Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 15
Sore itu, pemakaman Tuan Sofyan berjalan lancar. Banyak para pelayat mulai dari kolega bisnis, sahabat, keluarga bahkan tetangga yang ikut menghantar kan Tuan Sofyan ke peristirahatan terakhirnya. Isak tangis mewarnai pemakaman sore itu. Tangisan pilu masih terdengar saat seorang ulama membacakan doa di atas pusara Tuan Sofyan.
Nyonya Fatma yang tak sanggup menopang tubuhnya, terpaksa di dudukkan di sebuah kursi dengan di temani oleh Adik iparnya, dan juga Dania. Dani terus mengusap punggung Nyonya Fatma agar sedikit lebih tenang.
" Mbak, mbak harus kuat. Kami selalu ada untuk Mbak Fatma. Ikhlaskan Mas Sofyan, Mbak."
Nyonya Delila mencoba menguatkan dan menghibur Kakak ipar nya itu. Setelah dia berakhir, para pelayat pun menyalami Pram untuk mengucapkan bela sungkawa. Pram menerima semua ucapan dengan hati yang teramat sedih. Kini panutannya telah pergi. Tanggung jawab Pram pun bertambah, Pram harus melindungi mama dan perusahaan. Dan juga Dania yang kini telah menjadi tanggung jawabnya.
Sebuah tangan melingkar di bahu Nyonya Fatma membuat Nyonya Fatma mengalihkan pandangannya. Riko datang langsung memeluk Tantenya dari arah belakang.
" Maafin Riko, Tan. Riko terlambat."
Tangisan Nyonya Fatma kembali pecah.
" Riko...Lihatlah, om kamu ninggalin Tante sendiri. Om kamu udah gak sayang sama tente. Tante...."
Riko memeluk wanita yang dianggapnya sebagai ibu kedua baginya itu. Hatinya hancur saat melihat wanita yang selalu tersenyum manis dan juga lembut itu terisak.
" Tante gak sendiri, ada kita disini. Ada Pram, ada Riko, ada Reyhan. Kami akan jaga Tante."
Semua orang yang menyaksikan pertemuan antar keluarga itu turut dalam kesedihannya. Pram bahkan tak sanggup lagi menahan isaknya. Di temani Reyhan di sisinya. Pram berusaha kuat. Reyhan memeluk Pram.
" Lo harus kuat, Pram."
Setelah para pelayat pulang. Kini Hanya tinggal keluarga yang ada disana. Nyonya Fatma pun masih terdiam di samping pusara suaminya.
" Mi, udah mau Maghrib. Kita pulang ya."
Pram mencoba membujuk Maminya yang masih betah berada di samping pusara suaminya itu.
" Tapi mami masih mau disini."
Dania yang berada di sebelah Nyonya Fatma pun membujuk Wanita lembut itu.
" Bu, Pak Sofyan akan sedih, kalau melihat ibu seperti ini. Ibu gak mau kan, langkah Pak Sofyan berat di sana? Ibu harus ikhlas, nanti kita mengaji bersama ya. Untuk mendoakan Bapak."
Ucapan lembut, Dania berhasil membuat Nyonya Fatma menyetujui untuk pulang ke rumah duka. Dania memapah Nyonya Fatma di dampingi oleh Delila adik iparnya.
Dania membantu Nyonya Fatma untuk duduk bayam di mobil. Lalu menutup pintu mobil itu. Di dalam mobil yang di kendarai oleh supir, ada Pram, nyonya Fatma, dan juga nyonya Delila. Saat Dania ingin menaiki mobil lain, Nyonya Fatma meminta Pram untuk mencegahnya.
" Dania dimana, Pram?"
Nyonya Fatma bertanya saat tak melihat Dania berada di mobil yang di tumpangi nya.
" Dania ada di mobil Reyhan, Mbak."
Sementara di dalam mobil Reyhan, Dania hanya menatap lurus pada kaca jendela samping. Pandangannya tampak kosong. Dania melamun. Dan wajahnya tampak murung. Chelsea yang duduk di sampingnya pun tak berani mengganggunya. Air mata Dania masih jatuh, dalam diamnya Dania.
Riko dan Reyhan hanya saling bertanya dengan tatapan mata. Belum ingin menggangu Dania, karena mereka tahu, semua tidak akan mudah bagi Dania.Mobil Pram dan mobil Reyhan sudah memasuki kawasan perumahan, dan kini berhenti di sisi gerbang rumah mewah itu. Sudah ada beberapa rekanan bisnis yang hadir untuk mengikuti pengajian malam ini.
Dania mengusap air matanya, saat mobil berhenti. Lalu turun dan mendekati mobil Pram. Dania membantu ibu mertuanya untuk berjalan ke dalam rumah. Walau tak terdengar tangisannya, tapi Dania sadar, ibu mertuanya itu pasti masih sangat bersedih.
"Dani, tolong bantu mami kamu ke kamar ya. Tante mau lihat, persiapan untuk pengajian malam ini."
Nyonya Delila meminta kepada Dani.
" Ya, Nyonya."
" Tante, Dani. Sekarang ini saya sudah menjadi Tante kamu. Kamu gak perlu sungkan sama Tante. Oke."
Dani hanya mengangguk, lalu memapah ibu mertuanya ke kamar. Dan tentu saja, dengan di di dampingi oleh Pram. Pram membuka pintu kamar maminya lebar agar memudahkan Dania dan Maminya masuk, lalu Dania membantu mendudukkan mertuanya itu di ranjang. Dan membantu mengangkat kakinya.
Semua yang di lakukan Dania tak luput dari penglihatan Pram. Dani lalu meninggalkan Nyonya Fatma dan Pram. Namun tak sepatah kata pun keluar dari bibir Dania. Dania melewati Pram begitu saja, lalu dirinya pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat dan semangkuk bubur. Dania meminta tolong pada Mbak Ratih untuk menunggu sampai buburnya matang.
Dania kembali ke kamar mertuanya dan menyuguhkan secangkir teh. Tak hanya untuk Nyonya Fatma, namun juga untuk Pram. Dania memberi secangkir teh untuk Pram tanpa berbicara. Pram menerima dan tanpa berbicara juga. Tak lama, Mbak Ratih datang dengan semangkuk bubur. Dania mengambilnya dan duduk di tepi ranjang.
" Ibu makan dulu ya. Dani buatin bubur."
Dania menyuapkan sesendok bubur ke arah nyonya Fatma. Namun Nyonya Fatma menggeleng.
"Bu, ibu belum makan apapun dari pagi. Kalau ibu gak makan, nanti ibu sakit."
Nyonya Fatma yang melihat ke khawatiran di mata Dania akhirnya menerima suapan dari Dania. Dania dengan telaten, menyuapi sampai bubur itu habis.
" Dani bantu bersihkan badan ibu ya."
Pram membantu maminya ke kamar mandi, setelah itu Pram pun keluar. Dani dengan telaten, mengelap kaki tangan dan wajah Nyonya Fatma. Nyonya Fatma pun menggenggam tangan Dania. Membuat Dania melihat ke arah Nyonya Fatma.
" Terima kasih, Dani. Suamiku tidak salah, memilih mu sebagai menantu. Aku percaya kamu tidak akan mengecewakan kami."
Ucapnya sambil menggenggam tangan Dania. Dania membalas genggaman tangan Nyonya Fatma. Lalu setengah berdiri di hadapan nyonya Fatma.
" Bagi Dani, kalian adalah orang tua Dani. Karena kebaikan kalian lah, Dani bisa seperti ini. Terima kasih Bu. Terima kasih untuk semua kebaikan ibu dan Bapak."
Nyonya Fatma pun membawa Dania dalam pelukannya. Sepuluh menit kemudian, Nyonya Fatma keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Dania tak melihat Pram disana. Mungkin dia sedang membersihkan diri. Setelah membantu Nyonya Fatma memakai pakaiannya. Pram pun masuk.
" Sayang, terima kasih. Kamu juga bersih-bersih ya. Di lemari mami ada pakaian baru, mungkin bisa kamu pakai."
" Gak usah, Bu. Dani sudah pinjam punya Mbak Ratih. Nanti Dani bisa pakai itu."
Lalu Dania pun pergi ke kamarnya yang dulu. Mbak Ratih sudah meletakkan sebuah gamis sederhana dan juga sebuah kerudung. Dania pun membersihkan diri, tak lama dirinya pun ikut bergabung dengan para asisten rumah tangga untuk menyiapkan makanan untuk acara pengajian malam ini.
semoga ceritanya tidak mengecewakan