Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
"Aku kecewa karena suamiku sendiri berniat menjandakan aku demi membahagiakan wanita lain."
Pelangi Faranisa, seorang gadis taat agama yang dijodohkan dengan pria brutal. Di malam resepsi pernikahan, ia dipermalukan oleh suaminya sendiri yang pergi tanpa permisi dan lebih memilih mabuk-mabukan.
Pemberontak, pembangkang, pembuat onar dan pemabuk berat. Itulah gambaran sosok Awan Wisnu Dewanto.
"Kamu tidak usah terlalu percaya diri! Aku tidak akan pernah tertarik denganmu, meskipun kamu tidak memakai apa-apa di hadapanku!" ~ Awan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beri Kesempatan?
Kini mereka semua sedang duduk bersama di dalam sebuah ruangan tertutup, setelah Ayah Fery berhasil membujuk besannya untuk berbicara dengan kepala dingin. Pelangi duduk di antara kedua orang tuanya, sementara Zidan diminta Ayah Ahmad untuk menunggu di ruang tamu.
Awan menundukkan kepala saat Ayah Ahmad menghujam tatapan penuh kekecewaan terhadapnya. Berbeda dengan Ibu Sofie, di saat yang lain merasa sedih dan kecewa, ia justru bersikap acuh tak acuh.
“Aku melepas Pelangi dengan harapan dia akan disayangi, dijaga dan diterima dengan baik di rumah keluarga barunya. Apakah kekurangan Pelangi sehingga dianggap tidak layak di keluarga ini?”
Ayah Ahmad membuka suara, yang membuat Ayah Fery memejamkan mata dengan penuh sesal. “Bukan Pelangi yang tidak layak. Awanlah yang sebenarnya tidak layak untuk wanita sebaik pelangi.”
Ibu Humairah menyeka air mata yang sedari tadi terus mengalir di wajahnya tanpa henti. Ibu mana yang tidak sakit hati mendengar putri kesayangannya dihina oleh keluarga suaminya. Pelangi terdiam dengan pandangan tertunduk, wajahnya datar tanpa ekspresi.
“Kalau begitu kenapa Pelangi tidak mendapatkan haknya sebagai istri dan menantu?”
“Aku benar-benar minta maaf. Aku sangat menyesali sikap Awan.”
“Lalu bagaimana dengan seorang wanita bernama Priska? Dia mengaku memiliki hubungan yang sudah sangat jauh dengan Awan. Benarkah itu?” Sorot mata penuh tanya Ayah Ahmad langsung tertuju kepada menantunya. Seolah menuntut sebuah jawaban. “Kalau memang Nak Awan memiliki wanita lain yang dicintai, lepaskanlah Pelangi.”
“Tidak, Ayah!” Awan menggeleng dengan cepat. “Saya memang bukan laki-laki yang baik, saya sering mabuk-mabukan, membuat keributan, balapan liar dan mengabaikan Pelangi selama ini.”
Mata Ayah Ahmad terpejam frustrasi, tangannya terangkat mengusap dada. Bibirnya mengucap istighfar beberapa kali. Sementara Ayah Fery memijat kening, Awan baru saja membongkar semua aibnya sendiri yang berusaha ia dan Pelangi tutupi.
“Saya akui semua kesalahan yang pernah saya lakukan. Tapi saya tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan Priska.” Awan menatap istrinya. “Pelangi, aku mohon percaya sama aku. Aku sangat menyesal dan mau memperbaiki kesalahanku. Aku memang pernah lama menjalin hubungan dengannya, tapi tidak pernah ada yang terjadi di antara kami. Aku mau memulai semuanya dari awal lagi bersama kamu.”
“Apa maksud kamu, Awan! Bukannya kamu memang terpaksa menikahi Pelangi, ya? Ibu tahu kamu masih mencintai Priska.”
“Astaghfirullahalazim, Bu!” pekik Ayah Fery. “Tidak sepantasnya kamu berkata seperti itu di hadapan Pelangi! Kamu seharusnya mendukung Awan untuk memperbaiki rumah tangganya, bukan malah mengacaukan. Hati kamu benar-benar sudah dirasuki iblis!”
“Memang apa yang salah dengan ucapanku, Mas? Memang benar kan, Awan tidak menginginkan Pelangi. Hanya Priska yang layak untuk Awan, dan ini sudah waktunya untuk Awan menentukan sendiri pilihan hatinya!”
Semakin besarlah rasa bersalah Ayah Fery terhadap Pelangi dan besannya. Ia mendesahkan napasnya berat. “Ahmad, aku minta maaf yang sebesar-besarnya. Pelangi, maafkan ayah, Nak.”
Pelangi masih diam dengan wajah yang semakin memucat. Jemarinya saling meremas dengan gemetar. Ucapan ibu mertuanya terlampau menyakiti hatinya.
“Sudahlah, tidak baik berbicara dalam keadaan emosi. Mungkin lebih baik kalau Nak Awan memikirkan segalanya dan memantapkan hati, mana yang benar-benar terbaik untuk Nak Awan dan Pelangi. Untuk sementara, mohon izinkan ayah untuk membawa Pelangi pulang.” Ayah Ahmad berdiri dari duduknya. “Ayo Bu, Nak, kita pulang dulu.”
Ayah Fery sudah pasrah mendengar keputusan Ayah Ahmad. Zidan langsung berdiri ketika melihat Ayah, ibu dan kakaknya keluar dari ruangan itu. Mereka berjalan bersama menuju pintu. Sementara Awan menyusul di belakang.
“Berhenti, Awan! Biarkan saja dia pergi, tidak perlu kamu halangi!” pekik Bu Sofie. Namun, Awan tak peduli. Ia terus berjalan mengikuti istrinya.
“Pelangi aku mohon beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya!”
Zidan membukakan pintu mobil untuk kakaknya. Kemudian menatap Awan. "Kak Awan pernah dengar kisah Adam Alaihissalam dan Siti Hawa?" Awan terdiam, sembari berusaha mengingat nama yang baru saja disebut adik iparnya.
"Keduanya pernah melakukan kelalaian dengan terhasut oleh iblis, yang membuat mereka diturunkan dari surga ke dunia. Mereka dipisahkan oleh ruang waktu dan jarak yang begitu jauh. Itulah salah satu cara Allah mensucikan kembali jiwa mereka yang sudah ternoda. Dalam perpisahan fisik itu, Adam dan Hawa ditempa untuk meningkatkan derajat jiwa, dari amarah menjadi mutmainnah. Dan ketika mereka sudah berada di titik kepasrahan dan kesungguhan, Allah mempertemukan mereka kembali di Bukit Jabal Rahmah. Kak Awan mungkin bisa memetik hikmah melalui kisah ini."
............