Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nasi goreng
Pagi hari
Vika sudah biasa bangun lebih awal. Dia juga terpaksa memakai baju Rara karena memang tanpa sengaja harus tidur ditempat kediaman keluarga Mahesa. Vika sempat membangunkan sahabatnya untuk mengantarnya ke dapur seperti rutinitas dipagi hari, yaitu membuat teh hangat, namun sahabatnya itu sendiri masih menikmati mimpi indahnya sampai tidak mau membuka mata walau semenit pun. Dia hanya bilang "kamu lakukan saja apa yang mau kamu lakukan. Jam segini semuanya orang masih pada tidur"
Setelah mendengar perkataan Rara, Vika jadi lebih tenang. Dia merasa tidak perlu khawatir jika ke dapur sendiri, toh semuanya masih tidur.
Vika membuka kamar Rara, mengintip ke sekeliling sudut rumah memastikan kalau dia akan aman jika keluar sekarang. Dan ternyata benar saja, rumah itu sunyi bahkan asisten rumah tangga juga belum terlihat melintas. Maka Vika melanjutkan keluar kamar dengan hati-hati, sebelum itu dia juga membuka sandal rumah agar lebih aman dan tidak menimbulkan suara langkah kaki.
Sesampainya di dapur, Vika juga tidak terlalu sulit untuk menemukan dimana tempat tersimpan nya teh dan gula karena semua tertata dengan rapih. Dan untuk air panas juga tersedia di dispenser jadi Vika tidak akan banyak menimbulkan suara di sana,
"Kenapa kamu tidak pernah nurut shi Ra! Kakak bosan terus-menerus kasih tau kamu untuk pakai sandalnya." Tiba-tiba ada sepasang sandal yang tadi Vika tinggalkan kini sudah mendarat disebelah kakinya
Vika terkejut menoleh kearah kakinya dan langsung melihat orang yang tadi bicara. "Chef Arya?"
Bodoh!! Kenapa aku percaya ucapan orang setengah sadar itu, dia emang sengaja bikin aku salah tingkah disini, awas aja kamu Ra.
"Lho kamu?" Arya juga ikut terkejut dan menatap Vika dari bawah sampai atas, karena ini pertama kalinya dia lihat gadis itu pakai setelan baju tidur, tanpa make-up, dan rambut sedikit berantakan
Spontan Vika merasa tidak nyaman dengan tatapan itu lalu mundur beberapa langkah sambil menutupi bagian dadanya, walaupun semua memang tertutup dengan sempurna, namun Vika langung teringat dengan malam dimana Arya menunjukan sisi mesumnya pada Chika.
"Chef Arya ngapain disini??" Vika sangat gugup sampai tidak sadar kalau pertanyaan itu seharusnya untuk dirinya
"Ini kan rumah saya" Arya heran dengan pertanyaan Vika
"Eh, iya bener. Maaf pak, saya permisi" Vika mengambil secangkir teh yang baru saja dia buat lalu berjalan melewati Arya untuk kembali lagi ke kamar Rara
"Tunggu!" Cegahnya
Kenapa harus manggil si?
Vika menghentikan langkahnya tapi tidak berani kalau harus membalikan tubuh untuk menghadap Arya. Seribu satu pikiran buruk sudah melintas di kepalanya entah apa yang akan dia lakukan kalau tiba-tiba pria itu memeluknya dari belakang.
"Kenapa kamu disini?"
Pertanyaan Arya membuat dia membuang napas lega, kini pikirannya sudah berubah lagi, kenapa juga harus berpikir seperti itu, kalau dibandingkan dengan Chika yang seorang model, Vika tidak ada apa-apanya. Dia sampai memukul kepalanya pelan karena memiliki pemikiran kalau Arya akan melakukan hal menjijikan pada dirinya.
Vika sadar!!. Kenapa malah berpikir yang gak masuk akal!!
"Maaf Chef. Sebenarnya semalam saya sudah pamit pulang, tapi Rara dan nenek meminta saya untuk bermalam disini" kini Vika berani membalikan tubuhnya dan berbicara menatap Arya
Sial. Gadis ini imut sekali dengan wajah natural, dan baju tidur Rara juga kenapa jadi sexy kalau yang pakai Vika
Arya tersadar dan mencoba memalingkan wajahnya kearah lain. Dia tidak mau, Vika merasa diperhatikan dan akan merusak citranya sebagai bos nantinya
"Oh, saya yang harusnya minta maaf, gara-gara semalam kamu sampai terlantar dan tidak pulang ke kostan"
"Gak apa-apa kok Chef, saya senang dapet kesempatan kenal keluarga Chef juga nenek."
Arya hanya membalasnya dengan senyum dan anggukan. Dia juga sesekali menyeka tengkuknya karena salah tingkah. Vika juga jadi merasa serba salah dengan suasana yang langsung hening tidak ada bahan obrolan lain.
"Chef mau kopi?" Vika tiba-tiba menawarinya untuk menghilangkan kegugupan mereka
"Tidak perlu. Ini bukan jam kerja jadi setatus kamu disini teman Rara. Tapi!!,, kalau tidak keberatan saya sangat akan berterima kasih" Arya berbicara entah kemana arahnya.
"Oh, gak kok Chef. Sebentar saya buatkan" Vika menaruh kembali cangkir tehnya dan membuatkan kopi untuk Arya. Walaupun dia tidak pernah tau selera kopi bosnya seperti apa tapi biarkan saja, dari pada harus bertanya, baginya inisiatif sendiri jauh lebih baik. diminum atau tidak, bukan urusannya juga.
Saat Vika membuatkan kopi, dia baru berani puas menatap punggung gadis itu. Pikirannya mengarah pada Vika bahkan didalam hatinya dia berbicara kalau saja sudah menikah pasti seperti ini.. saat bangun tidur menatap wajah polos sang istri dengan piyama tipis, dibuatkan kopi, sarapan, ada yang memijatnya kalau lelah, pakaian sudah tersedia untuk dipakai hari ini, bermanja-manjaan, namun sesaat pikirannya langsung melintas pada Chika, gadis yang dia cintai dengan kasta yang sepadan namun jauh dari impian yang dia harapkan tadi.
Sesaat pikirannya langsung kacau, dia memijat keningnya frustasi. Sesekali dia juga ragu dengan rencana lamarannya Minggu depan, tapi secangkir aroma kopi tersaji dimeja menyegarkan kepalanya.
"Ini kopinya. Maaf!! Apa Chef sakit?"
"Terimakasih. Tidak, hanya saja sedikit pusing."
"Mungkin kalau Chef sarapan pusingnya akan hilang?"
"Asisten rumah tangga akan menyajikan sarapan pukul tujuh nanti"
"Oh gitu"
"Kamu bisa masak?"
"Ah, saya?. Haha Chef kan tau di restoran saya hanya waiters bukan koki"
"Iya tau. Makanya saya nanya. Tapi kamu bisa kan masak untuk sarapan?"
"Haha Chef mau menguji saya ya.. bisa paling goreng telur aja" Vika sangat malu kalau ditanya masak oleh seorang Chef handal yang bahkan setiap harinya selalu menciptakan menu baru untuk restorannya
"Kalau gitu buatkan saya sarapan apa pun yang kamu bisa,"
"Apa? Saya?"
"Kamu pikir disini ada orang lain lagi?"
"Tapi masakan saya jauh dari kata nikmat Chef"
"Kamu mau saya jatuh pingsan karena tidak sarapan?,"
"Tidak-tidak. Baiklah saya akan buatkan.. tapi kalau keracunan sama rasanya jangan marah ya"
"Hmm"
"Tapi gak gratis lho?"
"Apa!!!?. Bisa tidak kalau seseorang meminta pertolongan kamu, jangan pakai tarif?"
"Gak bisa, karena didunia ini semua orang butuh uang" dengan santai Vika menjawab sambil menunggu keputusan Arya
"kalau bukan karena lapar aku tidak akan membeli makanan di rumahku sendiri"
"Deal. Ok tunggu"
Vika langsung tersenyum dan mulai mencari bahan makanan yang sudah tersedia di lemari es. Dia juga Mulai memotong-motong bawang, cabai, juga bumbu dapur lainnya. tadinya Vika berpikir untuk membuatkan telur goreng untuk Arya. Namun karena bosnya membayar di setiap seporsi makanannya jadi Vika pun membuatkan makanan yang agak spesial yaitu nasi goreng, kalau urusan soal rasa dia tidak peduli. Yang penting hari ini dapat uang makan di luar pekerjaannya
"Silakan Chef" Vika meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Arya, dari aromanya memang tercium sangat berbeda dari setiap nasi goreng yang pernah dia buat juga. namun entah seperti apa rasanya karena terlihat dari segi penampilan saja nasi goreng itu sama sekali tidak memikat selera. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba dulu lagipula dia sudah membelinya Sayang jika disia-siakan, dan Vika juga sudah susah payah membuatnya. Arya meraih sendok yang ada di piring itu lalu mengambil Seujung nasi goreng kemudian memakannya, seketika dia terdiam meng icip-icip rasa dari masakan Vika namun setelah mengunyahnya ternyata bumbu yang Vika campurkan kedalam nasi goreng tersebut sangat pas di lidah Arya jadi dia tidak sia-sia membeli sarapannya.
"Gimana Chef? Rasanya gak aneh Kan? Chef nggak akan keracunan kan?" Vika masih menunggu hasil masakannya di lidah Arya. Namun pria itu belum juga menjawab, Dia terus melanjutkan makannya tanpa memperdulikan rentetan pertanyaan dari karyawannya. padahal Gadis itu ingin sekali kembali ke kamar Rara tapi terpaksa harus duduk di meja makan bersama bosnya, tidak bermaksud untuk menemani Arya tapi, Vika menunggu bayaran hasil kerja kerasnya pagi ini
Dari keakraban seorang bos dan karyawan ternyata ada yang melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. seseorang dari tadi memantau mereka dengan wajah sumringah disisi bibir tipisnya