Kesalahan satu malam yang tak disengaja membuat dirinya terpaksa mengandung anak dari mas ipar nya .
Akibat kehamilan itu , satu persatu rahasia mulai terbongkar .
"Kenapa harus serumit ini jalan yang harus aku lalui ".- Naretta
"Meskipun seluruh dunia mencaci dan menolak mu . Ingatlah , masih ada aku yang menjadi garda terdepan untuk melindungi mu ".- Xabiru Kaivan Winata.
"Apapun cobaan nya , kita hadapi sama-sama ".- Dean Agani
akan kah Naretta mampu bertahan dengan segala cobaan dan mempertahankan rumah tangganya ?
simak kelanjutannya cerita nya .....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Sembari menunggu Naretta ditangani oleh dokter , Kaivan mencoba menghubungi Dean .
Hingga panggilan kelima barulah Dean mengangkat nya .
"Halo kak .." sapa Dean dari seberang telepon
"Kau dari mana saja , Naretta masuk rumah sakit ". Bentak Kaivan merasa jengkel dengan adik nya ini
"Apa ? Naretta masuk rumah sakit . Apa yang terjadi dengannya kak ?" tanya Dean
"Jangan banyak tanya , sekarang kau berangkat kerumah sakit Pelita Senja . Aku tunggu sekarang ". Ucap Kaivan lalu menutup sambungan teleponnya .
.
Dean yang sedang berada diapartemen Sani langsung bergegas pergi kerumah sakit .
"Mas mau kemana ?" teriak Sani yang saat itu sedang menyiapkan makan malam untuk mereka .
"Kerumah Sakit , Naretta kena musibah ". Jawab Dean juga berteriak kemudian berlalu meninggalkan Sani .
Dean mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi , tak peduli banyak pengendara mobil yang berteriak karena Dean membawa mobil dengan ugal-ugalan .
Saat menunggu Dean datang , Kaivan melihat dua orang perawat mendorong brankar yang berisi seorang wanita yang seperti dia kenal .
"Tunggu .." ucap Kaivan menghentikan perawat tersebut .
Kaivan menatap wanita yang terbaring diatas brankar yang masih memejamkan matanya .
"Sasya ..." gumam Kaivan
"Dia kenapa ?" tanya nya pada perawat
"Tadi ada anggota polisi yang datang mengantarnya sudah dalam keadaan tak sadarkan diri , katanya dia kelelahan karena berusahan melarikan diri dari kejaran preman ". jawab salah satu perawat itu .
"Cepat berikan penangan padanya , dan beritahu aku jika dia sudah siuman ". Pinta nya pada perawat , karena tak mungkin dia meninggalkan Naretta sendirian sebelum Dean datang .
Kedua perawat itu kembali mendorong brankar dan segera memberikan penanganan untuk Sasya .
Tak lama Dean telah sampai dirumah sakit Pelita Senja .
"Kak ...", teriak Dean yang berlari menghampiri Kaivan ."Dimana Naretta ?" tanya nya
"Sedang ditangani dokter , kau tunggu sini aku mau menengok Sasya ". Jawab Kaivan singkat
"Sasya ? Dia sakit kak ?"
Kaivan mengangguk , "Dia dan Naretta terkena musibah pengeroyokan preman ". Sahut nya
Dean membulatkan mata nya lalu dia mengusap wajah nya kasar , "Bagaimana bisa terjadi kejadian seperti ini .. Lalu gimana keadaan Sasya sekarang kak ?"
"Aku belum tau , kau tunggulah sini biar aku lihat keadaan Sasya ". Ucap Kaivan
Belum sempat Kaivan pergi , dokter yang menangani Naretta telah keluar dari ruangan IGD membuat Kaivan mengurungkan niatnya untuk melihat keadaan Sasya .
"Dokter bagaimana keadaan istri saya ?" tanya Dean khawatir .
"Bu Naretta mengalami pendarahan , untung saja janin nya kuat jadi masih bisa untuk diselamatkan ". Jawab dokter tersebut
"Janin dok ?" ucap Dean
"Iya .. Apa bapak belum tahu jika Bu Naretta sedang mengandung dan usia kehamilannya baru 3 minggu . Selamat ya pak " kata si dokter kemudian berlalu pergi .
Kedua pria itu mendengar penjelasan dokter hanya diam membisu .
"Bagaimana Naretta bisa hamil ,sedang aku belum menyentuhnya sejak pergi keluar kota hingga seminggu kepulangan ku ". Pikir Dean
"Apa Naretta hamil anak ku ? Usia kandungannya sama seperti terakhir kali aku menyentuh nya saat keadaan darurat waktu itu ". Batin Kaivan
"Kak , aku masuk dulu mau lihat keadaan Naretta . Kakak tolong lihat juga keadaan Sasya , pasti dia kebingungan sekarang ". Ucap Dean yang membuyarkan lamunan Kaivan
"Ya , aku akan mengecek kondisi Sasya ". Sahutnya lalu melangkah pergi menuju ruang rawat Sasya .
Dean masuk kedalam dan disana ia melihat Naretta terbaring diatas brankar dengan selang infus yang menancap dipunggung tangannya , mata nya masih terpejam . Disamping nya ada seorang perawat yang tengah membereskan peralatan kedokteran .
Dean mendekat dan duduk dikursi samping ranjang .
"Mohon maaf pak , kami akan memindahkan Bu Naretta diruang rawat inap ". Ucap perawat tadi
Dean mengangguk dan mengikuti brankar Naretta yang didorong keluar dari ruang IGD .
Demi apapun , pikiran Dean penuh dengan tanda tanya tentang siapa yang menghamili istri nya itu ? Dan apa yang terjadi dengan Naretta selama ia berdinas diluar kota ?
Pertanyaan itu terus berputar-putar memenuhi otak nya .
.
Sedang Kaivan kini sudah berada diruang rawat Sasya . Gadis itu juga sudah sadarkan diri dan tengah duduk bersandar pada headboard ranjang pasien , tak lupa selang infus menancap dipunggung tangannya .
Berlari dari kejaran para preman membuat nya kelelahan hingga dehidrasi . Tapi sekarang keadaannya sudah baik-baik saja , mungkin karena polisi tadi segera membawa nya kerumah sakit . Jika tidak mungkin Sasya sudah ... Ah sudah entah lah !
"Bagaimana keadaan mu ?" tanya Kaivan yang menarik kursi disamping ranjang pasien untuk dia duduk
"Sudah baik kak , Kak gimana keadaan Naretta ? Aku tadi meninggalkannya , apa dia baik-baik saja ?" tanya Sasya begitu khawatir dengan keadaan Naretta
"Dia mengalami pendarahan , untung janin nya kuat . Sekarang dia sudah ditangani oleh dokter ". Jawab Kaivan
Mendengar itu Sasya membulatkan mata nya terkejut sembari menutup mulutnya dengan telapak tangannya .
"Apa kak pendarahan ? Naretta hamil ?"
Kaivan mengangguk
"Kak aku ingin lihat keadaannya .." pinta Sasya
"Pulihkan dulu kesehatan mu , nanti kita lihat Naretta sama-sama ". Ujar Kaivan
Tak lama dokter yang menangani Sasya masuk kedalam ruang rawat nya .
"Selamat siang nona Sasya , apa masih ada yang sakit ?" tanya dokter
"Tidak dok ". Jawab Sasya lalu dokter tersebut memeriksa keadaan Sasya .
"Setelah infus habis , sudah diperbolehkan pulang yaa " , kata si dokter
"Terimakasih dok ". Ucap Sasya
Kaivan sedari tadi hanya diam , pikirannya kalut memikirkan Naretta . Apa benar bayi yang dikandung wanita itu adalah anak nya ? Pertanyaan itu juga memenuhi otak Kaivan .
.
.
.
Dean duduk disamping ranjang pasien . Tangannya menggenggam tangan Naretta , sebelah tangannya mengelus perut rata istri nya yang masih memejamkan mata .
"Siapa yang menghamili mu sayang ? Apa kau diperkosa ?" gumam Dean
"Aku akan memberi pelajaran bagi orang yang berani melecehkan mu .. " ucap nya , tangannya mengepal menahan amarah .
"Cepat bangun sayang ..."
Tak lama pintu ruang rawat Naretta terbuka , terlihat Sasya yang duduk dikursi roda sebelah tangannya mengangkat infus yang dibawanya dengan Kaivan mendorong nya di belakang .
Tadi setelah dokter selesai memeriksa keadaannya , Sasya memaksa Kaivan untuk membawa nya keruang rawat inap . Awal nya Kaivan menolak tapi karena Sasya terus mendesak nya terpaksa ia mengijinkannya .
Sasya terus merasa bersalah karena meninggalkan Naretta sendirian saat kejadian itu terjadi . Tapi mau bagaimana lagi , musibah tak ada yang tau kapan datang nya .
"Bagaimana keadaan Naretta , apa belum sadarkan diri ?" tanya Sasya
Dean menggeleng
Saat Dean menggegam tangan Naretta tiba-tiba ada pergerakan dari jari Naretta .
"Haus .." ucap Naretta lirih , mata nya mengerjap perlahan menyesuaikan silau cahaya dari lampu kamar rawat nya .
"Sayang kau sudah sadar ?" tanya Dean lalu bergegas memanggil dokter .
Tak berselang lama dokter pun datang dan memeriksa keadaan Naretta .
"Syukurlah , Bu Naretta sudah sadar dan mampu bertahan . Mohon untuk menginap semalam agar kami bisa memantau keadaan Bu Naretta kedepannya ". Kata dokter
Dean mengangguk
Disana Kaivan juga Sasya bisa bernafas lega karena tidak terjadi apa-apa pada Naretta .
.
.
.