"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27. Kenang Asilla
Kini Isabella sudah berada di rumah. Akhirnya Asilla mengurungkan niatnya ke butik. Sedangkan kedua mertuanya sudah pulang ke Mansion setelah Isabella tiba di rumah.
"Sayang ceritakan sama Mama, apa yang terjadi sama Abel?" tanya Asilla terus-menerus memaksa Isabella, apa yang telah terjadi.
"Abel tidak apa-apa Ma," inilah jawaban dari Isabella setiap ditanyain Asilla.
"Sayang jangan berbohong kepada Mama, akhir-akhir ini Abel lebih banyak diam. Mama tidak ingin Abel menyembunyikan sesuatu apapun itu," kata Asilla dengan lembut. "Sayang jika Abel sedih maka Mama serta Kakakmu juga ikut merasakannya," sambungnya sembari mengusap pucuk kepala Isabella.
"Percayalah Mama, Abel baik-baik saja," kata Isabella sembari tersenyum manis sehingga meyakinkan Asilla jika Isabella baik-baik saja.
"Abel istirahat ya? Mama ada keperluan sebentar di luar," kata Asilla karena ada kepentingan untuk menemui kedua orang tuanya di rumah.
"Iya Ma. Mama hati-hati," jawab Isabella.
...******...
Sebelum ke rumah orang tuanya Asilla ke bank untuk mencairkan uang sebesar 1 miliar. Asilla tidak bodoh, ia sengaja langsung memberi uang tunai agar tidak diketahui oleh Filio jika uang pinjaman itu untuk orang tuanya, tetapi Asilla salah. Bahkan sebelum ia meminjamkan uang Filio terlebih dahulu mengetahui rencana Asilla berkat Sony supir pribadinya.
Kini Asilla sudah berada di rumah orang tuanya. Sedangkan wajah Farhan dan Mira berseri-seri melihat kedatangan Asilla dengan sebuah tas yang mereka yakini didalamnya adalah uang sebesar 1 miliar.
"Bagaimana Sila apa kamu berhasil mendapatkan uang yang Papa maksudkan?" tanya Farhan dengan tidak sabarnya.
"Kamu bawa uangnya Sila?" timpal Mira.
Asilla menghela nafas sembari tersenyum miris dengar pertanyaan dari kedua orang tuanya. Bukannya menyambut kedatangan dirinya dengan kasih sayang seperti orang tua pada umumnya, tetapi ini tidak berlaku kepada orang tuanya dari dulu sampai sekarang.
"Ini Pa, Ma uang yang kalian minta," kata Asilla dengan wajah sendu.
Asilla mengeluarkan kantong plastik dari dalam tas, lalu meletakan di atas meja sofa. "Hitunglah mana tau ada yang kurang," titah Asilla.
"Tidak perlu, kamu pasti sudah teliti," kata Mira dengan mata berbinar-binar melihat setumpuk uang berwarna merah di atas meja.
"Baiklah Sila tidak bisa berlama-lama. Hmmm pergunakan uang itu sebaik mungkin karena Sila tidak bisa terus-menerus mendapatkan uang sebanyak itu," kata Asilla sedikit tegas. Tanpa mendengar jawaban dari kedua orang tuanya Asilla langsung berlalu pulang.
Farhan maupun Mira saling memandang.
"Sudah mulai berani," sinis Mira tidak suka dengar perkataan Asilla.
"Biarkan saja Ma," ujar Farhan tidak ambil pusing tentang sikap Asilla. Yang terpenting baginya uang itu berhasil didapatkannya untuk dana buka usaha baru.
"Pa minta setengah dong. Buat Mama beli perhiasan, besok akan ada arisan," rengek Mira.
"300 juta cukup bukan? ini uang untuk Papa menambah modal, jangan terlalu boros. Apa Mama tidak dengar apa yang Sila katakan tadi? jadi berhemat," ujar tegas Farhan.
"Huh," gerutu Mira dengan wajah masam.
...******...
Sepulang dari rumah orang tuanya Asilla bukanya langsung pulang tetapi ia menyempatkan diri menjenguk Asinta yang masih di rawat di RS milik keluarga Januar.
"Hai Kak apa kabar? tentu saja baik bukan? Sila berharap begitu," Asilla memulai menyapa Asinta yang berbaring dengan bantuan alat medis yang melekat di tubuhnya. "Kak Sinta bangunlah, apa selama hampir 5 tahun ini Kak Sinta tidak bosan tidur terus? kasian Moses Kak Sinta, ia butuh sosok Mama kandungnya yaitu Kak Sinta," kata Asilla dengan mata berkaca-kaca. "Demi Sila bangunlah Kak Sinta, Sila tidak bisa terus-menerus membohongi keluarga besar Januar. Sila lelah dengan sandiwara ini Kak Sinta, yang seharusnya di posisi Sila adalah Kak Sinta," isak Asilla sembari mengusap punggung tangan Asinta yang sama sekali tidak ada respon. Katakanlah saat ini Asilla berbicara dengan patung jelmaan manusia.
Asilla tatap wajah kurus serta pucat Asinta. Tanpa sadar bulir bening bergulir membasahi kedua pipinya.
"Apa Kak Sinta masih ingat waktu Sila tidak sengaja menjatuhkan piala lomba lari sampai piala itu patah? waktu itu Mama sangat marah kepada Sila, sampai-sampai Sila di kurung di gudang seharian tanpa dikasi makan. Di sana Kak Sinta sembunyi-sembunyi kasi makan lewat jendela untuk Sila," kenang Asilla dengan berurai air mata. "Sila rindu dengan kepedulian Kak Sinta diwaktu kita masih kecil, sejak dewasa Kak Sinta berubah sikap dengan Sila, bahkan tidak menganggap Sila ada. Begitu juga dengan Papa sama Mama, selama ini mereka tidak pernah menganggap Sila bagian dari hidup mereka. Tetapi tidak terhadap Kak Sinta, Papa sama Mama sangat menyayangi serta memanjakan Kak Sinta. Katakan kepada Sila Kak Sinta apa alasan Papa sama Mama tidak pernah menganggap Sila bagian dari keluarga ini? bahkan memandang Sila sebelah mata hiks hiks...." Ungkap Asilla dengan isak tangis sembari menggenggam telapak tangan Asinta dengan dada turun naik karena terisak.
Asilla menatap wajah tenang Asinta dengan tatapan kosong berurai air mata.
"Apa karena Sila sejak kecil selalu merepotkan? apa karena Sila terlahir dengan banyak kekurangan sehingga Kak Sinta ikut berkorban? apa itu alasannya Kakak? katakan kepada Sila agar Sila tau." Lirih Asilla. "Sila tidak pernah minta dilahirkan ke dunia ini Kak Sinta hiks hiks....! Lihat Sila sekali saja. Betapa rapuhnya Sila selama ini, berpura-pura kuat dan sabar. Ditambah lagi dengan cobaan paling berat yaitu Sila hamil diluar nikah, bahkan Sila tidak tau siapa Ayah dari putri kembar Sila. Seakan dunia ini mempermainkan Sila, tidak henti-hentinya memberi cobaan atau ujian terberat. Apa benar Sila lahir ke dunia ini hanya pembawa sia* seperti yang selalu dikatakan Mama?" ungkap Asilla dengan sesegukan karena sudah lama menangis.
Genggaman itu ia lepaskan, lalu mengusap wajahnya yang dipenuhi tetesan air mata.
"Percayalah Kak Sinta, Sila sangat menyayangi Papa, Mama dan Kak Sinta," lirih Asilla. "Hmmm maaf Kak Sinta karena ini pertama kalinya Sila menangis didepan Kak Sinta, itupun tidak dilihat Kak Sinta. Tetapi Sila harap Kak Sinta dapat mendengarnya," imbuhnya sembari terkekeh kecil.
Dibalik gorden pembatas ruangan seseorang terdiam mematung. Dari awal sampai akhir ia mendengar jelas semua apa yang diungkapkan Asilla kepada kekasihnya.
Yakin akan kepergian Asilla, dengan secepat kilat ia keluar dari persembunyiannya. Dengan hati-hati ia keluar dari kamar rawat Asinta, lalu menuju ruang kebesarannya di RS itu.
Di kursi kebesarannya ia terduduk sembari meletakan kedua lengannya di atas meja. Perkataan Asilla menari-nari di kepalanya, serta suara isak tangis Asilla terngiang di telinganya.
Sekeras apapun hati seseorang jika mendengar ungkapan pilu Asilla tadi akan melunak begitu saja.
"Aku tidak pernah menyangka jika kisah hidupnya sepahit itu," gumamnya dengan tatapan penuh arti.
# Flashback #
Sore ini Filio akan mengecek pembukuan di RS. Sebelum masuk ke ruangannya ia menyempatkan diri menjenguk Asinta. Bisa dikatakan ia jarang menjenguk Asinta dikarenakan kesibukan bekerja.
Baru saja Filio mendekati brankar pembaringan Asinta, ponselnya berdering. Tidak ingin berbincang dekat Asinta, Filio melangkah menuju jendela yang dibatasi gorden panjang menjuntai kebawah. Setelah usai berbincang ditelepon tiba-tiba pintu rawat Asinta terbuka sehingga mengurungkan niat Filio ingin keluar dari sana. Ia tidak tau siapa yang berkunjung menjenguk Asinta karena gorden itu berbahan tebal sehingga tidak bisa melihat bayangan.
Sepatah suara sapaan dari seseorang itu langsung dikenali oleh Filio siapa sesosok itu, sehingga membuatnya penasaran ingin tau apa yang akan dibicarakan Asilla kepada sang kekasih.
# Flashback Off #
...******...