Ketika Suami Mendua

Lea membuang muka ketika melihat siapa yang datang mengunjungi nya, dia adalah pria yang mengisi hati Alea sejak dulu namun dengan beberapa kata saja bisa membuat Lea patah hati dengan sangat dalam hingga salah langkah menikahi Arhan. tak peduli dengan tatapan nya Zero yang begitu dalam sekalipun, Lea sudah muak dan tak ingin lagi punya urusan dengan yang nama nya laki laki, bila nanti utusan Arhan ini sudah selesai maka dia akan jadi janda saja dan membesarkan putra nya. Alea mampu karena secara finansial selama ini bisa di bilang dia lah yang menghidupi Arhan, dari makan dan juga pakaian nya karena Arhan memang tidak pernah memberi uang.

Mau berharap pada cinta pertama nya ini yang tak lain adalah Zero, itu juga adalah hal yang mustahil untuk Lea lakukan. Zero baik pada nya karena keluarga mereka sangat dekat, dia tak ada perasaan lain pada Lea, apa lagi setahu nya Lea dia adalah pemain wanita yang begitu handal. Mama Jasmin saja begitu frustasi menghadapi kelakuan Zero, jadi mana mungkin Lea mau bergantung pada pria ini, yang ada nanti malah semakin patah hati lagi dengan segala kelakuan nya yang begitu menusuk hati. ucapan Zero tentang suka wanita berdada besar pun masih membekas di hati, membuat wanita ini tidak percaya diri dengan ukuran dada nya.

"Cepat sehat ya." Zero memegang lengan Lea membuat darah wanita ini berdesir.

"Iya."

"Tolong jangan jutek padaku begini, aku ingin kita akrab seperti dulu lagi." pinta Zero.

"Gila ya kamu? setelah kamu nolak aku dan sekarang malah minta kita akrab lagi, di mana pikiran kamu!" sengit Lea.

"Aku tahu ucapan ku salah waktu itu, Lea! aku juga menyesal sudah ngomong gitu sama kamu." sesal Zero.

"Maka nya kalau mau ngomong tuh di pikir dulu lah, masa iya nolak cewek dengan alasan dada rata saja!" sewot Lea menutupi dada nya dengan selimut.

Zero menahan senyum nya melihat wanita cantik ini sewot setengah mati, walau wajah Lea masih ada yang lebam namun tidak mengurangi kecantikan nya di mata Zero. Alea tetap lah wanita yang paling cantik yang sudah ia kenal, cantik nya juga tidak macam macam karena dia memang begitu sejak lahir.

Ketika mereka sedang debat masalah penolakan kala itu, pintu ruangan terbuka dan muncul lah Jack dan juga Papa David. mereka datang dengan wajah serius seolah memang ada masalah, sebenar nya memang ada masalah yang serius sehingga membuat mereka berdua tidak tenang sekali rasa nya, bahkan mau bernafas saja serba salah sekali.

"Papa sudah menemukan di mana Arhan berada! tapi Papa akan memberikan kamu pilihan sekarang, kamu mau Arhan langsung mati atau mau dia di siksa dulu?" tanya Papa David menatap Lea.

"Aku ingin dia menderita dan minta maaf di bawah kaki ku!" jawab Lea mantap karena begitu mudah bila Arhan langsung mati.

"Baik lah karena pilihan mu maka kita akan bertempur dengan keluarga Lopez." Papa David mengangguk dengan pilihan putri nya.

"Kenapa keluarga Lopez, Pa? apa dia punya hubungan dengan mereka." kaget Lea dan juga Zero.

"Sam tahu dia ingin kita hajar maka nya sekarang dia menahan Arhan di sana, dia mau memberikan Arhan asal kan Zero menikahi Amara." jelas David.

Melongo Zero karena nama nya harus di sangkut paut kan dengan Sam Lopez, apa lagi sampai menikahi Amara yang begitu modelan nya, sungguh Zero tak bisa berpikir dengan jernih sekarang karena Amara biar pun cantik dia begitu tidak menyukai nya.

"Nah tu kan Amara sesuai dengan apa yang kau mau, itu juga besar." Lea menatap Zero.

"Gila kau, Lea!" Zero langsung merajuk karena dia tak mau.

"Lah iya, Ro! Amara sangat cantik dan yang paling penting dia sesuai dengan selera mu." timpal Jack membuat Zero kian kesal di buat nya.

"Aku akan menikahi Lea saja!" sewot Zero.

"Kok jadi menikahi Lea? yang butuh di nikahi itu Amara, lagi pula Lea ini status nya masih punya suami." kesal Jack.

"Pokok nya aku tidak mau menikahi Amara!" bentak Zero kesal sekali pada Jack yang seolah memaksa.

Papa David mengetukan pistol nya di tiang ranjang agar mereka semua diam dulu, sontak ketiga nya menutup mulut tak ada yang berani lagi membuka suara karena sudah ngeri melihat senjata itu. walau Jack dan Zero juga punya, namun mereka akan diam bila Papa David sudah berbuat begini yang tanda nya akan serius saat berbicara.

"Berarti Zero sungguh tidak mau menikahi Amara?" tanya Papa David.

"Enggak, Pa!" jawab Zero mantap.

"Kenapa enggak? dada Amara besar dan montok, pasti puas kamu!" cetus Lea.

Jack dan Papa David berdehem dengan wajah malu mendengar ucapan Lea yang begitu frontal sekali, apa lagi Zero yang sudah merah padam karena mulut nya Alea sangat tidak bisa di rem lagi saat bicara.

"Eheheheee, maaf ya." cengir Lea malu sendiri.

"Dasar bocah gila!" Jack menyentil kaki adik nya.

"Lea!"

"Iya, Pa?"

"Kamu yakin tidak ingin memberikan Arhan pada Sam saja untuk di bunuh?" tanya Papa David sekali lagi karena dia butuh kepastian.

"Aku ingin nya dia sujud di kaki ku minta maaf, hati ku tak akan puas bila dia hanya mati saja!" lirih Alea.

"Jawab yang tegas!" sentak Papa David menggema dalam ruangan.

Bahkan Jack dan Zero juga sampai kaget mendengar bentakan Papa David, Lea saja bila bisa maka pasti loncat dari ranjang nya karena kaget di bentak oleh Papa David, untung dia masih di rawat dan tubuh nya juga belum begitu pulih.

"Aku ingin Arhan tersiksa!" jawab Lea mantap.

Papa David pun mengangguk dan tampak berpikir sebentar, Jack masih menunggu apa yang ajan di perintahkan pada nya sekarang, sebab Papa David adalah pemimpim sehingga yang lain hanya mengikuti arahan nya saja.

"Siap kan pasukan, bila perlu minta juga dari keluarga Martinez karena kita akan perang." titah Papa David pada Jack.

"Biar aku yang ngomong sama Papa, lagi pula aku juga punya urusan dengan mereka." Zero membuka suara.

"Baik lah, kita akan mendatangi rumah Lopez untuk perang." angguk Papa David.

"Aku bagai mana ini?!" Lea menunjuk diri nya karena bakal di tinggal.

"Kau jadi kucing mania saja di rumah, rasakan sakit mu itu!" Jack menjulurkan lidah mengejek.

Zero juga tertawa dan meninggal kan ruangan nya Lea, Alea menghubungi Jimmy karena dia juga harus membahas sesuatu yang begitu penting.