Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Skill Pemberian Dewi
Setelah bereinkarnasi, hidupku menjadi lebih tenang. Namun, aku tahu masih ada satu tujuan besar yang harus kucapai yaitu, menjadi kuat agar suatu hari nanti aku bisa memanggil Yun Yun.
Keesokan harinya, Yun Yun mulai mengajarkanku dasar-dasar untuk bertahan hidup di dunia ini. Dia memberiku dua skill dasar yang sangat berguna.
[Pemahaman]
Dengan skill ini, aku dapat memahami segala sesuatu yang kubaca di buku atau sumber informasi lainnya dengan cepat. Singkatnya, aku bisa menguasai banyak pengetahuan hanya dari beberapa buku.
[Penilai]
Skill ini memungkinkanku mengetahui atribut lengkap lawanku. Skill ini akan sangat membantu saat aku bertemu lawan yang tak bisa kulawan, sehingga aku tahu kapan harus kabur.
Setelah itu, Yun Yun mulai mengajarkanku teknik summon.
"Pertama-tama, buat kata perintah yang akan kau gunakan untuk memanggil. Ketika kau mengucapkan kata itu, monster yang kau summon akan muncul," jelasnya.
"Kalau begitu, kita gunakan kata 'Summon' saja. Singkat dan mudah diingat," jawabku.
"Pemikiran yang bagus. Baiklah, coba summon monster terendah. Dengan tingkat kultivasimu sekarang, seharusnya kau bisa memanggil skeleton."
"Baiklah, akan kucoba. Summon!"
Namun, percobaan pertamaku gagal.
"Huh... Sayang sekali, kau gagal. Kau harus berlatih lebih sering," ejek Yun Yun sambil menghela napas.
Hari-hari berikutnya, aku terus mencoba mensummon skeleton. Setelah 101 percobaan yang melelahkan, akhirnya aku berhasil.
"Hah... Sangat parah. Untuk memanggil skeleton saja butuh 101 percobaan. Kau ini memang lemah sekali, ya," ejek Yun Yun lagi.
"Jangan katakan hal yang sudah jelas. Ini pertama kalinya aku mempelajari ini, jadi wajar kalau butuh waktu," balasku.
Hari demi hari, aku terus melatih kemampuan summon-ku. Kini aku sudah bisa memanggil hingga tujuh skeleton sekaligus. Saat Yun Yun merasa aku cukup siap, dia menyuruhku untuk mengetes kemampuan mereka dengan melawan seekor babi hutan.
Hasilnya? Semua skeleton-ku hancur diseruduk babi itu.
Yun Yun hanya tertawa terbahak-bahak melihat kegagalanku.
... ---...
Setelah latihan yang mengecewakan itu, aku mendatangi penginapan Yin, tempat aku akan menginap. Pemilik penginapan itu adalah seorang gadis cantik berambut biru.
"Aku ingin satu kamar," ucapku sambil menyerahkan tiga koin perak, hasil dari menjual kerangka skeleton yang hancur tadi. Ada untungnya juga gagal.
"Baik, silakan naik. Kamarmu di lantai dua," jawab Nona Yin dengan senyum lembut.
Saat malam tiba, aku merebahkan diri di kasur. Suasana begitu tenang, hanya terdengar suara jangkrik dari kejauhan.
Esok paginya, aku keluar mencari makanan. Namun, begitu perutku berbunyi, aku baru sadar bahwa aku tidak punya uang lagi.
"Kalau ingin makan, harganya dua koin perak," kata Nona Yin.
"Aku... aku sudah kehabisan uang," jawabku lemas.
Melihat ekspresiku, Nona Yin tersenyum kecil. "Hari ini kau boleh makan gratis. Kebetulan, tidak ada tamu lain yang datang, jadi aku bisa memberimu makan tanpa biaya."
"Benarkah?! Terima kasih, Nona Yin!" seruku kegirangan.
Saat kami makan bersama, aku menyadari betapa beruntungnya aku hari ini. Namun, suara Yun Yun tiba-tiba terdengar di dalam pikiranku.
"Hei! Jangan berpikiran aneh! Kau sudah punya kekasih!" teriak Yun Yun penuh cemburu.
"Apa maksudmu? Siapa kekasihku?" balasku dalam hati.
"Tentu saja aku! Kau sendiri yang membawaku ke dunia ini. Saat kita di White Room, kau menghapus ingatan tentang pertemuan pertama kita agar aku bisa ikut denganmu."
Aku terkejut. "Aku pernah bertemu denganmu sebelum ini?"
"Tentu saja! Kau bahkan rela mengorbankan ingatanmu demi membawaku ke dunia ini," jawab Yun Yun dengan nada kesal.
Aku hanya bisa menghela napas. "Hah... Kenapa kau baru bilang sekarang? Tapi... sepertinya aku cukup cerdas di kehidupan sebelumnya, ya."
"Huh! Jadi jangan tergoda oleh gadis di depanmu itu!" tegur Yun Yun lagi.
Aku hanya tersenyum kecil, lalu kembali menikmati makanan bersama Nona Yin, mencoba melupakan kekacauan yang baru saja terungkap.
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi