Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajakan dari Satya
Satya baru saja keluar dari dalam ruang ganti, sudah menggunakan kemeja panjang dan celana kerjanya. Lelaki itu melirik sang istri yang tengah asik dandan di depan meja riasnya
Tidak mau ambil pusing, Satya meneruskan langkahnya. ''Nanti malam, Papa dan Mama mengundang kita ke mansion." Satya berujar sembari memasang kancing kemeja pada pergelangan tangannya
"Dalam rangka?" Tanya Hanita tanpa menghentikan gerak tangan menyapukan bedak ke atas pipi mulusnya
"Hari jadi pernikahan Papa dan Mama'' sahut Satya
"Apa yang harus kubawa?" Tanya Hanita
Wanita itu berdiri, merapikan kembali penampilannya. Sama sekali tidak menoleh ke arah Satya, meksi sebenarnya dia mengamati sang suami secara diam-diam melalui kaca yang ada di depannya.
Satya diam sejenak, berpikir mengenai hadiah apa yang harus dia bawa untuk kedua orang tuanya.
"Terserah kamu saja. Apapun itu" ujar Satya
Hanita berdecak kesal, "Kurasa tidak ada hadiah yang bernama terserah didunia ini. Tidak bisakah kamu memberiku ide? Aku ingin hadiahku terpakai kali ini." Hanita berujar sembari menekankan kalimat terakhirnya
Bukan apanya, hanya saja Hanita tahu kalau selama ini setiap hadiah yang dia beri kepada keluarga mertuanya sama sekali tidak pernah terpakai. Tersentuh saja tidak
Mama kandung dari Satya akan membuang atau memberikan apapun barang dan hadiah dari Hanita kepada para pelayannya. Bagaimana Hanita bisa tahu? Tentu karena dia memiliki mata dan telinga yang selalu menyampaikan informasi apapun mengenai kedua mertuanya.
"Mama menyukai apapun dari kita, Hanita" sergah Satya
"Kamu bersikap seolah sangat mengenal Mama mu" gumam Hanita pelan
Tidak ingin ribut di pagi hari, Hanita pun memutuskan untuk mengiyakan saja perkataan Satya. Wanita itu masuk ke dalam ruang ganti, menyambar jas kerja lalu menggunakannya didepan cermin
Satya sebenarnya sangat ingin mengajak Hanita mengobrol, ingin berusaha mencairkan suasana dingin diantara mereka. Sepertinya, insiden steak beberapa waktu lalu masih mengganggu perasaan Satya. Mungkin dengan membalas niat baik Hanita akan membuatnya tanang dan kembali nyaman
"Nit...Hanita" sapa Satya
Hampir saja lelaki itu keceplosan memanggil Hanita dengan panggilan Nita, panggilan kesayangan untuk sang istri.
Hanita tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Satya, "Apa? Punya ide?"
Satya memainkan dasinya, demi apapun tapi dia tidak menyangka kalau akan seberat ini meski sekedar untuk mengajak Hanita mengobrol.
"Kamu...sibuk siang nanti?" Tanya Satya
"Kurang tahu. Kenapa?" Hanita balik bertanya
Satya berdehem lalu menghembuskan nafas berat. Lelaki itu bahkan tidak berani menoleh ke arah sang istri
"Mari makan siang. Bersama, kamu dan aku" ucap Satya
Satya salah tingkah, terlebih kala Hanita langsung memutar kepala ke arahnya. Kening wanita itu berkerut, dia yakin kalau sedang tidak bermimpi
''Kamu mengajakku makan siang bersama? Aku tidak mimpi kan?" Hanita memastikan
Satya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tingkah lelaki itu jujur saja terlihat lucu di mata Hanita.
"Ya, aku ingin makan siang bersama denganmu. Sekalian membeli kado untuk Mama" sahut Satya
Hanita memalingkan wajah, sungguh tidak bisa percaya kalau Satya tiba-tiba mengajaknya makan siang. Bahagia? Senang? Jelas Hanita merasa sangat bahagia, tapi semua itu tentu dia sembunyikan.
Satya sendiri mulai gelisah karena Hanita tak kunjung mengiyakan ajakannya. Akan sangat memalukan kalau sampai dia ditolak oleh istrinya itu.
"Kamu tidak mau?" Tanya Satya hati-hati
Hanita mempertahankan wajah datarnya, ia mengibaskan rambut ke belakang. "Aku mau, lagipula lebih baik kalau kamu ikut memilihkan hadiah untuk Mama. Kamu pasti lebih tahu mana yang Mama suka"
Sudut bibir Satya terangkat ke atas, membentuk senyuman tipis. "Baiklah, kita makan di restoran langgananku."
"Perlu ku jemput?" Tawar Satya
"Tidak perlu. Aku akan langsung ke butik setelah itu" sahut Hanita
Satya menganggukkan kepala, paham dan bisa mencerna alasan sang istri dengan baik.
"Aku akan membawa Kenzie nanti malam. Minta Suster Elia bersiap" ucap Satya
Secuil rasa senang di dalam hati Hanita langsung luntur, dia sangat tidak menyukai ide ini. Tapi juga tidak ingin membantah Satya, lebih tepatnya tidak ingin merusak suasana yang sedikit baik ini.
"Terserah kamu saja"
Hanita menyambar tas miliknya, tanpa pamit atau mengatakan sepatah katapun. Hanita berlalu keluar dari kamar mendahului Satya
Satya juga tidak menghentikan sang istri, meski lelaki itu cukup terheran karena Hanita tidak membantahnya kali ini.
''Tumben sekali"
Hanita memutuskan untuk bergegas berangkat ke rumah sakit sekarang juga. Selain agar prakteknya bisa lebih cepat selesai, Hanita juga sedang enggan menyantap sarapannya.
Masalah perintah dari Satya, dia akan memberitahukannya pada Suster Elia nanti saja melalui ponsel. Hanita mengemudikan sendiri mobil mewahnya, meski sedikit kesal karena Satya yang akan kembali membawa Kenzie ke acara malam nanti
Tapi Hanita juga tengah merasa sangat bahagia. Senang karena setelah sekian lama, Satya kembali mengajaknya makan diluar bahkan suaminya itu menawarkan diri untuk menjemputnya.
Rasa senang itu tidak bisa ditutupi oleh Hanita. Terbukti dari senyuman yang terus menghiasi wajah cantiknya.
"Mungkin dia kerasukan hantu cinta" celetuk Hanita
Hanita sedikit menyesali keputusannya yang menolak tawaran Satya untuk menjemputnya tadi.
Siang harinya,
"Aku senang karena kerjasama ini berjalan baik,Shan" Satya berujar
Shanum tengah merapikan laptop dan peralatan kerja yang dia bawa dari kantor. Wanita itu mengulum senyuman, ikut senang karena melihat Satya senang
"Aku bersyukur kalau kamu senang. Keberhasilan ini milikmu, Satya" sahut Shanum
Satya menggelengkan kepala, "Keberhasilan ini tidak akan kudapatkan tanpa bantuan darimu. Semua berkat kepintaranmu, ide dan seluruh gagasan meeting berasal darimu."
Shanum hendak kembali membantah tapi Satya lebih dulu menghentikan. Meletakkan jari telunjuk ke depan bibir tipis wanita itu.
"Sebagai hadiah, aku akan mengabulkan apapun keinginanmu" ucap Satya
Shanum senang mendengarnya, wanita itu mulai memikirkan hadiah apa yang dia inginkan dari Satya. Shanum teringat akan suatu hal
"Nyonya Besar mengundangku datang ke mansion nanti malam" kata Shanum
Kedua alis tebal Satya saling bertaut, "Mama? Benarkah?"
Shanum menganggukkan kepala antusias, "Benar, jadi aku ingin membelikan hadiah untuk Nyonya Besar. Dan aku ingin kamu menemaniku." Ujar Shanum antusias
Raut wajah Satya langsung berubah, lelaki itu ingat kalau dia sudah ada janji makan siang dengan Hanita. Istrinya itu juga berniat membelikan hadiah untuk sang Mama.
Tapi menolak permintaan Shanum pun tidak mungkin, terlebih wanita itu sudah terlihat sangat antusias. Satya tidak ingin mengecewakan Shanum tapi bagaimana dengan Hanita.
"Satya, kenapa diam? Kamu tidak mau ya? Kamu takut kalau Hanita akan melihat kita?" Tanya Shanum senduh
Satya memutar kepalanya, makin tidak tega melihat ekspresi sedih Shanum. Satya memejamkan matanya dengan erat, lelaki itu lebih dulu mengecek ponsel miliknya. Tidak ada notifikasi apapun dari sang istri, entah panggilan suara ataupun video.
Apa Nita melupakan janji makan siang kami? Dia tidak menghubungiku. Satya membatin
nggak sabar ngeliat gimana reaksi tu pelakor..
nggak diapa-apain juga tiap menit, tiap detiknya udah kesakitan. mungkin itu karma yang nyata..
tinggal Hanum nih... laporin aja... dia udah menyalahi kontrak. tuntut aja hanita... jadi jangan mengotori tangan kamu dengan hal-hal nggak penting...
apalagi yg akan d banggakan sama mertua & ipar hanita 😝😝
skrg giliran duo penghianat yg harus d bereskan