Berawal dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang disangka adalah seorang wanita malam malah membuat Letnan Rico semakin terjebak masalah karena ternyata gadis tersebut adalah anak gadis seorang Panglima hingga membuat Panglima marah karena pengaduan fiktif sang putri.
Panglima memutasi Letnan Rico ke sebuah pelosok negeri sebagai hukumannya setelah menikahkan sang putri dengan Letnan Rico namun tidak ada yang mengira putri Panglima masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang notebene adalah sahabat Letnan Rico.
Mampukah Letnan Rico mendidik sang istri yang masih sangat labil. Bagaimana nasih sahabat Letnan Rico selanjutnya??? Apakah hatinya sanggup merelakan sang kekasih?? Siapakah dia??
Konflik, Skip jika tidak sanggup..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Berdebat dengan keadaan.
HARAP TIDAK MENEBAK ALUR DI AWAL, PERCAYAKAN PADA AUTHORNYA..!!
🌹🌹🌹
Mudi Batalyon pun segera pamit. Rumah dinas Bang Danar terlihat sepi saat Bang Rico tiba di rumahnya.
Bang Rico menatap sang istri yang masih terdiam sesekali menghapus air matanya.
"Masih berani kamu menangisi laki-laki lain????" Tegur Bang Rico saat keduanya sudah berada di dalam rumah.
"Kei tidak pernah menginginkan pernikahan ini, semua terjadi karena ketidak sengajaan. Haruskah kita memaksa kalau tidak saling cinta?" Ujar Keinan dalam tangisnya.
"Apakah Abang juga menginginkan keadaan seperti ini???? Nggak, Kei..!!!! Tapi segalanya sudah terjadi, apakah kita akan terus menumpuk kesalahan dalam hidup??? Tanggung jawab, tobat dengan apa yang sudah kita lakukan. Seharusnya semakin hari kita semakin sadar untuk memperbaiki diri. Abang sudah punya kamu, kamu sudah bersama Abang. Danar juga sudah menikah dengan Nindy. Tidak perlu kamu ikut campur dengan kehidupan Danar, tidak usah mengurusi latar belakang Nindy, cukup kamu tau Nindy adalah istri Letnan Danar. Bukan kapasitasmu menghakimi seseorang. Seperti apapun situasi saat ini, kita do'akan saja yang terbaik..!!" Kata Bang Rico menasihati Keinan.
Keinan masih nampak sesak dengan semua kejadian ini. Masih ada rasa tertinggal di balik keikhlasannya.
Jujur saat ini Bang Rico ingin marah. Hanya saja setelah semua yang terjadi, terselip rasa syukur bahwa selama Bang Danar selalu menjaga Keinan hingga ia menjadi satu-satunya pria yang memetik hasil jerih payah tersebut. Kini mendidik sang istri adalah kewajibannya, percuma membahas hal yang akan kembali menimbulkan pertengkaran.
//
Nindy menarik nafas panjang sesaat setelah bisa membuka matanya. Di lihatnya Bang Danar membuang nafas yang tertahan. Matanya memerah menatapnya. Sekuatnya Nindy berusaha bangkit tapi tubuhnya seakan layu.
"Jangan banyak gerak, dek. Ada luka di kepala." Kata Bang Danar.
Bang Danar membelai lembut rambut Nindy. Rambut panjang lurus menjadi salah satu bagian tubuh Nindy yang terindah.
Seperti biasa, Nindy memaksakan senyumnya saat balas menatap Bang Danar. Jujur setiap apapun yang di lakukan Nindy membuat perasaan Bang Danar begitu takjub sekaligus tersayat. Bagaimana bisa selalu ada senyum di balik luka pada hati yang terdalam.
"Jangan memikirkan apapun lagi. Biar Abang selesaikan semua. Kamu hanya perlu baik-baik jaga diri di rumah..!!" Ujar Bang Danar berusaha membuat Nindy tenang.
Nindy mengangguk tapi tetap Bang Danar merasa takut dengan sikap Nindy. Terkadang tenangnya seorang wanita bagai bom yang tersimpan rapi tapi siap untuk meledak kapan saja.
"Setelah Abang selesai dengan tugas kantor, Abang akan segera cari rumah di luar. Kita tinggal disana..!!" Janji Bang Danar.
"Terima kasih, Bang."
Bang Danar mengurai senyum meskipun hatinya terasa pahit.
***
Hari ini Bang Danar dan Bang Rico sibuk mencari hewan kurban di daerah luar kota. Sungguh sebenarnya Bang Danar mencemaskan keadaan Nindy, jika saja tidak ada tugas seperti ini tentu dirinya lebih memilih menjaga Nindy.
"Hari sudah mendung, cepat di bayar..!!" Kata Bang Rico pastinya juga mencemaskan keadaan Keinan di rumah.
Bang Danar pun segera mengambil uang cash dari saku tas kecilnya. Tiba-tiba kilat seakan menyambar disusul suara petir menggelegar.
"Astagfirullah..!!" Bang Danar mengusap dadanya, pikirannya terus terbayang wajah Nindy. "Ayo pulang, Ric..!!
...
Di dalam asrama, hujan deras dan petir memekakan telinga. Bahan makanan di rumah sudah habis dan Bang Danar belum sempat mengajaknya membeli barang kebutuhan dapur.
Nindy tidak tega membiarkan jika nanti suaminya pulang tapi belum terhidang makanan di meja. Ia pun berniat membeli beberapa bahan makanan pada satu-satunya warung bahan sayur di asrama.
Tak peduli akan hujan, berbekal payung kecil Nindy pun berjalan ke arah gang dua. Suara petir dan derasnya hujan tidak dirasa karena Bang Danar pun berjuang mencari nafkah demi dirinya.
"Bu........" Sapa Nindy yang berniat mencari bahan untuk membuat semur telur.
"Oohh Bu Danar, beli apa Bu?" Sapa Praka Parjo sebagai pemilik warung bahan sayur tersebut.
Belum sempat Nindy menjawab, Bu Parjo sudah keluar dari kamar dan segera meladeni Nindy.
"Masuk, Mas..!! Mas tidak tau dia siapa??? Dia buat rusuh asrama, Mas. Ibu-ibu takut." Kata Bu Parjo.
"Astagfirullah, dek..!! Nggak boleh bicara begitu." Rasanya Praka Parjo seketika kehilangan muka dengan ucapan sang istri.
"Mau beli apa, cepat..!!"
Perasaan Nindy begitu terluka tapi kenyataan tidak bisa mengubah keadaan. Nindy memilih pergi tanpa pamit kemudian ia tidak tau lagi apa yang sedang di perdebatkan pasangan suami istri tersebut.
Payung Nindy yang tertinggal di rumah Praka Parjo sudah tidak lagi melindungi tubuhnya dari terpaan hujan. Sepanjang jalan Nindy terisak sesak hingga kepalanya terasa pening, perutnya juga ikut terasa nyeri.
bruugghh..
Nindy pingsan terkapar di tepi jalan terguyur derasnya hujan.
Dari jauh, sebuah mobil memasuki area gang dua. Bang Rico mengeryit dahi, ia berusaha memperjelas pandang matanya.
"Eehh.. itu ada wanita pingsan?? Siapa ya?" Tanya Bang Rico semakin mendekat. Ia segera menepikan mobilnya.
Bang Danar ikut menatap sisi jalan.
deg..
Melihat seakan mengenali tubuh tersebut, Bang Danar segera turun dan di saat menginjakkan kakinya di atas jalanan yang mulai tergenang, degub jantungnya nyaris berhenti berdetak.
"Lailaha illallah, Niindyyy..!!!!"
.
.
.
.
hayo kak remake tokoh²nya