BADANMU ITU KAYAK GAPURA DESA!
Itulah kalimat yang sering di dengar Berryl, seorang wanita karir bertubuh gemuk yang selalu berpenampilan sederhana dan nerd.
Ia selalu tak beruntung dalam kehidupan sosialnya. Wanita itu acap kali mengalami pembullyan dan pengkhianatan.
Dihina, direndahkan dalam lingkungan kerja, bahkan difitnah oleh orang yang ia percaya. Parahnya, keluarga sang suami ikut memperlakukan nya dengan semena-mena.
Pada akhirnya, Berryl berusaha bangkit, ia bertekad akan membalas semua perlakuan buruk yang ia dapat.
Akankah Berryl berhasil membalas mereka semua?
Hallo Readers, saya ingin menginfokan bahwa novel PEMBALASAN ISTRI GENDUT merupakan novel yang pernah saya rilis di akun saya yang lain dengan nama pena Zindvl. Novel ini sudah saya hapus di akun lama dan saya rilis kembali di akun baru saya dengan nama pena Dae_Hwa yang memiliki makna mutiara yang berkilau. Saya harap di akun baru ini, saya dapat berkilau bak mutiara yang indah ✨
Mohon dukungannya 👊🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIG 8
Nela menjerit histeris ketika melihat darah segar terus mengucur dari leher ibunya. Namun, jeritan itu tak lama berubah menjadi tawa yang melengking.
"Ha ... Ha ... Ha ... dasar wanita gendut bodoh!" Nela tertawa dengan suara yang melengking.
Tawa yang membuyarkan khayalanku, aku terpaku melihat benda tajam dalam genggaman ku. Benar-benar membuatku bergidik ngeri.
Aku teringat kembali nasihat dari mama yang mengatakan agar menjauhi benda tajam jika hati sedang di landa amarah, sebelum setan bertepuk tangan. Sedikit tidaknya, kini aku sudah mengerti makna dari nasihatnya. Aku meletakkan kembali benda tajam yang sejak tadi ku genggam, menyimpannya ke dalam laci meja rias.
Setelah merasa sedikit tenang, aku kembali menguping di balik pintu. Namun, tak ku dengar lagi suara ibu dan anak itu menggosip tentang ku.
Aku mendekati jendela kamar dan hati-hati mengintip keluar, memperhatikan keadaan sekitar.
Sepertinya sudah aman. Pikirku dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
POV IBNU
Aku benar-benar geram dengan istriku yang tak berguna itu. Entah apa yang merasuki si gendut bodoh itu sampai dia begitu PD pergi bersenang-senang di sebuah club!
Apa dia tak menyadari fisiknya itu seperti apa? Wajah dengan keringat berlebihan, kulit kusam, belum lagi stretch mark nya dimana-mana efek dari badannya yang semakin melebar. Setiap aku menatapnya, entah kenapa aku seperti melihat tangki penyimpanan air. Tubuhnya yang melar itu, benar-benar membuat aku tak berselera.
Aku sangat heran kenapa tubuhnya menjadi gemuk seperti itu. Jika di katakan dia pemalas, itu tidaklah mungkin, karena semua pekerjaan di rumah dia lah yang mengerjakannya. Mencuci piring, menyapu, mengepel, mencuci pakaian ibu dan Nela. Di tambah lagi malamnya dia selalu rutin berolahraga. Dia juga memasak, hanya saja aku, ibu dan Nela jarang mau menyentuh makanan buatannya. Dia tidak pernah becus dalam memasak, rasanya benar-benar tidak enak.
Aku masih ingat saat pertama kali melamarnya. Meskipun penampilan nya culun, tetapi tubuhnya benar-benar idaman untuk semua pria. Di tambah lagi, Berryl adalah wanita yang sangat cerdas. Bahkan aku sampai dibuat minder olehnya. Namun, kini dia seolah seperti aib untukku. Aku sangat malu untuk mengakuinya sebagai istriku.
Andai dia secantik Kanaya. Ah, Kanaya! Dia benar-benar penakluk pria di ranjang. Wanita itu, aku benar-benar tak menyangka dia akan menggodaku. Tak hanya menaklukan hatiku, Kanaya bahkan mampu menaklukkan ibu dan Nela.
"Pak Ibnu, gak pulang?" Mirna menepuk lembut pundakku, membuyarkan lamunanku.
"Iya, Mir. Sebentar lagi," jawab ku.
"Selamat ya untuk jabatan barunya, Pak Ibnu. Bapak layak mendapatkan nya." Mirna mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.
Pemecatan Berryl memberikan dampak yang bagus untuk karirku. Sebuah jabatan yang selama ini aku idamkan, akhirnya menjadi milikku.
"Iya ... terimakasih ya, Mir." Aku berusaha mengulas senyum tipis.
Mirna merupakan wanita yang aku dan Kanaya gunakan sebagai kambing hitam untuk menyembunyikan hubungan gelap kami. Wanita yang tergila-gila padaku, tanpa sepengetahuan karyawan lain aku sengaja memberi signal hijau agar dia terus menggoda ku. Tetapi jika di depan karyawan lain dan istriku, aku seolah acuh pada Mirna. Aku sengaja seperti itu agar Berryl dan yang lainnya hanya fokus pada Mirna saja, sementara perselingkuhan antara aku dan Kanaya akan tetap aman.
"Kalau begitu saya pamit dulu ya, Pak Ibnu." Pamit Mirna yang berbisik di telingaku.
Aku menatap punggung Mirna yang mulai menjauh. Bokong sintal janda pirang itu membuat aku harus meneguk ludahku berkali-kali.
"Hm ... jika aku bisa meniduri nya juga, bukankah sangat sempurna?" gumamku pelan.
"Ehem!" Renata berdehem saat melintas di hadapanku.
Lututku seketika lemas saat wanita cantik itu lewat di hadapanku.
Apa tadi dia mendengar ucapanku? batinku.
Renata, dia adalah wanita yang berbahaya untukku maupun Kanaya. Renata seperti bom waktu yang tidak tau kapan akan meledak. Teringat kembali di otak ku, sebulan yang lalu saat aku sedang berbuat tak senonoh dengan Kanaya di toilet wanita tepat saat jam kerja. Saat itu suasana begitu sepi karena orang-orang masih sibuk dengan pekerjaannya. Aku dan Kanaya tengah asyik bercinta saat itu. Namun, aksi kami terpaksa terhenti saat mendengar pintu toilet di gedor. Kanaya mencoba mengintip, namun tak ada satupun orang di ruangan itu.
Mungkin orang yang menggedor sedang melapor pada security atau yang lainnya, begitulah pikirku saat itu. Membayangkan situasi yang sedang tidak aman, aku lekas keluar dari toilet lebih dulu untuk menyelamatkan diri. Namun, saat aku membuka pintu toilet wanita, aku bak tersambar petir di siang bolong saat melihat Renata tengah berdiri di ambang pintu.
Renata menatap tajam padaku, seolah akan melahap ku hidup-hidup. Mengingat dia adalah sahabat Berryl, aku yakin dia pasti ingin mencabik wajahku saat itu.
Ku pikir, pernikahan ku dan Berryl serta karirku akan hancur hari itu. Namun sampai saat ini, tidak ada apapun yang terjadi. Renata masih menutup mulutnya. Meskipun begitu aku tetap saja cemas, karena istri dungu ku itu berteman dengannya.
Aku mengusap bulu kuduk ku yang meremang saat teringat akan kejadian itu. Aku harus memisahkan Renata dan Berryl, sebelum gadis cantik itu menceritakan semuanya pada istriku.
Aku merogoh saku saat ponselku tak hentinya bergetar. Nama Kanaya terpampang di layar ponsel.
"Mas! Di mana sih? Aku udah nungguin dari tadi loh di parkiran," omel Kanaya di sebrang telepon.
"Iya, ini mas turun." Jawabku sembari memutuskan panggilan telepon.
Kanaya pasti tidak sabar meminta traktiran padaku karena ini merupakan hari yang luar biasa untukku. Bagaimana tidak? Aku resmi naik jabatan menjadi manager keuangan menggantikan posisi istriku yang tak berguna itu. Ah, memikirkan si gendut itu jadi pengangguran saat ini saja sudah membuat ku sakit kepala.
Ah sudahlah, itu di pikirkan nanti saja. Biar ku suruh saja dia menjadi buruh upah cuci gosok di rumah rumah tetangga. Lumayan buat menanggung biaya makan keluarga ku sehari-hari. batinku.
Aku segera melangkah kakiku menuju parkiran kantor. Kasihan Kanaya jika harus menungguku lebih lama.
Aku bersenandung ria saat melihat wajah cantik Kanaya dari kejauhan. "Asyik! Dapat jatah lagi!"
"Lama banget sih, Mas Ibnu!" cicit Kanaya setiba aku di hadapannya.
"Masih ada kerjaan, Sayang. Kan kamu tau mas baru saja naik jabatan." Aku mengusap pelan dagu Kanaya.
"Ya udah lah ayo, lapar aku," rengek Kanaya.
"Kamu mau makan di mana, Sayang?" tanyaku.
"Di CO resort yuk, di sana viewnya bagus banget!" Kanaya menyebutkan sebuah resort terkenal yang harganya sudah pasti mahal dengan begitu semangat.
Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. "Hari ini kita makan soto saja yuk, Sayang. Ada warung soto yang enak di simpang empat sana."
"What?! Soto? Ya ampun mas, hari special begini kamu nawarin aku makan soto?" Kanaya menatapku sinis.
"Ya bukan gitu sayang. Kamu tau kan, bulan ini si gendut itu gak setor uang gaji untuk keperluan keluarga di rumah. Mas loh yang mau gak mau jadi nanggung semuanya. Jadi mas kudu hemat bulan ini," jelasku.
"Ya udah tau gak punya uang malah nanya mau makan di mana segala," sahut Kanaya ketus.
"Maaf dong, Sayang. Kan hanya bulan ini, bulan depan kan mas udah naik gaji tuh. Dua kali lipat malah, nanti mas belikan kamu kalung, gimana? Jangan ngambek lagi dong." Aku berusaha membujuknya.
"Sama aja, Mas. Si gendut kan sudah gak kerja, otomatis uangmu kan akan habis untuk menghidupi nya dan membiayai keluarga kamu, Mas!" jawab Kanaya ketus.
"Kamu tenang aja, Sayang. Mas udah ada rencana, mas bakal suruh si gendut itu jadi buruh upah cuci dan gosok. Nah gaji dia itu untuk membiayai keperluan di rumah. Jadi, gaji mas bakalan aman seperti biasa. Gimana? Keren kan ide mas?" ucapku bangga.
"Berryl jadi buruh cuci gosok? Ha ... Ha ... Mas kok bisa kepikiran sampe ke sana? Itu cocok banget buat dia," Kanaya tersenyum puas.
"Cium dulu dong." Aku menyodorkan bibirku padanya. Wanita itu lekas menyambar bibirku dengan brutal.
Tak ingin ada yang melihat, aku segera membawanya ke tempat di mana aku memarkirkan mobil tadi pagi. Namun, aku tak menemukan mobil ku sesampainya di sana.
Aku menelusuri beberapa mobil yang tersisa di parkiran, barangkali saja aku keliru memarkirkan mobil itu tadi pagi. Namun, aku mulai panik saat tak juga menemukan mobil ku.
"Di mana sih mobilnya, Mas? bukannya tadi pagi parkir di sini? Kaki ku udah capek loh ini nunggu dari tadi!" Kanaya mulai merengek lagi.
Aku meremas rambutku. "Mas juga gak tau dimana mobilnya. Mas juga udah pencet berapa kali alarm di kunci mobil, tapi gak ada kedengaran bunyinya."
"Jadi ini gimana, Mas? Capek loh aku!" Kanaya meninggikan suaranya.
Ah! Pusingnya! mobil hilang, Kanaya juga bisanya merengek doang! Gimana ini nasibku?!
*
*
*
Reader's, jangan lupa like dan subscribe ya 🌼