Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Kini Aku Sendirian
Tuan Keenan sangat terkejut setelah mendapatkan informasi dari perawat yang menjaga Bu Maria jika saat ini Bu Maria telah tiada. Dia langsung saja menyampaikan informasi itu pada Nyonya Rossa dan mengajak istrinya itu untuk segera pergi ke rumah sakit.
Di rumah sakit, seluruh administrasi untuk kepulangan Bu Maria sudah selesai diurus. Dokter yang menangani Bu Maria juga sudah memperbolehkan keluarga membawa jenazah Bu Maria untuk pulang.
Sepanjang perjalanan menuju kontrakan, Arneta tak henti menangis seraya memeluk tubuh ibunya yang sudah terbujur kaku. Berkali-kali dia meminta agar Tuhan memberikan mukjizat supaya ibunya bisa hidup kembali.
"Ibu, untuk apa lagi aku hidup di dunia ini jika ibu tidak ada..." Arneta menangis tersedu-sedu. Hatinya sangat hancur karena kepergian ibunya. Tidak ada rasanya yang lebih perih di dalam hidupnya selain kehilangan ibunya.
Tiba di kontrakan. Sudah banyak tetangga yang menunggu kedatangan jenazah Bu Maria di sana. sebuah tenda kecil pun sudah dipasang untuk tempat berteduh para pelayat yang akan datang. Arneta tidak mengetahui siapakah orang yang sudah memberitahu tetangga ibunya tentang kepergian ibunya. Yang menjadi fokus Arneta saat ini hanyalah ibunya. Arneta sama sekali tidak memperdulikan hal lain.
Berselang beberapa saat setelah jenazah Bu Maria tiba di kontrakan, Tuan keenan dan Nyonya Rossa nampak datang. Kedua pasangan paruh baya itu nampak prihatin melihat kondisi Arneta saat ini.
"Kasihan sekali kamu, Nak..." lirih Nyonya Rossa. Sebagai seorang anak yang pernah merasakan kehilangan orang tua juga, dia dapat merasakan bagaimana kesedihan yang dirasakan Arneta saat ini.
"Kenapa Bu Maria dibawa ke sini. Kenapa tidak ke rumah El saja?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Tuan Keenan. Kemudian dia mengedarkan pandangan mencari keberadaan El di sana. Namun, putranya itu tidak terlihat dimana-mana.
"Hubungi El. Suruh dia segera ke sini!" Titah Tuan Keenan pada Nyonya Rossa. Tuan Keenan berpikir jika saat ini putranya itu belum mengetahui kondisi Bu Maria.
Setelah menghubungi El, Nyonya Rossa dan Tuan Keenan menghampiri Arneta. Keduanya mengungkapkan belasungkawa pada Arneta yang sedang berduka. Arneta hanya menanggapi seadanya. Dia sudah tidak bertenaga untuk berinteraksi dengan banyak orang termasuk kedua mertuanya.
Kedatangan El ke rumah kontrakan langsung saja disambut dengan amarah Tuan Keenan. "Kenapa Bu Maria dibawa ke sini. Kenapa tidak dibawa ke rumah kamu saja?!" Pria itu marah karena di saat kepergian besannya, dia justru dibawa ke rumah kontrakan yang cukup sempit dan tidak bisa dimasuki oleh orang banyak.
El memasang wajah polosnya. "Aku gak tahu kalau Ibu udah tiada, Pah. Arneta gak kasih tahu aku masalah ini!" El membela diri. Dia tidak ingin disalahkan oleh Tuan Keenan. Toh omongannya baru saja memang benar kalau Arneta sama sekali tidak mengabarinya.
Tuan Keenan tidak ingin memperpanjang perdebatan di saat suasana sedang berduka. Lebih baik dia meminta El untuk menenangkan Arneta yang sedang berduka di dalam rumah. Walau pun menaruh perasaan tidak suka pada Arneta. Namun, El merasa sedikit prihatin melihat kesedihan Arneta saat ini.
Keberadaan El di sisi Arneta tidak berarti apa-apa untuk Arneta. Dia terus saja menangis terisak-isak seraya meminta ibunya untuk kembali.
"Siapa lagi yang akan menyayangiku di dunia ini jika bukan Ibu. Hanya ibu yang aku punya. Hanya ibu yang bisa menjadi tempat untuk aku pulang." Ungkapan hati Arneta membuat hati El sedikit teriris. Dia merasa semakin prihatin. Namun, tak ada satu pun ungkapan isi hati El yang disampaikannya pada Arneta.
Arneta sama sekali tidak beranjak dari sisi ibunya walau pun waktu sudah beranjak semakin malam. Dia membiarkan tubuh lelahnya terlelap di samping jenazah sang ibu hingga akhirnya pagi telah datang menyambut dan ibunya harus segera dibawa untuk dimakamkan.
Sejak kemarin, Oma Sukma dan Tante Lia sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Keduanya baru menunjukkan batang hidungnya saat jenazah Bu Maria sudah tiba di pemakaman dan siap untuk dimakamkan.
"Ibu..." Arneta menangis terisak-isak saat ibunya dimasukkan ke dalam liang lahat dan secara perlahan tanah mulai menutupi tubuh ibunya. Nyonya Rossa yang berada di sampingnya selalu berusaha menenangkan Arneta walau pun ia tahu Arneta tidak akan bisa tenang begitu saja.
Sementara El, dia hanya berdiri diam. Entah apa yang akan ia lakukan. El juga cukup terkejut kenapa Bu Maria bisa pergi secepat ini. Padahal, beberapa hari yang lalu El masih sempat berkunjung ke kediaman Bu Maria tanpa sepengetahuan Arneta untuk melihat keadaannya. Dan saat itu keadaan Bu Maria masih baik-baik saja.
"Arneta, ayo kita pulang, nak." Ajak Nyonya Rossa setelah proses pemakaman selesai dilakukan dan kini hanya meninggalkan mereka di sana.
Arneta bergeming. Dia masih memeluk kuburan ibunya yang masih basah dengan tatapan yang nampak kosong. Nyonya Rossa semakin prihatin melihatnya. Agar Arneta tidak semakin lama berada di sana, Nyonya Rossa meminta El membawa Arneta pulang.
"Ayo kita pulang!" Ajak El. Suaranya saat ini terdengar sangat lembut. Jauh berbeda dari sebelum ibunya tiada.
Arnet masih saja bergeming. Karena tidak lagi memiliki tenaga untuk memberontak, dia membiarkan saja El membawa tubuhnya masuk ke dalam mobil.
"Manja sekali sih dia sampai dipapah begitu sama El!" Oma Sukma masih saja menunjukkan rasa tidak sukanya pada Arneta walau pun wanita itu sedang dirundung duka.
Di tengah perjalanan menuju pulang, Arneta tiba-tiba bersuara meminta El mengantarkan dirinya ke rumah kontrakan ibunya. Dia ingin menginap di sana dan menenangkan dirinya. El terpaksa menurutinya. Untuk saat ini, dia tidak ingin egois memaksa Arneta untuk pulang ke rumah mereka.
Setibanya di rumah kontrakan, Arneta segera keluar dari dalam mobil tanpa sepatah kata pun. Dia lekas masuk ke dalam rumah dan berdiam diri di dalam kamar ibunya.
El terpaksa turut berada di sana untuk menyambut para pelayat yang berdatangan untuk mengungkapkan belasungkawa pada Arneta dan keluarganya. Tuan Keenan dan Nyonya Rossa pun turut menyempatkan waktu untuk tetap berada di sana sebagai perwakilan keluarga Arneta untuk menyambut para pelayat mengingat saat ini tidak ada lagi keluarga Arneta yang tersisa selain mereka.
Di dalam kamar ibunya, Arneta mengambil sebuah foto kecil ibunya dan memeluknya erat-erat. "Ibu... sekarang aku sendirian, Bu." Arneta kembali menangis tersedu-sedu. Pipinya yang tadi sudah kering kini basah kembali terkena aliran air mata.
Entah bagaimana lagi Arneta mengungkapkan rasa sedih di hatinya. Untuk saat ini dan kedepannya. Dia hanya bisa memeluk bingkai foto ibunya untuk menyalurkan rasa rindu yang mendalam di hatinya pada ibunya.
***
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga