NovelToon NovelToon
Pengobat Cinta Sang Letnan Angkuh Yang Patah Hati

Pengobat Cinta Sang Letnan Angkuh Yang Patah Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Hasna_Ramarta

Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.

"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.

"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.

Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.

"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.

"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Adegan Alami dan Live

     Bisma berjalan duluan ke kamarnya dengan menaiki tangga, sementara Haura langsung ke kamarnya untuk meletakkan tas dan mengganti bajunya. Tidak lupa menyempatkan ke kamar mandi, membasuh muka, tangan, dan kakinya.

    Sementara itu, Bisma sudah tidak sabar menunggu kedatangan Haura yang dinilainya lama. Dia pikir tadi Haura akan langsung mengikutinya ke kamar, tapi sudah lima belas menit lebih, Haura belum juga muncul. Padahal ia sudah merasa tidak enak dengan perban yang menutupi siku dan lututnya. H

    Bisma berdiri di muka pintu kamar dengan sebelah tangan diletak di pinggang tanda kesal.

    "Haura lama banget, ke mana gadis ingusan itu?" rutuknya kesal. Selang beberapa menit Bisma merutuk, Haura baru muncul di penghujung tangga lalu menuju kamar Bisma.

    "Jalan saja kayak keong," kesalnya lagi masih mendumel.

    "Haura, kenapa sih harus lama?" Bisma langsung menarik lengan Haura ke dalam dengan gerakan yang cepat dan tenaga penuh, tidak diduga tubuh keduanya terhempas ke atas ranjang saling menindih. Tubuh Haura berada di atas Bisma.

    Untuk beberapa saat mereka saling terpaku dengan tatap mata saling mengunci. Ada getaran aneh yang tiba-tiba muncul dalam diri keduanya, terlebih saat ini posisi keduanya begitu intim. Kedua tangan Haura tepat di dada Bisma, sedangkan tangan Bisma menangkap pinggang Haura dua-duanya. Saat ini mereka seakan sedang melakukan adegan mesra seperti di film-film jaman kini yang sedang booming.

    Jantung keduanya berdetak cepat, bagai berlomba lari maraton. Tidak disadari Bisma maupun Haura, dari luar sana rupanya ada Bi Mimin yang tadi mengikuti Haura, Bi Mimin berinisiatif membawakan air hangat dalam baskom dan kain kompres untuk Bisma.

    Namun Bi Mimin terpaksa harus melihat adegan tidak senonoh yang menodai mata tuanya yang mulai minus setengah.

    "Ya ampun, beneran ini? Wah, gawat, mereka seperti mau ciuman persis kaya film drakor. Aduh, Bu Sindi harus tahu ini, bahaya kalau mereka menyatukan bibir. Eit, tapi tunggu dulu, aku harus ambil rekamannya untuk bukti pada Bu Sindi." Otak iseng Bi Mimin mulai bekerja untuk menjadi bahan laporan pada majikan perempuannya.

    Sebelum direkam, Bi Mimin membidik dua foto lalu setelah itu ia rekam adegan yang masih posisinya seperti tadi, entah sampai berapa detik, yang penting sampai selesai episode.

    Kepala Bisma mulai terangkat, hawa panas di dalam tubuhnya justru menuntunnya untuk mendekati bibir Haura yang sensual, karena bibir Haura sejak tadi sedikit terbuka. Dekapan tangan Bisma juga justru semakin menguat.

    Tiga senti, dua senti, sampai satu senti, wajah keduanya sudah sedekat itu, sapuan nafas mulai dirasakan keduanya dari nafasnya masing-masing. Hawa panas itu semakin mendorong Bisma untuk kembali mereguk bibir manisnya Haura. Hanya lima inci lagi kedua bibir itu menyatu, tapi Haura segera menyadarinya.

    "Awwww."

    Haura segera bangkit dengan perlahan, seraya melepas lilitan tangan Bisma di pinggangnya. Tubuhnya betul-betul jatuh tepat di atas tubuh Bisma yang kekar. Haura mukanya memerah, ia merasa malu dengan adegan tidak sengaja tadi. Jantungnya pun masih berdetak kencang seperti tadi.

    "Aduhhhhh, sakitttt, siku aku sakittt," keluh Bisma mengaduh. Padahal tadi tidak mengaduh sama sekali. Mungkin karena kedua tangan itu disingkirkan Haura dan menyentuh ranjang dengan agak kuat.

    "Non Haura, Den Bisma, maaf. Ini bibi antarkan air kompres untuk luka Den Bisma." Tiba-tiba Bi Mimin menghampiri seraya menenteng baskom kecil berisi air untuk kompres luka Bisma. Bisma dan Haura cukup terkejut, mereka takut kejadian tadi diketahui Bi Mimin. Untung saja Haura sudah mengurai tangan Bisma yang mencengkramnya kuat.

    "Oh, i~iya, terimakasih banyak, Bi," ucap Haura gelagapan.

    "Bibi ke bawah lagi, ya, Non," ucap Bi Mimin langsung pamit. Padahal kenapa Bi Mimin langsung pamit, karena ia akan segera melaporkan kejadian yang barusan dilihatnya pada Bu Sindi.

    "Bu, sebentar," tahan Bi Mimin pada majikannya yang tadinya akan menaiki tangga juga.

    "Ada apa Bi Mimin?" Bu Sindi penasaran.

    "Ini Bu, saya ada penemuan yang sangat meresahkan. Sepertinya ini lebih meresahkan dari drama Korea yang selalu saya tonton kalau sebelum tidur. Upsss," lapor Bi Mimin seraya menutup mulutnya diakhir kalimat.

    "Ada apa Bi, ada-ada saja Bi Mimin ini." Bu Sindi geleng kepala.

    "Ini Bu, lihatlah," sodor Bi Mimin memberikan Hp nya pada Bu Sindi. Sejenak Bu Sindi melongo, ia cukup tersentak melihat kedua foto dan satu rekaman yang memperlihatkan Bisma dan Haura akan berciuman.

    "Apa yang akan mereka lakukan? Bi Mimin, kirim cepat ke Hp saya, lalu segera hapus dari galeri foto Bi Mimin, foto maupun rekamannya,” titah Bu Sindi risau. Walaupun ia ingin menyatukan Bisma dengan Haura, tapi dia tidak ingin hal seperti itu terjadi di luar kendali.

“Baik, Bu. Eh tapi, padahal jangan dihapus, lumayan untuk nambah-nambah koleksi saya. Ini kan lebih alami dan live,” seloroh Bi Mimin membuat Bu Sindi meradang.

“Mimin Mintarsih, jangan berlelucon. Itu bisa menjadi bumerang buat kedua anak saya. Awas, jika Bi Mimin sampai menyebarkan,” peringat Bu Sindi khawatir.

“Baik, Bu. Saya hanya bercanda kok, hehe,” balas Bi Mimin sembari senyum-senyum membayangkan kejadian tadi di kamar Bisma.

Bu Sindi segera menaiki tangga, lalu menuju kamar Bisma yang kini sedang ada Haura tengah mengobati luka Bisma.

Tiba di muka pintu, Bu Sindi menahan langkahnya. Ia melihat Haura menduduki bibir ranjang dan mengobati luka Bisma dengan telaten, kadang jeritan kecil keluar dari bibir Bisma.

“Haura, bisa pelan sedikit tidak? Ini sakit tahu,” sentak Bisma seraya memegangi siku kanannya yang luka, oleh tangan kiri.

“Kak Bisma sabar dulu, ini tidak akan lama. Ini sedang Haura bersihkan dengan alkohol. Sebentar lagi ditetesi betadin lalu diperban,” bujuk Haura.

“Sabar, sabar. Harusnya kamu yang sabar, bukan aku yang dirawat yang sabar,” protes Bisma lagi. Bu Sindi yang menyaksikan, cukup geleng-geleng kepala melihat sikap Bisma yang sedikit kolokan. Bu Sindi tidak akan mengganggu dulu Haura yang sedang mengobati luka anaknya, dia masih berdiri di muka pintu. Setelah selesai, Bu Sindi baru akan masuk dan menyapa mereka.

“*Manis sekali mereka. Bisma yang sedikit kolokan dan Haura yang sabar, sangat cocok*.” Bu Sindi membatin dengan tekadnya yang tetap ingin menyatukan Bisma dan Haura.

“Ya ampun, sakitttt, bisa pelan sedikit tidak Haura?” Bisma kembali protes seraya menahan lengan Haura yang sedang mengobatinya.

“Sedikit lagi, Kak. Sabar, ya,” bujuk Haura seraya melepaskan tangan Bisma. Saat ini mereka seperti sedang saling berpegangan tangan. Haura segera melepaskan tangannya di tangan Bisma, ia buru-buru menyelesaikan tugasnya, karena jantungnya tiba-tiba berdetak kembali seperti tadi tidak karuan.

“Selesai,” ujarnya senang.

“Alhamdulillah, akhirnya bayi besar yang manja itu sudah kamu obati. Terimakasih Haura,” celoteh Bu Sindi yang tiba-tiba masuk dan mengagetkan Bisma dan Haura.

1
Eomma Widya
Pengalaman pribadi ya dokter Jelita 😆😆
Umun Munawaroh
Luar biasa
Nasir: Makasih Kak ..
total 1 replies
Atip Suryana
alhamdulilah akhirnya kisah mereka bahagia yaa
Atip Suryana
akhirnya jebol gawang juga nii selamat yaa
Nasir: Hehhehehe gawang Timnas .
total 1 replies
Atip Suryana
wah kurang asem ni pa tentara setelah merasakan manisnya bibir Haura dengan seenaknya bilang lupakan anda memang kuran asemmm pa bismaaa
Atip Suryana
aduhh maa malah kejadian nya lebih gawat
Atip Suryana
waduhh kira kira apa yang mau bisma lakukan sama Haura yaa
Atip Suryana
ohh ternyata bbu dokter bohong toh ternyata Bu dokter mengkhianati mu mas bismaa
Atip Suryana
lanjuttt thorr
Nasir: Lanjut Kak.... makasih kehadirannya.
total 1 replies
Atip Suryana
mampir lagi thorr
Nasir: Makasih byk Kak... semoga betah.
total 1 replies
Rima baharudin
wuih..... sempet deg²an
Rima baharudin
bisma labil ih
Rima baharudin
bisma kalo ngomong sama haura ga ada alusnya, nyakitin haura mulu
Rima baharudin
nah ...... baru di bab ini aku setuju sama mulutnya bisma😁
Rima baharudin
kenapa si bisma ini kalo deket sama haura bawaan nya kesel mulu ya, apakah ini tanda² bahwa sebenernya dia udah ada rasa sama haura
Nasir: Iya kayaknya Kak... hehe
total 1 replies
Rima baharudin
idihhhhh bisma orang nya gampang ngambek😅
Nasir: Ngambek tapi demen.
total 1 replies
Rima baharudin
bi mimin kocakabis😂
Nasir: Wkwkwkkwkw
total 1 replies
Rima baharudin
syukurin bisma mulai cemburu😂😂😂
cahpinter123
ceritanya bagus dan menarik
Nasir: Makasih byk Kak...
total 1 replies
Rima baharudin
widihhh mulutmu bisma😠
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!