Suamiku Ternyata Seorang Presdir

Nia masih terus memandangi buku nikah yang dia pegang tangannya. Saat ini dia baru keluar dari kantor urusan agama, dan masih terdiam di tempatnya berdiri karena dia saja sampai tak bisa memikirkan apapun. Semuanya begitu cepat.

Setelah sarapan tadi, Richard segera membawa Nia ke tempat ini. Dan tiba-tiba saja dia di minta berfoto, setelah berfoto di suruh tanda tangan. Lalu di suruh duduk di samping Richard. Dan tiba-tiba saja mereka sudah sah menjadi suami istri. Mendapatkan buku nikah, dan keluar dari kantor urusan agama ini.

"Sayang...."

"Eh, mau apa?" tanya Nia yang tiba-tiba saja Richard datang dari belakang dan merangkul pinggangnya.

Alih-alih mendengarkan Nia, dan menghentikan apa yang dia lakukan. Richard tetap memeluk istrinya itu dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Nia.

"Lalu aku akan tinggal di mana?" tanyanya.

Ekspresi wajah Nia benar-benar sulit di jelaskan. Sepertinya saat ini dia menyesal telah mengatakan ingin menafkahi Richard.

"Bukannya kamu punya apartemen mewah, yang semalam itu?" tanya Nia.

"Itu hanya aku sewa, setidaknya saat aku di permainkan harus di tempat yang bagus kan?"

Nia tak percaya dia bahkan pernah sangat mengagumi pria di belakangnya itu. Kenapa sosok Richard jadi berubah 178 derajat. Dari pria yang sangat cool, pendiam, smart, jago olahraga, dan beberapa kali menang olimpiade baik itu science atau olahraga. Sekarang menjadi pria seperti yang ada di belakangnya itu.

"Aku tidak mungkin membawamu pulang. Ayah dan ibuku bisa menggantungku hidup-hidup kalau tahu aku menikah dalam semalam, pakai depe dulu lagi. Ya ampun!" Nia mengusap wajahnya frustasi.

Dia benar-benar bingung bagaimana harus menjelaskan pada orang tuanya tentang semua ini.

Richard yang melihat betapa frustasinya Nia, langsung menarik dirinya menjauh dari Nia.

"Apa kamu menyesal? Apa aku hanya beban bagimu?"

Nia langsung berbalik. Wajahnya langsung tampak bingung. Nia memang seperti itu, dia itu super tidak enakan pada orang lain.

"Tidak, tidak. Kenapa kamu berpikir seperti yang itu? bukan begitu! Tapi, apakah aku bisa minta satu hal padamu?" tanya Nia.

Wajah Richard yang tadinya sedih lantas terlihat senang.

"Apapun, kamu bisa minta apapun padaku!" ujarnya begitu yakin.

Nia malah mengernyitkan keningnya.

'Apa katanya? aku bisa minta apapun? memangnya dia siapa? bukannya barusan dia minta aku menafkahinya. Yang benar saja' batin Nia.

"Richard, bagaimana kalian kita sembunyi pernikahan ini..."

Wajah Richard yang tadinya senang, dengan tatapan mata penuh harap. Mendadak terlihat masam lagi.

"Kamu menyesal ya menikah dengan orang yang sama sekali tidak berguna seperti aku?"

Nia lagi-lagi melambaikan tangannya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Bukan begitu! aku tidak pernah menyesal menikah denganmu"

Terlihat wajah Richard kembali berubah. Kali ini agak serius.

"Tapi kamu harus mengerti situasi ku. Aku ini kan masih punya kontrak di pekerjaanku. Aku juga tidak mungkin mengatakan pada kedua orang tuaku... " Nia sungguh bingung menjelaskannya.

Nia pun menatap Richard, dan meletakkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Richard.

"Begini saja, aku akan membelikan mu sebuah rumah, em apartemen. Ya, aku akan membelikan mu sebuah apartemen. Dan menafkahi mu. Berapa yang kamu butuhkan untuk satu bulan?" tanya Nia.

Richard mulai memandang Nia dengan tatapan sedikit kesal, itu hanya akting.

"50 juta" celetuk Richard.

Mata Nia melebar.

"Hah, serius?" tanya Nia.

Masalahnya gajinya saja masih setengah dari itu. Di tambah yang jajan dari ayah dan ibunya, mana mungkin dia bisa memberikan uang sebanyak itu pada Richard dalam satu bulan.

"Kamu boros juga ya?" tanya Nia lagi.

"Berikan saja setengahnya!" kata Richard pada akhirnya.

"Setuju! aku akan berikan 20 juta sebulan. Tapi, kita bisa sembunyikan pernikahan ini kan? ya Richard, please!"

'Dia bisa menghitung tidak sih? darimana setengah dari 50 juta itu, 20 juta?' batin Richard heran.

Nia menunjukkan puppy eyes nya pada Richard.

"Baiklah, tapi kita tinggal bersama kan?" tanya Richard lagi.

"Mana bisa begitu"

Richard tampak tidak senang.

"Maksud ku, aku kan masih tinggal di rumah ayah dan ibu"

"Kalau begitu aku ikut tinggal di sana" kata Richard menyela.

"Hah, jangan dong. Itu sama saja kamu ingin aku di gantung ayah dan ibuku. Jangan seperti itu, aku... aku akan cari cara. Aku akan katakan pada ibu, supaya aku bisa tinggal di apartemen bersama mu. oke! sekarang berikan ponselmu!" kata Nia yang mengulurkan tangannya ke arah Richard.

Richard meraih sakunya dan memberikan ponselnya pada Nia.

Melihat ponsel Richard, mata Nia sedikit terbelalak.

'Apa-apaan ini? kenapa ponselnya bahkan 10 kali lebih mahal dari ponselku. Ya ampun, aku mimpi apa sih, atau kena karma apa sih? kenapa aku harus menghidupi orang yang gaya nya bahkan lebih tinggi dariku' gerutunya dalam hati sambil menyimpan nomornya di ponsel Richard.

"Itu nomor ku, aku harus berangkat kerja. Kalau ada apa-apa telepon aku!"

Setelah memberikan ponsel Richard pada pemiliknya. Nia berbalik bermaksud untuk pergi.

Tapi baru dua langkah, dia kembali berbalik melihat ke arah Richard.

"Richard, jangan pergi ke klub malam itu lagi. Kalau mau cari pekerjaan, carilah pekerjaan di mana kamu di hargai..."

"Aku di hargai, mahal sekali malah"

Nia mendengus kesal.

"Terserah" ucapnya kesal yang langsung pergi meninggalkan Richard begitu saja.

Sambil berjalan ke arah jalan raya karena dia sudah memesan taksi online. Nia masih menggerutu.

"Apa-apaan dia! aku hanya ingin dia di hargai. Bukan di hargai dengan uang, tapi... agkhh, bodok amatlah. Kenapa aku harus terjebak olehnya. Tiba-tiba aku punya buku nikah, tiba-tiba punya suami. Ya ampun, bagaikan menjelaskannya pada ibu"

Sepanjang jalan, Nia terus menggerutu. Sementara Richard, pria itu hanya memandang ke layar ponselnya. Dia baru saja memberi nama 'Istriku tercinta' di kontak Agnia.

Setelah itu dia melihat Nia yang masih berjalan menuju jalan raya.

Sambil tersenyum dia berkata.

"Kamu benar-benar masih sama, tapi sekarang kamu istriku" gumamnya.

Richard segera menghubungi seseorang.

"Felix, cari tahu tentang Nyonya bos mu. Dimana dia bekerja?"

[Tuan, setelah menyelidikinya semalam. Nyonya ternyata bekerja di perusahaan tuan, PT Marshall Grup. Dia menjabat sebagai manager advertising, Tuan]

Richard tersenyum senang.

"Kebetulan sekali. Baiklah Felix, kamu awasi nyonya. Jika dia berada dalam masalah di pekerjaannya. Bantu dia"

[Baik tuan]

***

Bersambung...