siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERUBAHKAN
***********"""" Arshena Humaira **********
Aku menatap lurus dinding putih yang ada di ruangan ini. Tanganku masih terhubung dengan selang infus. Aku belum boleh pulang karena fisikku terlalu lemah. Aku memandang pergelangan tanganku yang sempat memerah akibat cengkeraman Mas Rayhan
Aku tidak menyangka dia tega melakukan itu padaku. beralasan Mas Arhan dan Naila, sungguh membuatku sakit. Dia tahu aku bertemu dengan Mas Arhan, dan dia pun marah karena aku mengaku menjadi Naila.
Aku sempat penasaran bagaimana Naila itu, tapi semua aku tepis kembali, sudahlah itu bukan urusanku. Aku hanya ingin merawat Ibu. Dan kini Ibu sudah berjalan normal.
Aku memandang sekilas Mas Rayhan yang baru masuk membawa nampan berisi bubur. Aku memalingkan wajahku. Bayangan kelakuan kasar nya kemarin masih melekat di ingatanku. Rasanya aku ingin sekali pergi dari lelaki ini.
“Kamu sarapan dulu” ucapnya
Aku hanya diam menatap sendok yang ada di hadapanku. Berulang kali mas Rayhan memanggilku dan mengatakan aku harus makan.
“Aku bisa sendiri Mas” ucapku seraya meraih mangkuk berisi bubur itu.
Aku menyuap sedikit bubur yang terasa hambar di lidahku itu. Aku memaksa diriku untuk makan setidaknya demi anak di rahimku. Aku berusaha tegar tanpa memperdulikan mas fajar yang masih ada di sampingku.
Sepertinya semua niatku sudah benar, menyelesaikan semua tugasku, setelah ibu sembuh aku akan pergi sejauh mungkin.
“Maaf kemarin aku kasar sama kamu Shena” ucapnya
“Bisa tinggalkan aku sendiri mas? Aku ingin istirahat” ucapku setelah aku memakan bubur itu
Aku menatap sekilas Mas Rayhan yang mengangguk. Dia pergi dari ruangan ini. Aku menghela napas berat dan aku kembali istirahat.
Cukup lama aku tertidur, aku terbangun saat aku merasa sedikit mual. Aku mencoba bangun dengan perlahan, rasanya aku ingin membuang apa yang aku makan tadi. Aku mencoba menahannya, jangan sampai aku memuntahkannya di kasur.
“Kamu mau apa?”
Mas Rayhan berlari menghampiriku, membantuku untuk bangun dan turun dari kasur. Aku berusaha menghindar tapi Mas Rayhan memaksa untuk membantuku.
“Aku mau muntah Mas, menyingkir lah!” ujarku
“Aku akan bantu kamu” ucapnya sambil menuntunku.
Setelah sampai di kamar mandi, aku langsung memuntahkan semua isi perutku. Bahkan sampai tak bersisa, cairan kental yang keluar cukup banyak. Aku semakin lemah, membuat Mas Rayhan semakin kuat menahan tubuhku.
“Sudah?” tanyanya kali ini dengan suara lembut yang lain dari biasanya ketika bicara denganku. Belum pernah aku mendengar suara Mas Rayhan yang seperti ini selama ini.
Aku mengangguk, dia kembali membantuku untuk kembali ke kasur. Dia terus menungguiku walaupun aku tidak perduli dengannya.
Dia duduk di sebelahku, mencoba membetulkan selimut yang menutupi kakiku.
“Kalau masih mau muntah, kamu panggil aku” ucapnya
Aku hanya mengangguk dan kembali memejamkan mataku. Aku kembali tertidur entah karena kondisiku atau efek obat yang aku minum. Aku lelah, aku terlalu lelah.
...****************...
Esok harinya, aku mulai merasa lebih baik. Aku di perbolehkan pulang walaupun belum boleh beraktifitas. Aku harus bed rest sampai kandunganku baik – baik saja.
“Shena, apa kamu butuh sesuatu Anak?” tanya Ibu
“Tidak Bu” jawabku
Ibu mengelus kepalaku dengan lembut. “Kamu tidak ingin sesuatu, Anak. Selagi kita masih di jalan?”
“Shena belum ingin apa – apa Bu”
“Baiklah” ucap Ibu sambil tersenyum.”Ray, cari buah – buahan saja, Shena harus banyak makan buah, dia belum bisa menerima banyak makanan”
“Iya Bu” jawab Mas Rayhan
Mas Rayhan menghentikan mobilnya di depan toko buah – buahan dan membelikan banyak buah untukku. Aku berpikir apa Mas Rayhan akan menerimaku seperti apa yang di katakan Mas Adit kemarin? Jika dia ingin mencoba, apa aku harus memberi dia kesempatan? Ah aku masih bingung.
Lima belas menit berlalu, kami sampai di rumah mewah Ibu. Ibu melarang ku berjalan, jadi Mas Rayhan harus menggendongku. Aku sempat bingung tapi apa boleh buat.
Aku menatap sekilas wajahnya yang masih terlihat datar. Hembusan napasnya bisa aku rasakan. Aku berpikir, seandainya kami layaknya pasangan normal, betapa senangnya aku di perlakukan semanis ini.
“Mau ke kamar atau ke sofa” tanyanya seraya memandangku sekilas
“Kamar saja Mas” jawabku
Mas Rayhan membawaku ke kamar, meletakkan tubuhku dengan hati – hati di atas kasur
“Istirahat lah Shen” ucapnya
Aku mencoba mencari kenyamanan, sedangkan Ibu terus memperhatikan aku. Ibu menemani aku di kamar, bercerita soal apa yang boleh dan tidak boleh aku lakukan nanti. Ibu cukup khawatir, dia tidak mau aku sakit lagi. sejak dulu Ibu memang selalu perhatian sama aku sedari aku belum menikah dengan Mas Rayhan.
“Katakan sama Ibu jika kamu menginginkan sesuatu, jangan sungkan sama Ibu ya” ucapnya
“Iya Bu” jawabku sambil tersenyum
Lama Ibu menemani aku sambil mengobrol, ibu mencoba membuat aku nyaman. Akhirnya aku merasakan kantuk, beberapa kali aku menguap, akhirnya Ibu meninggalkan aku. Tapi sungguh tidak aku duga, Ibu memanggil Mas rayhan untuk menemani aku tidur.
“Temani Shena, jika dia merasa kram lagi, kamu bisa pelan – pelan memijitnya. Elus punggungnya itu akan mengurangi rasa sakitnya” titah Ibu
“Iya Bu” ucap Mas Rayhan seraya naik ke atas kasur di sampingku.
Aku memandang kepergian Ibu, sekilas aku memandang Mas Rayhan yang duduk bersender. Dia memainkan ponselnya sedangkan aku memilih untuk tidur. Aku tidak berharap dari lelaki di sebelahku ini, sebab aku paham betul bagaimana perasaan dan hatinya. Aku sangat menyadari semua itu
Mungkin memang butuh kesabaran untuk membantunya melupakan masa lalunya dan rasa bersalahnya kepada Naila yang dia pendam selama ini. Membantunya untuk menyadari semua yang terjadi adalah takdir yang Maha Kuasa. Apa aku harus berjuang seperti yang Mas Adit katakan.
aku terbangun saat Aku merasa sakit di perutku lagi. aku mencoba bergerak untuk mencari kenyamanan dan mengelus perutku. Mataku masih terpejam, menahan rasa sakit yang aku rasakan.
Aku terperanjat kaget saat merasakan tangan Mas Rayhan menyentuh tanganku. Dia mengelus perutku dan membantuku untuk memiringkan tubuhku. Akhirnya aku merasa cukup nyaman, aku merasa nyaman saat tangannya mengelus lembut punggungku.
“Sudah lebih baik?” tanyanya
“Lumayan Mas” jawabku
Aku kembali memejamkan mata, sedangkan mas Rayhan masih mengelus punggung ku sampai aku kembali tertidur
Tapi tak berapa lama aku merasa perutku mual. Aku mencoba untuk duduk, dan membuat mas Rayhan kebingungan melihatku tiba – tiba terbangun lagi.
“Aku mual Mas” ucapku sambil menutup mulutku dengan tanganku.
Aku ingin bangun tapi dia menahan ku, Mas rayhan mengambil ember yang sudah dia siapkan di samping tempat tidur kami. “Muntahkan saja di sini” ucapnya
Aku menoleh sekilas, aku langsung memuntahkan semua yang ada dalam perutku seketika itu.
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua