Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUKUMAN DARI UMAR
Pagi menjelang. Hari ini Umar sudah bertekad akan memanjakan putrinya. Ia sudah rapi duduk di ruang makan. Kai turun, dengan baju rumahnya. Umar menggeleng kepala.
"Sayang, habis sarapan. Kamu ikut Ayah, ya," ajak Umar sekaligus memerintah..
"Mau kemana, Yah?" tanya Kai sambil mengoles selai coklat di roti tawarnya.
"Sudah, jangan banyak tanya. Ikut saja, oke!" sahut Umar.
"Oke deh," ujar Kai lalu lanjut dengan sarapannya.
Umar menatap rumah ini. Ia membeli rumah ini ketika masih belum menikah. Ada.satu sisi positif dari Arin. Wanita itu tidak banyak menuntut, permintaannya pun biasa menurut Umar.
Usai sarapan, Kai kembali ke atas. Umar menyuruhnya berpakaian yang bagus. Gadis itu pun turun dengan celana jeans yang lekat di kakinya yang jenjang dengan kemeja bahan satin warna pink.
Rambut hitamnya digerai begitu saja dan hanya dihiasi scraf yang dilipat seperti bandana dan diikat di kepala. Wajah Kai tanpa riasan. Hanya bedak dan lipstik warna nude. Sepatu kets warna senada dengan kemejanya.
Umar sebenarnya kurang puas dengan baju yang dikenakan anak gadisnya. Terlalu sederhana dan tidak berkelas dan tanpa branded.
"Ayo," ajak Kai membuyarkan lamunan ayahnya.
"Ayo!" Kai mengaitkan tangannya dalam genggaman putrinya.
Mereka pun keluar rumah saling bergandengan tangan diiringi senyum cerah. Bersama mang Bejo. Mereka pun beranjak ke mall terbesar di kota itu.
Seluruh karyawan berbaris menyambut pemilik bangunan di mana mereka bekerja. Sebuah mobil sedan mewah berhenti. Kai memutar mata malas melihat para penjilat yang berdiri dengan senyum palsu.
Umar turun terlebih dahulu. Semuanya menunduk hormat. Seorang pria berperut buncit datang menghampiri. Kai masih di dalam mobil, Umar menyuruhnya untuk menunggu.
Kai ingat sekali perlakuan manager mall ini dan para karyawannya. Gadis ini diusir karena dianggap berkhayal menjadi putri Agatha. Mereka tahu, putri Tuan Agatha ada dua. Salah satu putrinya adalah Trisya.
"Aku Kaina Syarifah Agatha!" seru Kai waktu itu.
"Jangan bermimpi, Nona. Kau memang cantik. Tetapi, kami telah mendapat informasi jika putri kandung Tuan Agatha tidak tinggal di sini. Kami memiliki foto dua putri dari pemilik gedung ini!" seru manager mall.
Kai memang tidak pernah memiliki kartu hitam seperti Trisya. Makanya ketika semua karyawan bertanya tentang kepemilikan kartu itu. Ia tak dapat menunjukkannya.
Makanya, ia tidak pernah menuju kawasan utama mall ini. Kemarin ia berbelanja di bagian belakang gedung yang disewakan khusus bagi penjual-penjual kecil. Mereka lebih menghargai pembeli tanpa bertanya yang penting mampu membayar.
Tetapi ketika sampai rumah. Kai justru dapat ocehan dari Umar, ayahnya karena bersikap arogan pada karyawan di mall. Entah, dari mana sang ayah mendapat berita itu. Kai yakin, jika Trisya ada campur tangan mengenai ini.
Sedang Umar yang kini menatap tajam semua karyawan di mall termasuk manager yang dulu pernah menghina putri kandungnya.
Suasana yang tenang mendadak mencekam. Aura intimidasi menguar dari tubuh Umar. Seumur hidup, baru kali ini ia kembali mengeluarkan aura arogansinya sebagai penguasa bisnis.
"Se-selamat datang di Mall Agatha Graha Store," sambut manager.
"Mana foto yang menunjukkan putriku?" tanya Umar langsung.
Manager mall tampak bingung..Untuk apa atasannya ini menanyakan foto tentang putrinya. Ia pun mengeluarkan dompet miliknya. Menarik satu lembar foto yang ia simpan hati-hati melebihi nyawanya sendiri. Foto itu pun diserahkan pada Umar.
Pria itu menatap foto yang diberikan. Ia bisa tahu jika yang berdiri di sebelah Trisya bukanlah Kai. Tetapi sepupu Kai yang ada di luar negeri.
"Ini Nona Trisya dan Nona Kaina, Tuan," sahut Manager mall.
"Siapa yang mengganti foto ini?" tanya Umar.
Manager pun gelagapan. Masalahnya ia memang menerima langsung foto dari tangan tuannya sendiri. Ia mencoba mengingat apa pernah ada yang mengganti foto. Lalu pria itu pun teringat jika Trisya mengatakan ada kesalahan pada foto yang diberikan atasannya waktu itu.
"Nona Trisya ...."
"Katakan dengan keras Tuan Hadi!" bentak Umar.
Semua menunduk ketakutan. Kaki Hadi gemetaran. Keringat dingin pun menetes di keningnya.
"Nona Trisya yang mengganti foto ini, beliau mengatakan jika ada kesalahan dalam foto yang diberikan Tuan waktu lalu!" jelas Hadi cepat'.
"Kenapa kau tidak bertanya langsung padaku?" tanya Umar dingin.
"Saya ... saya tidak berani Tuan, karena Nona Trisya datang atas perintah Tuan," sahut Hadi lagi.
Memang waktu menyerahkan foto, Umar membawa Trisya dan Arin bersamanya. Pria itu memperkenalkan istri dan anaknya. Kai tidak ikut karena tengah dihukum Umar karena berulah.
Lagi-lagi Umar merasa bersalah pada anak gadisnya. Ia lah yang membuat sang putri selalu dihina oleh orang lain. Berkatnya lah semua orang memandang rendah putrinya.
"Kai. Keluar lah, Nak!" titah Umar membuka pintu mobil.
Kai keluar dari mobil semua terkejut melihat sosok yang dulu pernah mereka anggap pengkhayal karena mengaku putri pemilik gedung. Semuanya kini bermuka pasi. Semuanya menelan saliva kasar. Jika perlu ingin langsung menghilang dari tempat itu saja..
"Oh, bumi. Tolong telan aku sekarang!' gumam salah seorang karyawan dengan kaki gemetar.
'Astaga ... gadis itu benar-benar putri Agatha! Aku harus gila sekarang! Ibu ...!' pekik hati gelisah seorang karyawan pria yang dulu menghina gadis itu dengan sebutan tak menyenangkan.
"Hai ... kita bertemu lagi!" sapa Kai tersenyum lalu mengubah ekspresinya, dingin.
Manager mall sudah sesak napas. Lehernya terasa tercekik hingga mukanya mulai membiru. Tiba-tiba ia pun bersujud mohon pengampunan pada majikan mereka.
"Tuan maafkan atas kelancangan kami. Sungguh kami tidak tahu jika Nona ini benar-benar Agatha!" ungkapnya memohon.
Tindakannya diikuti semua karyawan. Mereka pun berlutut di lantai berdebu. Umar menggeleng. Ia sudah banyak mendengar keluhan para pengunjung mall akan sikap arogansi para karyawan yang membedakan status dari pakaiannya.
"Ini bukan tentang putri saya saja yang kalian hina. Tetapi, sudah banyak pengunjung yang telah mengadu dan mengeluhkan sikap kalian yang arogan. Dan saya tidak bisa mentolerirnya lagi!"
"Tuan, tolong beri kami kesempatan satu kali ini. Kami akan memperbaiki sistem kerja kami, mohon kebijakannya Tuan!"
"Ayah," tegur Kai memperingatkan agar ayahnya tak salah ambil keputusan. "Beri kesempatan kedua, Yah."
Umar pun menghela napas panjang. Ia mengangguk. Semua bernapas lega. Kehidupan keluarga mereka masih bisa diatasi karena masih bekerja.
"Akan ada sp satu untuk kalian semua. Beberapa diantaranya malah mendapat skorsing satu bulan tanpa gaji!"
Semua kembali menahan napas.
"Jika kalian setuju dengan hukuman yang saya berikan. Kalian masih bisa bekerja di sini. Jika tidak." Umar menghentikan ucapannya.
"Silahkan angkat kaki dari gedung ini sekarang juga tanpa pesangon apa pun!"
Umar pun melangkah bersama Kai. Mereka menuju lantai atas. Manager mengikutinya. Semua karyawan tak ada yang berani membantah. Kesalahan mereka memang fatal.
Semuanya mengikuti hukuman yang Umar berikan.
"Jika kita dipecat dari tempat ini. Tidak ada satu perusahaan pun yang mau mengangkat kita sebagai karyawan Nama kita akan tercoreng selamanya di dunia pekerja," bisik salah satu karyawan yang menerima keputusan atasannya.
bersambung.
sukurin ... makanya baru jadi karyawan aja sok!
suka dapet nih karyawan yang kek gini di mall.
next?