Semua telah terjadi, imanku rasanya telah kubuang jauh. Berganti Nafsu syahwat yang selama ini selalu kupendam dalam-dalam.
Apakah ini benar-benar keinginanku atau akibat dari sesuatu yang diminumkan paksa kepadaku oleh pria-pria itu tadi.
Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.
Satu yang pasti, aku semakin menikmati semua ini atas kesadaranku sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Penyelamat
Beberapa jam sudah aku terus digoyang oleh mereka. Sayup-sayup kudengar suara yang menandakan saat ini mungkin sudah mendekati pagi hari.
Udara semakin terasa dingin saja, menusuk ke tulangku yang saat ini sedang telanj4ng bulat di antara para lelaki yang juga sedang telanj4ng pula. Tetapi sebagian anggota lainnya sudah pada pulang. Saat ini hanya menyisakan diriku dan juga 6 orang anggota gang motor yang masih bertahan di markas ini.
Entah sudah berapa kali mereka membuang benih mereka kepadaku. Terasa sekali vagin4ku sudah lengket berlendir terkena sperm4 mereka. Kondisi anvsku pun sama saja, belepotan sperm4 di mana-mana.
Kelima orang nampak sudah tertidur pulas setelah puas menyetubvhiku. Di tengah sunyi, yang terdengar hanyalah suara ceplok-ceplok dan suara desah4nku yang terdengar menggema di ruangan yang dingin ini.
“Ahhhh.. Aaahhhh.. Ahhhhh...” desahku begitu manja sambil naik turun di atas pensilnya.
Hingga saat ini aku hanya melayani satu orang saja. Orang terakhir yang mendapat jatah menyetubvhiku dengan leluasa. Karena kini aku hanya fokus melayaninya tanpa ada gangguan orang lain.
Tidak seperti tadi saat tubuhku sibuk melayani semua batang kejant4nan para anggota gang motor dengan lubang-lubang pada tubuhku.
Tubuhku bergelayut manja di atasnya. Pant4tku bergoyang perlahan memanjakan pensilnya. Saat ini aku sedang bersetvbuh dengannya, lelaki yang kulihat cukup dekat dengan si Boss. Lelaki berambut berantakan dan berbadan atletis dengan pensilnya yang besar dan panjang.
Aku duduk di atas tubuhnya. Payud4r4ku menggelantung di atasnya dengan bebas, seolah memberikan view terbaik bagi dirinya yang sedang kusetulvbuhi.
Kusetvbuhi?
Iya betul, saat ini aku lah yang menggoyangkan tubuhku di atasnya. Aku lah yang menancapkan pensilnya ke vagin4ku sendiri dan kubuat naik turun tubuhku perlahan di atasnya, memberikan gesekan-gesekan nakal.
Sesekali kuturunkan tubuhku dan kucumbu bib1rnya. Ciuman kami begitu liar, lid4h kami saling menindih dan bergumul satu sama lain hingga menimbulkan suara berdecik yang sangat panas.
Sesekali lelaki itu memainkan payud4r4ku, meremasnya perlahan dan memelintir put1nk susvku. Aku mendesah pelan. Jemari kasarnya entah mengapa terasa enak sekali saat menyentuhku. Bahkan aku semakin merasa nyaman saat daging berwarna cokelat mudaku itu dikeny*t perlahan dan dilahapnya dengan penuh bir4hi.
Rasanya tubuhku dised*t seutuhnya kuat-kuat, seolah pent1l susvku itu bisa mengobati dahaganya. Aku terus menggerakkan tubuh telanj4ngku di atasnya. Naik turun disod*knya yang berdiri tegak dan keras dari bawah.
“Mbak kamu jadi pacarku aja ya....” ujarnya sambil memandangi wajahku.
“Aaahhhh... Jangan mas nanti kamu kenapa-kenapa... Bossmu gila soalnya Ssshhh...” jawabku sambil terus menggerakkan tubuhku naik turun di atasnya.
“Hmmm aku ga takut kok... Oiya namaku Bima, Bimantara,” ujarnya memperkenalkan diri sambil mengajakku bersalaman selagi tubuhku masih naik turun di atasnya.
Rasanya memperkenalkan diri di situasi saat ini terasa aneh. Setelah ia beberapa kali menusukkan kemalu4nnya ke dalam liang peran4kanku, setelah ia menyemburkan sperm4nya ke rah1mku, aku baru tau namanya sekarang.
“Aahhh.. Iyaaahh.. Aku Ariefnaa...” jawabku terus mendesah sambil memperkenalkan diri dan menjabat tangannya.
“Aku serius mbak. Aku pingin kamu jadi pacarku. Masalah dengan boss gampang....” ujarnya penuh keyakinan.
Aku hanya menggeleng tidak menjawabnya. Aku hanya takut Bossnya akan marah dan berbuat jahat kepadanya.
Ada apa denganku?
Kenapa aku malah peduli terhadap lelaki ini?
Kemudian dia terdiam tidak melanjutkan percakapan itu lagi. Dia sepertinya memahami apa yang kutakutkan. Walau aku baru bertemu si Boss, tetapi aku sudah tau wataknya yang keras dan tidak segan melukai seseorang.
Aku yang merasakannya tadi. Betapa takutnya diriku saat ia mengancamku dengan goloknya. Sungguh itu adalah momen yang menakutkan bagiku, seakan nyawaku sudah diujung tanduk saja. Mungkin karena kuatnya pemimpin mereka itulah, gang motor itu termasuk gang motor yang disegani di lingkungan anak-anak underground.
..."ceplok ceplok ceplok ceplok"...
Suara kedua kel4min kami terus beradu, saling beradaptasi, menikmati satu sama lain.
“Tubuh kamu enak Ariefna....” pujinya membuatku tersipu malu.
Ini adalah sebuah pujian yang sukses membuatku merasa malu saat melayaninya. Walau ucapan itu sudah berkali-kali kudengar dari anggota lain tadi saat mereka bergiliran menyetubvhiku, tetapi suasana romantis berdua saat ini mengubah semuanya.
Berduaan dengannya memberikan feeling yang beda dan lebih syahdu. Bahkan pertemuan kedua kel4min tadi terasa nikmat karena tidak berhenti dan terus saling bertumbukan.
“Punya kamu juga enak Bimaa... Aaahhh," jawabku tersipu, tubuhku terus naik turun di atasnya.
Ini adalah jawaban yang paling tepat untuk lelaki ini. Karena memang sejak awal aku merasa cocok dengan alat kel4minnya. Walau besar dan panjang entah mengapa aku begitu enjoy dan menikmati setiap lekukannya.
Bukan berarti milik anggota lainnya tidak membuatku enjoy, semua aku suka. Tetapi yang paling berkesan memang punya lelaki yang sedang tiduran di bawahku ini.
“I Love you Ariefnaaa... Aku mau hamilin kamu sayang....” ujar Bima sambil mempercepat menyod*kku dari bawah.
“Iyaahh hamili aku Bima....Bimaaa....” ujarku nakal sambil kupercepat pompaan tubuhku.
Saat hendak mempercepat hentakan pinggulku ke pensilnya nya tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara teriakan keras yang mengejutkanku dan juga 5 orang yang sedang tertidur pulas di sana.
Aku bahkan sampai menghentikan genj*tan pinggulku saat menyadari siapa yang datang.
“Jangan bergerak!!! Angkat tangan semuanya!!!” tiba-tiba 2 orang polisi berpakaian preman datang menggerebek markas ini sambil menghunuskan pist*l.
Aku yang panik buru-buru turun dari tubuh Bima dan kuangkat tanganku dengan cepat karena ketakutan. Kelima anggota gang motor yang sedang tidur pulas pun tak kalah terkejutnya. Mereka segera menyeka liur mereka yang tak sengaja keluar saat tertidur dan langsung mengangkat tangan mereka.
Aku bahkan sampai lupa saat ini aku sedang telanj4ng bulat. Aku kemudian berlari menuju di mana pakaianku berserakan namun polisi-polisi melarangku.
“Jangan bergerak diam ditempat dan angkat tanganmu mbak!” ujar polisi berkulit hitam.
Kakiku langsung berhenti seketika mendengar ucapan polisi itu. Aku langsung mengangkat tangan dan menghadap ke mereka. Kusadari saat ini payud4r4ku menggantung bebas di hadapan bapak-bapak polisi berwajah preman itu.
Mata kedua polisi itu bahkan tertuju kepadaku semua tanpa mempedulikan keenam lelaki yang bersamaku. Kulihat mereka kemudian berbisik-bisik sambil sesekali tersenyum kearahku. Sebuah senyuman yang memuakkan bagiku.
“Udah-udah pesta kalian bubar. Buruan pergi tapi syaratnya cewek kalian tinggal di sini untuk kami mintai keterangan,” ujar polisi bertubuh tambun.
“Siap terima kasih, pak” ujar mereka, bahkan Bima pun meninggalkanku begitu saja tanpa menoleh ke arahku sama sekali.
Mereka kemudian segera kabur dan meninggalkan semua barang yang ada di bangunan ini. Termasuk motor, handphone dan juga barang-barangku ditinggal oleh mereka.
Dalam hati aku sedikit lega karena semua ini akhirnya berakhir dan bapak-bapak polisi ini akan menyelamatkanku.
“Hehehe gampang menangkap mereka, kita sudah mengantongi identitas mereka. Saya hanya terkejut rupanya ada juga anggota mereka yang cewek.. Karena itu saya mau interograsi kamu,” ujar si polisi bertubuh tambun mengejutkanku.
“Heheheh.. Masih muda tapi sudah jadi lont3 ya kamu...” imbuh si polisi berkulit hitam sambil tersenyum nakal.
“Sa—Saya hanya korban pak.. mereka memperkos4 saya....” ujarku panik dan berharap polisi itu percaya.
“Korban? Diperkos4? Mana ada diperkos4 tapi goyangnya enak bener kayak tadi. Heheheheh....” ujar polisi yang bertubuh tambun.
Aku tersentak mendengar ucapannya. Sepertinya polisi itu tidak akan mempercayaiku. Memang sebagai penegak hukum sudah seharusnya mereka tidak boleh percaya begitu saja kepadaku.
Apalagi faktanya mereka lihat sendiri aku bergoyang di atas tubuh Bima tadi dan begitu menikmati persetvbuhan kami.
“Sekarang kamu hadap tembok dan taruh tanganmu di atas kepala,” ujar polisi berkulit hitam.
Tanpa bisa membantah kuturuti perintah si pak polisi berpakaian preman itu. Aku pun kemudian menghadapkan tubuhku ke tembok dan kuposisikan tanganku di atas kepala.
Sekarang saat ini aku tidak bisa melihat ke arah para polisi itu. Samar-samar aku mendengar seperti suara kamera handphone saat aku sedang membelakangi mereka.
"Apa mereka sedang memotretku diam-diam?" kataku dalam hati.
“Sapa namamu?” tanya Polisi berkulit hitam.
“Ariefna pak...” jawabku.
“Mbak Ariefna rumahnya di mana?” selidiknya lagi.
“Di.. Di Jalan Patimura, Pak...”
“Patimura Nomor berapa?”
“69 pak...” jawabku.
“Kamu sejak kapan bergabung dengan gang motor kampungan itu?” tanya polisi bertubuh tambun.
“Saya bukan anggota mereka pak.. Saya korban...”
“JANGAN BOHONG!!! JUJUR SAJA BIAR INI SEMUA CEPAT SELESAI,” bentak si polisi tambun.
“Boleh juga mereka bisa ngerekrut anggota cewek macem mbak. Mulus bener ini bok*ng,” kata polis1 berkulit hitam sambil meremas pant4tku dan meraba lembut liang kewanit4anku dengan jemarinya.
“Bapak jangan kurang ajar!!” kataku memberanikan diri.