*Harap bijak membaca. novel ini mengandung cerita dewasa*
Kisah cinta antara Alaska dan Kejora yang diawali dengan perjodohan
Alaska mahasiswa kedokteran tingkat akhir di Universitas terkenal di Bandung yang Gaul, ganteng dan terkenal, banyak gadis yang mengejarnya tetapi agak arogan dan dingin atau cuek dipaksa menikah dengan dengan seorang gadis 19 tahun yang tidak dia kenal sebelumnya bernama Kejora gadis dari Bali yang seorang anak pesantren yang lemah lembut, cantik dan mempunyai mata yang indah dan kulit yang putih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan
Sementara itu Gadis mengikuti materi di kampus dengan perasaan kacau.
Bahkan ia tak memperhatikan ke depan saat dosen menerangkan.
Entah dorongan dari mana, tiba - tiba Gadis menoleh ke sebelah kanan, dimana bangku Bara terletak.
Jantung Gadis hampir copot ketika tak sengaja tatapan mereka beradu.
Entah sejak kapan Bara menatap kearahnya.
Pemuda itu masih menatap ke arah Gadis, bibirnya bergerak seperti akan mengatakan sesuatu.
Namun, Gadis segera membuang muka. mengarahkan pandangannya ke arah lain.
Gerakannya itu tertangkap oleh mata jeli Yasmin. Ia tau sahabatnya itu sudah terikat pernikahan.
Namun, entah kenapa keduanya kini terlihat
berbeda, bahkan tak mendengar ocehan Gadis yang membicarakan tentang Bara.
"Suuuut...... Suuutt.... "
Yasmin memberi isyarat kepada Gadis agar Gadis menoleh kearahnya.
Gadis menoleh ke arah Yasmin tapi, tak berbicara, Gadis hanya menautkan kedua alisnya sebagai isyarat.
"Lo sama laki lo kenapa?" ucap Yasmin pelan agar suaranya tak terdengar oleh mahasiswa lainnya atau oleh dosen yang menerangkan di depan.
"Gak kenapa - kenapa" jawab Gadis dengan wajah murung.
"Lo kenapa sih? Jujur aja, gue yakin lo sama Bara lagi ada masalah. Gak biasanya lo berdua kaya gini. apalagi muka lo, kecut banget kaya ketek abang tukang bangunan" oceh Yasmin yang membuat Gadis menoleh kearahnya.
Gadis masih terdiam dengan bibir bergetar. Namun, tak lama kemudian buliran bening mulai berjatuhan dari netra kecoklatan milik Gadis.
Padahal ia sudah dengan sekuat tenaga menahan tangis, namun air matanya tak bisa dibendung ketika mendengar pertanyaan Yasmin.
"Lah, malah nangis, lo hamil sama si Bara? Tanya Yasmin yang seketika membuat tangis Gadis berhenti.
"Gue gak hamil" Jawab Gadis dengan nada bicara yang cukup kencang dan seketika membuat semua mata tertuju ke arahnya.
Untungnya dosen yang di sana sudah
menyelesaikan materi dan keluar dari kelas.
"What? Kalian berdua bahas tentang hamil? celetuk seorang mahasiswa yang terkenal dengan lambe kampus.
"Wah, jangan - jangan lo berdua sudah unboxing. Woi, ayo ngaku siapa yang sudah unboxing mereka berdua?!" timpal mahasiswi lain yang membuat kepala Gadis terasa pusing.
"Bacot lo!" Gadis menggebrak meja dan berdiri.
Seketika Bara menatap kearahnya dengan mata berbeda.
"Ini bukan urusan lo berdua, lebih baik lo berdua pergi ke parkiran. Ngaca tu di spion, tuh motor gue spionnya masih utuh. Ngaca sana, tapi awas jangan sampai retak!" balas Gadis dengan gigi mengerat dan sorot mata tajam.
"huuuuuh..... jangan - jangan lo open BO!" teriak mahasiswi tadi dan diikuti gelak tawa semua mahasiswa yang mendengar.
"Anjir, jaga mulut lo ya!" Gadis menunjuk muka gadis itu dengan geram.
"Apa lo gak terima?" balas mahasiswi itu nyolot.
"Jelas gak Terima lah gue, lo ada masalah apa sama gue? Mau berantem sama gue? Sini!" tantang Gadis seraya menyincingkan lengan bajunya.
"Woi, stop! Lo berdua keluar sana!" usir Brian yang sudah merasakan aura yang berbeda di dalam kelas.
"Huuuuuh... open BO!" cibir kedua mahasiswi itu tadi yang membuat Gadis semakin naik pitam.
" Kurang ajar lo!" Gadis melempar tasnya ke arah dua mahasiswi itu tadi namun sayangnya tas Gadis malah mengenai wajah Bara.
Seketika kedua mata Gadis membulat sempurna, padahal ia sedang pura - pura menganggap Bara tidak ada disana.
Bara menangkap tas Gadis, lalu bangkit dari duduknya.
Gadis masih mematung, dadanya berdebar kencang ketika Bara berjalan kearahnya.
"Tas lo! lain kali lempar kursi sekalian, biar gak nanggung" ucap Bara seraya menyodorkan tas itu kehadapan istrinya.
"Terserah gue!" jawab Gadis sewot seraya merampas tasnya kasar dari tangan Bara.
Setelah itu ia melangkah dengan lebar keluar dari kelas meninggal kan Yasmin, Bara dan Brian yang menatapnya dengan heran.
"Bara, bini lo kenapa?" tanya Yasmin, ia berani bertanya begitu karna suasana di kelas sudah sepi, hanya tersisa mereka.
"Ada sedikit masalah, gue kejar Gadis dulu!" Bara setengah berlari keluar dari kelas.
Bara berusaha mengejar Gadis yang saat ini sudah sampai di parkiran kampus dan mulai menjalankan motornya.
"Gadis tunggu!" teriak Bara namun, sayangnya Gadis tak menghiraukan nya.
Gadis menjalankan motornya dengan cepat keluar kampus.
"Gadis!" teriak bara lagi.
Ia segera menaiki motornya dan mengejar sang istri.
Gadis menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi agar Bara tidak dapat mengejarnya.
Namun, belum setengah perjalanan dari kampus, tiba - tiba saja motornya terasa aneh dan tak lama kemudian motornya terhenti.
Gadis hampir terjatuh apabila ia tak menyeimbangkan diri dan motornya.
"Ck.. ini kenapa lagi coba?" gerutunya sendiri seraya turun dari motornya dan mengecek kendaraannya yang cukup lama tidak dinyalakan.
Tiiiiitt
Bunyi klakson motor yang membuat jantung Gadis berdebar kencang, motor itu berhenti tepat di sampingnya.
Gadis menoleh ia membuang napas kasar, motor itu bukan milik Bara, tapi milik salah satu mahasiswa bernama Denis.
"Motor kamu kenapa, Dis?" tanya pemuda itu seraya turun dari motor matic nya.
Gadis kembali menoleh ke arah pemuda yang dulu pernah menyatakan perasaan kepadanya.
"Gak tau ini, tiba - tiba mogok. Kayanya ada yang rusak gara - gara udah lama gak gue nyalain." jawab Gadis dengan wajah yang terlihat kacau.
"Biar gue antar lo mau kan? tawar Denis tanpa ragu
Gadis terdiam sejenak, tak ada salahnya dia ikut Denis mumpung pemuda itu mau menolongnya.
"Kalau lo gak repot sih, gue mau aja" balas Gadis yang tentu saja membuat pemuda berkulit hitam manis itu seketika berbinar.
"Beneran?" balasnya untuk meyakinkan.
"Ya lo beneran gak mau anterin gue? Ntar malah gue ditinggal lagi di jalan!"
"Tenang saja gue antar sampai rumah kok, motor kamu ditaruh dibengkel aja ya? Biar dibenerin dan besok bisa langsung di ambil.
"Ya udah biar gue bawa ke bengkel dulu" Gadis akan naik ke atas motornya namun Denis segera mencegah.
"Biar aku saja yang antar ke bengkel seberang sana. Kamu tunggu aja disini" Denis mendorong motor Denis ke bengkel seberang jalan.
Gadis menatap punggung pemuda itu semakin jauh.
Tiba - tiba sebuah motor berhenti di hadapannya seketika membuat Gadis menoleh ke arah seorang pemilik motor itu.
Kali ini benar - benar jantungnya hampir copot, saat melihat Bara berhenti tepat di hadapannya dan membuka helmnya.
"Motor lo mana? Kok berhenti dipinggir jalan?" tanya Bara seraya turun dari motornya.
"Motor gue mogok" jawab Gadis cuek bahkan ia mengarahkan pandangannya ke arah lain demi menghindari tatapan Bara.
"Ya udah naik!" titah Bara tanpa basa - basi.
"Naik kemana?" tanya Gadis reflek.
"Ya naik ke motor lah, masa mau naik ke punggung gue?" seloroh Bara dengan bibir tersenyum tipis.
Bibir yang pernah memberi ciuman manis, bibir yang pernah menyatu sesaat dengannya.
"Dis, aku dah titipin motor kamu ke bengkel, besok pasti sudah bisa diambil. sekarang, yuk kita pulang!" ajak Denis seraya mendekat ke arah Gadis.
Seketika Bara menoleh ke arah pemuda itu.
"Pulang bareng" tanyanya dengan alis tebal yang saling bertautan.
"Eh, Bara, kamu juga mau pulang bareng kita juga?" tanya Denis ramah
"Gak usah Denis kita pulang aja" Gadis menepuk bahu Denis yang membuat Denis langsung naik ke motornya.
"Oke aku antar kamu sampai depan rumah, atau sampai depan pintu kamar juga gak apa - apa" Ucap Denis yang seketika membuat Bara menatap tajam kearahnya.
Entah kenapa hatinya memanas ketika melihat Gadis naik di motor Denis.
"Bara, kita pulang duluan ya?" pamit Denis seraya menjalankan motornya.
Gadis menoleh sekilas ke arah Bara yang menatapnya dengan geram.
maaf ya cuma koreksi dikit