadapannya tidak memiliki status yang spesial, maka dia telah menghancurkan gadis itu dalam satu kepakan sayapnya.
"Kau bisa mengoreksi orang lain, Tapi kau sendiri lebih lemah dari seekor kucing"
Sarkas Phoenix tersebut dengan sombongnya, dia benar benar enggan mengalah dengan orang lain