Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kompensasi dari Ansenio.
Ansenio yang tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil nampak semakin mengerutkan dahinya ketika melihat Anis semakin mendekat padanya.
"Ada apa??." pertanyaan Ansenio yang diiringi dengan raut wajah datar yang menghiasi wajah tampannya membuat Anis merasa gugup bahkan tubuhnya hampir saja membeku karenanya. Namun, dengan mengandalkan sisa keberanian yang ada Anis nampak meletakkan kedua telapak tangannya pada dada bidang milik Ansenio.
Tatapan datar Ansenio beralih pada tangan Anis yang kini berada di dadanya.
Menyadari tatapan datar Ansenio, Anis lantas menjauhkan tangannya dari dada bidang pria itu. "Maaf atas kelancangan saya, tuan." ucapnya dengan wajah tertunduk. Niat hati ingin menggoda Ansenio agar tidak sampai berbuat sesuatu yang tidak tidak pada keluarganya, kini Anis justru dibuat malu sendiri akan sikapnya.
Melihat sikap Anis tersebut sontak saja sebuah seringai tercetak di sudut bibir Ansenio.
"Sepertinya kau sudah merindukan s*ntuhanku." lirih Ansenio tepat di telinga Anis, sontak saja Anis mengangkat wajahnya. Anis dibuat tersentak dengan pergerakan Ansenio yang tiba-tiba saja menc*um bibirnya. Anis memejamkan matanya, tidak bisa ia pungkiri setiap kali pria itu menci*mnya dengan penuh kelembutan Anis selalu saja terbu*i.
Di sore hari menjelang petang hari itu dua orang insan berg*mul di balik selimut putih dengan berbagi peluh.
"Aku tahu, kau sengaja memberanikan diri untuk merayuku agar aku tidak sampai berbuat sesuatu pada anggota keluargamu, bukan??." gumam Ansenio saat menatap wajah Anis yang kini telah terlelap usai melewati permainan p*nas Mereka, lagi lagi Tanpa sadar Ansenio menarik sudut bibirnya ke samping. Kini Anis terlelap di bawah selimut putih yang menutupi tubuh p*losnya.
Setelahnya, Ansenio pun mengenakan pakaiannya lalu mengambil laptopnya untuk memeriksa beberapa file penting yang baru saja di kirimkan Jasen ke emailnya. Di antara beberapa file yang dikirimkan Jasen, beberapa di antaranya adalah beberapa file yang menunjukkan dokumen kepemilikan atas aset berharga yang dulu pernah diberikannya pada mendiang Ananda pada saat mereka menikah. Saat Menikahi Ananda Ansenio menghadiahi istrinya itu dengan dua buah rumah mewah serta satu unit mobil sebagai mahar, dan salah satunya kini di tempati oleh orang tua Ananda.
Melihat File dokumen atas kepemilikan dua buah rumah mewah milik mendiang Ananda, tiba tiba perhatian Ansenio beralih pada wanita cantik yang kini tengah terlelap di atas tempat tidurnya. Wanita yang tidak mengharapkan apapun darinya sebagai mahar, selain keselamatan anggota keluarganya.
Puas menatap wajah Anis dari kejauhan, kini Ansenio mengambil ponselnya untuk menghubungi Jasen.
Entah apa yang di perintahkan Ansenio pada Jasen, yang jelas Pria itu mengiyakan perintah dari tuannya.
Setengah jam kemudian, Anis pun mulai terjaga dari tidurnya. "Bersiaplah!! Malam ini aku akan mengajakmu ke suatu tempat!!." Anis yang baru saja membuka matanya lantas mengarahkan pandangannya ke sumber suara.
"Baik tuan." sahut Anis, sebelum kemudian mulai nampak meregangkan otot-ototnya yang terasa seperti mau remuk semua usai mel*yani pria itu.
**
Malam harinya, tepat pukul tujuh malam Ansenio serta Anis telah berada di perjalanan menuju ke suatu tempat yang Anis sendiri tidak tahu, di mana dan kemana tujuan Ansenio akan mengajaknya.
Wajah Anis nampak berbinar ketika melihat pedagang es lilin yang mangkal di tepi jalan, ia bahkan sampai memutar lehernya ketika mobil yang di kendarai Jasen hampir melewatinya.
"Tepikan mobilnya!!.". Titah Ansenio dan Jasen pun menurutinya.
Hanya dengan isyarat dari sorot mata Ansenio, Jasen dapat mengerti apa yang diinginkan oleh majikannya itu. Jasen lantas turun dari mobil lalu berjalan ke arah pedagang es lilin.
"Ternyata tuan Jasen suka jajan es lilin juga??." lirih Anis dalam hati saat melihat Jasen menyambangi pedagang es lilin.
Tak lama kemudian, Jasen kembali ke mobil dengan sebuah kantong plastik yang berisikan es lilin. ia kembali menjatuhkan bokongnya di kursi kemudi lalu menoleh ke belakang dan menyerahkan es lilin yang baru saja di belinya pada Anis.
"Buat saya, tuan Jasen???". Tebak Anis, seketika wajah Anis berubah berbinar ketika Jasen mengiyakannya.
"Terima kasih, tuan Jasen." kata Anis.
"Jangan berterima kasih pada saya Nona, berterima kasihlah pada suami anda karena beliau yang meminta saya untuk membelikannya untuk anda." jawab Jasen apa adanya.
"Terima kasih, tuan." Anis mengucapkan terima kasih pada Ansenio seraya mengukir senyum manis di wajah cantiknya. Ia tidak menyangka Ansenio bisa tahu jika dirinya begitu menginginkan es lilin tersebut.
"Hemt." sahut Ansenio tanpa menoleh pada Anis.
"Sepertinya kau senang sekali, atau jangan-jangan es lilin itu mengingatkanmu pada mantan kekasihmu itu." masih dengan posisi menatap lurus ke depan Ansenio berujar dan itu mampu membuat Anis menoleh padanya.
"Anda adalah orang pertama yang bisa menebak jika aku menyukai es lilin ini, aku tidak pernah memberitahunya pada siapapun termasuk tuan Armada." jawaban Anis Sontak saja memancing lirikan Ansenio padanya.
Beberapa menit berada diperjalanan, Anis baru menyadari jika jalanan yang mereka lalui tidak asing baginya. "Ah tidak mungkin." batin Anis menolak dugaan yang terlintas di pikirannya. Namun semakin ke sini jalanan yang mereka lalui semakin tak asing baginya, hingga mobil yang membawa mereka pun berhenti di depan sebuah rumah yang begitu di kenali Anis.
"Tuan...." dengan suara tertahan Anis berkata, ketika mobil mereka berhenti tepat di depan rumah kedua orang tuanya.
"Kau boleh menginap di sini malam ini !! Anggap saja ini sebagai kompensasi atas kepu*san yang kau berikan padaku sore tadi." Dalih Ansenio.
"Apapun alasan anda sampai mengantarkan saya ke sini, saya tetap berterima kasih atas kebaikan anda, tuan." Meski begitu Anis tetap merasa bersyukur karena malam ini ia bisa meluapkan kerinduannya pada kedua orang tua serta adiknya.
Anis pun segera beranjak turun dari mobil. Setelah memastikan Anis masuk ke dalam rumah itu, Ansenio lantas meminta Jasen untuk segera meninggalkan tempat itu.
Di dalam mobil, Ansenio kembali teringat akan racauan Anis ketika tertidur sore tadi, di bawah alam bawah sadarnya wanita itu meracau dengan menyebut nama ayah dan ibunya. Dari situlah Ansenio dapat menyimpulkan jika Anis begitu merindukan keluarganya.
"Tuan, sepertinya mantan kekasih dari nona Danisha putri masih berusaha mencari tahu penyebab mengapa sampai nona Danisha tiba tiba menginginkan perpisahan di antara mereka." penyampaian Jasen membuyarkan lamunan Ansenio tentang kejadian sore tadi.
"Kenapa pria itu masih merasa belum puas dengan keputusan Anis, bukankah jika salah seorang di antaranya menginginkan perpisahan di dalam satu hubungan itu artinya pihak tersebut tak lagi menginginkan kebersamaan??." komentar Ansenio.
"Yang menjadi persoalannya tuan, awalnya Nona Danisha Putri yang meminta Tuan Armada untuk membuka hati untuknya namun setelahnya nona Danisha putri jugalah yang meminta perpisahan di dalam hubungan mereka. Saya rasa itu yang membuat tuan Armada merasa ada sesuatu yang janggal sehingga membuatnya terus mencari tahu kejanggalan yang terjadi, tuan." beritahu Jasen.
"Jadi dia sangat mencintai pria itu??." Jasen bingung harus memberi jawaban seperti apa ketika mendengar pertanyaan dari majikannya itu, terlebih lagi saat ini wajah Ansenio telah berubah datar tanpa ekspresi.