NovelToon NovelToon
Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Harem / Masuk ke dalam novel / Fantasi Isekai
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Merena

Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.

Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.

Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.

Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Asrama Pelayan.

Saat aku dan pamanku Lucian memasuki kota Kekaisaran, tiba-tiba terdengar suara kepala kesatria yang sebelumnya kami temui. "Hei, kami akan mengantarkan kalian menggunakan kereta kuda!" Suaranya bergema dari belakang, memecah kesunyian jalanan yang kami lewati.

Aku dan Lucian berpaling, dan Lucian tersenyum ramah. "Terima kasih," ucap Lucian, menerima tawaran itu dengan nada sopan.

Singkat cerita, kami berdua naik ke dalam kereta kuda yang sudah disiapkan oleh para kesatria. Kereta itu terasa kokoh dan nyaman, suara roda yang berputar di jalan berbatu terasa teratur, seolah mempercepat laju perjalanan kami menuju kastil Kekaisaran. Sesekali, aku melirik keluar jendela, melihat sekilas kehidupan kota Kekaisaran yang ramai dengan pedagang dan rakyat yang berlalu-lalang. Bangunan-bangunan megah menghiasi horizon, namun kastil Kekaisaran belum tampak di pandangan.

"Sudah sampai," suara seorang kesatria terdengar dari luar kereta kuda.

Aku dan Lucian segera turun dari kereta kuda, kedua kaki kami menginjak tanah berbatu dengan mantap. Kami mengucapkan terima kasih kepada kesatria yang bergegas pergi dengan disiplin militer yang terlatih.

Aku menatap Lucian, tidak bisa menahan rasa penasaranku. "Ini membuatku penasaran sejak tadi. Kenapa kita harus tampil dengan pakaian yang rusak seperti ini?" Aku bertanya, mengingat kejadian semalam ketika tiba-tiba Lucian menyuruhku untuk merusak pakaian kami dengan tanah dan batu hingga nampak seperti pengemis yang malang.

Lucian tersenyum tipis, lalu menatapku dengan mata yang tajam, penuh strategi. "Mengelabui musuh, tentunya. Kau tahu, Ronan, kepala kesatria yang kita temui di gerbang adalah orang dari nyonya kedua. Jadi tentu saja kita harus memainkan sandiwara ini untuk menghindari kecurigaan."

Aku mengangguk, akhirnya paham. Itu menjelaskan semuanya—bahkan serangan yang kami alami kemarin. Orang-orang yang menyerang kami berasal dari nyonya kedua, jelas bukan sekadar perampok biasa.

Aku memandangi sekeliling, mencari tanda-tanda kastil Kekaisaran. "Lalu, di mana kita sekarang? Ini tidak terlihat seperti kastil," tanyaku kepada Lucian, karena yang terlihat saat ini hanyalah deretan rumah-rumah kecil yang sederhana.

"Asrama para pelayan," jawab Lucian sambil melangkah lebih jauh ke depan. "Yah, meski aku jarang berada di sini. Ikuti aku," ucapnya seraya menuntunku menuju salah satu rumah kecil yang terlihat agak tua dan tidak terawat.

Saat memasuki rumah itu, aku melihat ruangan yang sepi dan hening. Dindingnya tampak kusam dan furnitur yang ada terlihat tua dan berdebu, namun tetap dalam susunan yang rapi. Rumah ini tidak tampak seperti tempat yang sering dihuni, namun juga tidak sepenuhnya ditinggalkan.

"Apa selanjutnya?" tanyaku, merasa agak bingung melihat situasi ini.

"Lepaskan saja pakaian rusakmu itu," jawab Lucian sambil mulai membuka pakaian robeknya yang kotor.

Aku pun mengikuti gerakannya, melepaskan pakaian yang sudah sobek dan penuh tanah. Rasanya sedikit lega bisa menanggalkan pakaian kotor itu setelah berjam-jam memakainya.

"Ronan, kau sudah menaruh semua barang kita di cincin penyimpanan, kan?" tanya Lucian sambil memeriksa dirinya, menatapku dengan sorot penuh kepercayaan.

Aku mengangguk. "Sudah, sesuai dengan yang kau katakan sejak awal," jawabku sambil menatap cincin penyimpanan di jari telunjuk kanan.

"Bagus. Tolong keluarkan koperku," Lucian tersenyum puas.

Sesuai dengan permintaannya, aku dengan cepat mengeluarkan koper kami berdua dari cincin penyimpanan. Dua koper besar yang penuh dengan barang-barang kami muncul di lantai kayu yang berderak.

"Untuk malam ini, kita akan bermalam di asrama ini dulu. Besok baru kita memasuki kastil," kata Lucian sambil mengeluarkan salah satu pakaian dari dalam kopernya.

"Baiklah," aku mengangguk, mendengar bahwa kami masih punya waktu. Sambil membuka koperku, aku mengeluarkan set pakaian yang lebih layak. "Hari masih siang. Apakah aku boleh berjalan keluar?" tanyaku, berpikir bisa menjelajahi kota Kekaisaran sebentar.

"Tidak," jawab Lucian tegas, membuatku sedikit terkejut. "Untuk saat ini, aku ingin kau belajar etika pelayan terlebih dahulu, agar tidak mengacau saat kita di istana." Senyuman tipis dan main-main terukir di wajahnya.

"Baiklah," aku menjawab dengan patuh.

1
YT FiksiChannel
perasaan tersenyum terus, aku sampai ngeri membayangkannya
Dewi Sartika
bagus banget
Merena: Makasih/Smirk/
total 1 replies
Merena
Sepi Amat/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!