Raisa terpaksa menikah dengan Adam, bodyguard dari Papanya sendiri, karena insiden di satu malam yang telah di rencanakan pesaing partai Papanya.
Posisi Papanya yang menjadi orang momor satu dari sebuah partai politik membuat Raisa terpaksa menerima pernikahan yang sama sekali tidak pernah ia inginkan itu demi menyelamatkan Papanya juga nama baiknya sendiri karena foto-foto vulgarnya itu telah di sebar luaskan oleh orang tak di kenal.
Namun bagaimana Raisa yang keras kepala dan sombong itu menerima Adam sebagai suaminya sedangkan Raisa sendiri selalu menganggap Adam hanyalah penjilat dan pria yang mengincar harta Papanya saja.
Rasa bencinya pada Adam itu tanpa sadar telah menyakiti hati pria yang menurutnya kaku dan menyebalkan itu.
Bagaimana juga Raisa berperang melawan hatinya yang mulai tertarik dengan sosok Adam setelah berbagai kebencian ia taburkan untuk pria itu??
mari ikuti perjalanan cinta Raisa dan Adam ya readersss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lihatlah aku!!!
Tak lama dari itu, hanya berselang beberapa detik. Nafas Raisa saja masih memberubu karena menahan perasaan aneh di dadanya, Gaby sudah menyusulnya keluar bersama dengan bungkusan makanan di tangannya.
"Maaf Bu Raisa, saya lancang makan siang dengan Pak Adam di dalam" Gaby menunjukkan wajah penuh rasa bersalahnya.
Namun Raisa melirik Gaby dengan jengah. Sejak awal firasatnya mengatakan jika sekretaris suaminya itu menaruh perhatian lebih pada atasannya.
"Lalu kenapa keluar?? Harusnya habiskan dulu makan siang mu dan temani suami saya sampai selesai" Sinis Raisa.
Dia benar-benar sudah risih dengan sikap Gaby yang terlalu berpura-pura di depan Raisa. Padahal Raisa sudah tau niat terselubung dari wanita seksi itu.
"Sekali lagi saya minta maaf Bu, tadi Pak Adam sendiri yang meminta saya membelikan makan siang. Saya tidak ada maksud lain selain menemani Beliau makan siang"
"Saya tidak peduli" Raisa melempar makanan yang ia bawa tadi ke tempat sampah, tepat di hadapan Gaby.
"Bu Gaby yang cantik dan seksi, sebenarnya apa niat anda bekerja disini?? Mau cari uang atau mau menggoda suami saya??"
"T-tentu saja saya tidak bernai melakukan itu Bu Raisa"
"Meski perusahaan ini di bawah kendali suami saya, tapi semua ini milik Papa saya. Jadi saya bisa saja memecat kamu sekarang juga kalau kamu berbuat sesuatu di luar tugas kamu sebagai sekretaris, ingat itu!!"
"Baik Bu" Gaby menunduk kembali ke mejanya.
"Dasar kegatelan, kaya nggak jantan lain aja"
Setelah itu Raisa meraih tabletnya kemudian masuk ke dalam ruangan Adam. Meski rasanya masih kesal mengingat pria itu justru enak-enakan makan berdua dengan Gaby di saat Raisa saja masih kebingungan mencari cara menjelaskan masalah tadi, Raisa tetap ingin menemui Adam.
"Ketuk pintu dulu kalau masuk" Raisa sudah di sambut tatapan tajam dari Adam.
"Lupa"
Keduanya seperti terlibat perang dingin. Tak tau mana yang lebih pantas marah mana yang harus mengalah. Mereka berdua terjebak oleh sebab kemarahan yang berbeda.
"Mau apa??"
Raisa justru tak membuka tabletnya sama sekali padahal niatnya masuk ke sana adalah untuk membacakan jadwal Adam setelah ini.
"Aku mau meluruskan masalah tadi"
Raisa bisa melihat kemarahan masih tergambar jelas di wajah tampan Adam.
"Tampan?? Gue ralat, pas-pasan yang benar!!"
"Aku nggak tau sama sekali kalau Fany dan Stevi yang mengundang Rio. Katanya, Rio minta bantuan sama mereka karena susah ketemu sama aku" Raisa mencoba menjelaskan sejujur-jujurnya, berharap Adam akan mempercayainya.
"Hemmm" Adam hanya bergumam dengan tangannya yang adik mencoret-coret kertas di mejanya.
"Satu lagi, tadi aku nggak kejar kamu bukan karena aku memilih tinggal di sana karena Rio. Tapi aku hanya ingin mendengar alasan Fany dan Stevi membawa Rio ke sana"
Adam masih tetap diam, hal itu membuat Raisa semakin bingung. Antara Adam yang entah percaya atau tidak dengan ucapannya.
"Jawab dong jangan diem aja!! Punya mulut kan??"
Raisa tidak tau kenapa amarahnya meledak begitu saja. Entah benar karena di acuhkan Adam atau karena masih kesal saat melihat Adam bersama Gaby.
"Gue udah jelasin semuanya, gue bersumpah kalau gue nggak pernah ajak Rio ketemu di sana!! Itu semua di luar kendali gue, lo ngerti nggak sih!!Hidup gue udah hancur sekarang, gue nggak pernah milih nasib kaya gini, apalagi jadi istri lo!! Gue capek tau nggak?? Gue capek!!!" Raisa benar-benar menggila dia berteriak di hadapan Adam, seperti melepaskan semua bebannya selama ini. Persetan jika Gaby mendengar suaranya dari luar sana.
Air mata Raisa bahkan ikut turun membasahi pipinya. Itu adalah wujud dari segala rasa sakitnya selama ini.
Adam beranjak dari duduknya, mendekati Raisa yang tampak sedang rapuh.
Raisa yang kalut itu, justru berharap Adam akan menariknya kedalam pelukan hangatnya yang sudah dua kali Raisa rasakan. Tapi pikirannya justru menampik, otaknya itu terus mengirim sinyal kemarahan yang membuat bibirnya terus mengumpat pria di depannya.
"Lo itu mimpi buruk buat gue tau nggak?? Lo itu penjilat, pembohong, gue benci sama lo, GUE BENCIIII!!!! Hiks...hikss!!" Raisa meraih lengan Adam, memukul dada Adam dengan pukulan-pukulan kecil yang tak ada artinya untuk Adam.
Wanita yang merasa hidupnya sedang berada di titik terendah itu benar-benar terisak. Dia mengeluarkan tangisannya di depan Adam.
"Sudah puas??" Adam mengeluarkan suaranya setelah pukulan tangan Raisa melemah. Tangisan Raisa juga sudah mulai berhenti.
Kini giliran Adam yang memegang kedua pundak wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.
"Sudah puas kamu Raisa??"
Raisa mendongak menatap Adam. Betapa terkejutnya Raisa saat ini. Dimana dirinya tidak pernah melihat wajah Adam yang seperti itu.
Raisa bingung menafsirkan apa yang tergambar di wajah Adam, antara kecewa, sedih, marah, Raisa merasa semua ada di sana saat ini.
"Lihatlah aku Sa!!" Adam masih memegang pundak Raisa. Mengunci wanita itu agar tetap melihat ke arahnya.
"Apa aku terlihat bahagia dengan pernikahan ini?? Apa aku benar-benar terlihat menginginkan pernikahan ini?? Apa aku ini pria yang sangat tergila-gila kepadamu??"
Deg...
Raisa tak bisa menjawab semua pertanyaaan Adam. Semuanya terasa menohok di hati Raisa saat ini.
"Kamu pikir selama ini aku ini manusia tidak punya perasaan yang bisa kamu hina kamu caci maki dan tuduh seperti itu?? Kenapa aku di matamu selalu menjadi laki-laki serendah itu?? Apa karena aku ini miskin dan tidak pantas untuk di percaya?? Apa karena manusia rendahan seperti ku ini terlihat haus akan harta??"
"Aku juga capek Sa!! Aku lelah harus selalu menjadi orang di belakang mu, yang selalu menyelesaikan semua maslaah mu. Aku juga manusia yang punya perasaan. Tapi apa kamu peduli?? Apa kamu melihat semua itu??"
Mata yang semua sudah mulai mengering, kini justru membentuk aliran-aliran sungai baru yang semakin deras.
Begitupun sepasang mata yang ada di seberangnya. Mata yang biasanya hanya bisa menatap lawannya dengan tajam dan datar. Mata yang tidak pernah menyiratkan perasaan pemiliknya sendiri. Kini terlihat memerah dan mengkilat. Membentuk genangan air yang siap meluncur dalam sekejap jika miliknya mengedipkan mata.
"Kamu tenang saja, aku tidak akan pernah menerima sepeserpun uang yang bukan dari hasil keringat ku sendiri. Semua ini memang milik mu, uang, perusahaan, dan kekuasaan. Semua akan ku kembalikan jika waktunya tiba. Terserah mau percaya atau tidak"
"Satu lagi, aku akan melepaskan mu saat kamu benar-benar tidak mengandung anakku"
Jedeerr....
Rasanya seperti ada petir yang menyambar tepat di atas kepala Raisa.
Tepat saat itu juga Raisa bisa melihat setitik air mata itu jatuh dari mata Adam. Namun itu hanya sekilas, karena pemiliknya menyentak bahu Raisa begitu saja, kemudian keluar dari ruangannya sendiri.
Braakk...
Suara pintu itu terdengar begitu keras sebagai penanda jika Adam telah benar-benar keluar dari sana.
"Hiks..hiks.."
Raisa merosot ke bawah memegangi dadanya yang terasa begitu neyri.
"Ya Allah, kenapa sakit sekali. Rasanya aku tidak kuat menahannya" Raisa terus memukul dadanya berharap bisa mengurangi rasa sakitnya itu.
*
*
*
Nulisnya sampe mrebes mili....😭😭😭😭😭😭😭
Lanjut nggak nih?? 🥲🥲🥲