NovelToon NovelToon
Satu Biduk Dua Cinta

Satu Biduk Dua Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yeni Eka

Ini bukan kisah istri yang terus-terusan disakiti, tetapi kisah tentang cinta terlambat seorang suami kepada istrinya.

Ini bukan kisah suami yang kejam dan pelakor penuh intrik di luar nalar kemanusiaan, tetapi kisah dilema tiga anak manusia.

Hangga telah memiliki Nata, kekasih pujaan hati yang sangat dicintainya. Namun, keadaan membuat Hangga harus menerima Harum sebagai istri pilihan ibundanya.

Hati, cinta dan dunia Hangga hanyalah untuk Nata, meskipun telah ada Harum di sisinya. Hingga kemudian, di usia 3 minggu pernikahannya, atas izin Harum, Hangga juga menikahi Nata.

Perlakuan tidak adil Hangga pada Harum membuat Harum berpikir untuk mundur sebagai istri pertama yang tidak dicintai. Saat itulah, Hangga baru menyadari bahwa ada benih-benih cinta yang mulai tumbuh kepada Harum.

Bagaimana jadinya jika Hangga justru mencintai Harum saat ia telah memutuskan untuk mendua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Pukul 07.30 pasangan pengantin baru itu telah duduk di meja makan menikmati sarapan bersama kedua orangtua Hangga.

Menu sarapan nasi putih lengkap dengan rendang sisa pesta semalam yang tentu sudah dihangatkan. Kentang mustofa favorit Bu Mirna dan telur rolade juga tersaji di atas meja.

“Padahal seharusnya enggak buru-buru pindah kayak gini loh. Tinggalah sehari dua hari lagi di rumah ibu. Kalian itu ‘kan masih pengantin baru.” Bu Mirna melayangkan protes setelah Hangga memutuskan untuk segera pindah ke kediamannya. Padahal belum pas 24 jam putranya itu menikah.

“Justru karena pengantin baru, makanya pengen cepat-cepat pindah,” kilah Hangga. Lalu melirik Harum yang duduk di sisinya. “Iya ‘kan, Rum?”

Yang dilirik justru tengah menunduk seperti tengah memikirkan sesuatu.

“Aww!” Harum terpekik kecil saat merasakan tendangan pelan di kakinya. Sontak ia menoleh pada Hangga. Laki-laki itu menendang kaki Harum di bawah meja sebab Harum tak kunjung menyahut ucapannya.

“Iya agar kita bisa belajar hidup mandiri,” sahut Harum akhirnya, setelah agak syok beberapa saat.

Meskipun sesungguhnya ia merasa keberatan dengan keinginan sang suami, serta merasa tidak enak dengan sang mertua. Pulang cepat ke kediaman Hangga artinya tidak dapat ikut membantu membereskan rumah yang masih berantakan usai hajatan.

Selepas salat subuh tadi, Hangga menyuruh Harum untuk berkemas lalu mengajaknya bertemu Bu Mirna untuk mengutarakan keinginan Hangga agar diizinkan pulang hari ini juga. Hangga tahu ibunya sangat menyayangi Harum. Mungkin omongan Harum akan lebih didengar dibandingkan omongannya.

“Namanya juga pengantin baru, Bu. Mungkin mereka enggak mau ada yang ganggu.” Pak Hendra--ayah Hangga turut menimpali.

“Ya sudah, kalau itu mau kalian. Tapi, ibu dan bapak enggak bisa ikut mengantar kalian karena di sini masih repot.” Meskipun berat, akhirnya Bu Mirna menyetujui keinginan putranya.

“Iya, Bu, enggak apa-apa. Ibu sama Ayah bisa mengunjungi kami nanti.” Hangga meraih tangan Harum lalu menggenggamnya. “Atau nanti kami yang ke sini nengok Ibu dan Ayah. Iya ‘kan Rum?” katanya sembari mengulas sebuah senyuman manis kepada Harum.

Harum mengangguk kikuk. Ada degup yang terasa memukul-mukul jantungnya. Hangga semakin menawan kala tersenyum. Lesung di pipi membuat pria bercambang tipis itu semakin manis.

Akan tetapi, ia masih belum memahami sikap Hangga. Sikapnya terasa dingin kala tengah berdua dengannya tadi di kamar pengantin. Namun, saat ini justru kehangatan yang tengah ditunjukkan Hangga.

“Ibu hanya bisa berdoa, semoga kalian selalu rukun dan bahagia. Dan ibu sangat berharap semoga kalian bisa cepat memberikan ibu cucu,” harap Bu Mirna.

Hangga menarik napas pelan mendengar harapan ibundanya. Keinginan Bu Mirna terlalu berat baginya. Jika saja yang dinikahi olehnya adalah Nata, ia yakin dapat bekerja keras penuh semangat untuk mewujudkan keinginan ibu untuk mendapatkan cucu.

“Kamu harus memperlakukan Harum dengan baik selayaknya seorang suami memperlakukan istrinya,” petuah Bu Mirna seolah mengetahui apa yang dipikirkan Hangga. Kemudian wanita paruh baya itu melirik pada sang menantu dan berucap, “Rum, kalau Hangga menyakiti kamu, lapor sama Ibu ya.”

Harum yang tadi menunduk, menoleh pada Hangga yang duduk di sampingnya. Sorot mata keduanya beradu. Menatap Hangga sejenak lalu beralih menatap sang ibu mertua. “Mas Hangga laki-laki yang baik. Saya yakin Mas Hangga tidak akan pernah menyakiti saya,” sahutnya penuh keyakinan.

Dua jam usai sarapan, pasangan pengantin baru itu bersiap pulang.

“Ibu maaf ya, saya enggak bisa ikut bantu-bantu beres rumah,” ujar Harum saat sang mertua mengantarnya hingga ke teras.

"Enggak apa-apa, Rum. Lagi pula beres-beres rumah setelah resepsi pernikahan itu bukan tugas pengantin baru. Kalian fokus saja usaha memberikan cucu untuk ibu dan Ayah,” kata Bu Mirna yang sukses membuat Harum merona malu.

“Masalah beres-beres rumah biar ibu yang urus, gampang, banyak yang bantu kok,” kata ibu mertua Harum lagi.

"Ibu enggak usah ikut beres-beres rumah. Nyuruh orang aja. Jangan sampai ibu kecapean terus sakit,” sahut Hangga sembari memasukkan tas besar lusuh milik Harum yang kemungkinan berisi pakaian ke dalam mobil. Sementara Hangga, tidak membawa apa pun kecuali baju yang melekat di tubuhnya.

“Iya, ibu tahu. Tapi, tetap ibu harus menemani orang yang mau beres-beres rumah. Masa ibu tinggal.”

“Pokoknya ibu enggak boleh kecapekan. Hangga enggak mau ibu sakit.”

“Kalau kalian cepat bisa kasih ibu cucu, insyaallah ibu akan selalu sehat.”

“Tuh, dengerin ibumu. Kalau dikasih cucu, ibu akan sehat. Makannya beri ibumu cucu yang banyak biar sehat terus. Semakin banyak cucu, akan semakin sehat ibumu,” timpal Pak Hendra.

Hangga kembali mendesah gelisah dalam hati.

Permintaan yang berat.

“Kami berangkat sekarang, Bu, Pak.” Tidak mau berlama-lama membahas obrolan tentang cucu, Hangga memilih untuk segera berangkat secepatnya. Ia mengulurkan tangan, salim kepada ibunya, lalu ayahnya.

“Hati-hati ya, Nak. Kalau sudah sampai, jangan lupa kabari Ibu,” pesan Bu Mirna kepada pasangan pengantin baru itu.

“Iya, Bu, insyaallah,” sahut Hangga.

Setelahnya, gantian Harum yang berpamitan dan menyalami kedua mertuanya.

“Dua minggu ini lebih baik kamu di rumah saja, Rum. Tidak usah mengurusi kedai dulu. Banyak karyawan di sana yang menangani kedai. Ibu menikahkan kamu dengan Hangga bukan untuk menjaga kedai, tapi menjaga Hangga,” tutur Bu Mirna setelah melepas pelukan perpisahannya dengan sang menantu.

“Enggih, Bu,” sahut Harum santun.

“Dan yang paling penting, ibu ingin segera mendengar kabar baik dari kalian. Semoga kamu cepat hamil, dan ibu segera mendapatkan cucu.” Lagi-lagi Bu Mirna mengutarakan keinginan untuk segera mendapatkan cucu. Mungkin karena hanya memiliki seorang anak saja, yaitu Hangga, maka ibu mertuanya ngebet ingin segera punya cucu.

“Amin. Insyaallah, kami tidak akan menunda untuk mendapatkan momongan. Doakan kami, ya, Bu,” sahut Harum tersipu.

Agar mendapatkan anak tentu ada proses panjang yang harus dilalui, bukan? Itulah yang membuat Harum tersipu malu.

“Pasti. Ibu akan selalu mendoakan kalian.” Bu Mirna sekali lagi memeluk Harum. Kemudian melepas kepergian putra dan menantunya dengan lambaian tangan.

*

Hangga melajukan mobilnya tanpa sekejap pun melirik Harum yang duduk di sebelahnya. Sementara Harum, beberapa kali melirik dan menoleh pada suami di sampingnya dengan penuh kebingungan.

Bingung tentang topik obrolan apa yang akan dibicarakannya selama menempuh perjalanan Cilegon-Tangerang. Ia tipkal orang yang tidak pandai larut dalam obrolan.

“Biasanya berapa jam sampai sana, Mas?” tanya Harum berbasa-basi membuka obrolan.

“Dua jam,” jawab Hangga datar, tanpa sedikit pun melirik Harum.

“Oh.” Harum mangut-mangut sembari melirik suaminya sekejap.

“Kalau boleh tahu, kenapa Mas Hangga buru-buru pulang? Padahal Ibu ingin kita bisa menginap beberapa hari lagi.” Harum memberanikan diri bertanya. Bukan, lebih tepatnya karena tidak tahu mau mengobrol apa, akhirnya pertanyaan itu yang terucap dari bibirnya.

“Saya ‘kan udah bilang, besok saya harus kerja,” jawab Hangga masih dengan intonasi datar dan tetap fokus pada jalanan di depannya.

“Memangnya Mas Hangga enggak mengajukan cuti?”

“Enggak.”

“Kenapa? Bukannya karyawan yang menikah itu biasanya mendapatkan cuti ya?”

“Bisa enggak sih, kamu enggak usah banyak tanya!” sahut Hangga ketus.

Ucapan Hangga yang terdengar seperti bentakan sontak saja membuat Harum bungkam, tidak berani bertanya lagi.

Saat ini Harum hanya berharap agar sang waktu dapat mempercepat perjalanannya.

Lebih bagus lagi jika mobil ini mempunyai kemampuan teleportasi.

1
Siti Rahayu
harum lebay pisan plinplan
Siti Rahayu
hahaha liat kandangnya saja
delfastri
ehh..Thor asal elu tau ya si nata mang kagak jahat..yang jahat itu eluu..Napa bikin story kek gini banget..coba lu bikin karakter jelek si nata..mungkin gua bisa ketawa jahat sekarang..tapi gimana mau ketawa mau nangis aja rasanya gimana..jadi bingungkan gua padahal cuma tinggal baca aja..maaf ye thoorrr
delfastri
lah ya banyak cuyyy..jgnkan modelan Hangga sekaliber kiyai yg kita duga pemegang kuncinya syurga aja masih banyak yg lebih dari Hangga jangan kata pacaran bini aja bisa sampai..lebih dari 2 dengan dalih ikuti sunahnya nabi..walau itu cuma sebagai alibi..yg di ikuti cuma banyak jumlahnya aja tapi gak sanggup ngikutin hal sebenar poligaminya nabi..dimana yg dinikahin Janda banyak anak Ama umur lebih diatas 60..ada satu yg mudahan dikit lw gak salah 45 an umurnya gitu..yg dilihat status jandanya aja ma bohaynya..malah ada noh ngejandain bini demi ngebiniin janda..error gak tuh..🤣🤣🤣
Bunda Iwar
Luar biasa
Henrita Henrita
tdk layak untuk di baca
Nadia
jujur aku bacanya tak loncat loncat emang dasarnya aku gak suka cerita poligami, 🤭🤭
Nadia
ya sama Yuda saja, jgn balikan sama si hangga
Nadia
pisah aja si Hanum, rumah tangga gak sehat
Anonymous
ceritanya menarik
Alfi Yah
Lumayan
Alfi Yah
Kecewa
MFay
eng, ing, eng, seru uyy
sungguh nikmat kn mas Hangga poligami itu 😈
MFay
Lah, sabar donk Nat 🤭 Harum kn istrinya jg 😁
asya yussi
Luar biasa
dhedoy wahyudi
cerita ngacak.. mna harum yang mau di bawa ke kantor
Idah Faridah
y nggak.jahat
yg bener nggak sadar diri
perempuan yang merendahkan diri sendiri demi cinta yg akhirnya di telan waktu
Aas Khasbiyah Khalik
Hangga kan gak berkulit putih dr.yuda pasti
Asma Rani
Luar biasa
Nasriati Bakri
kenapa baca novelmu thor seakan aku menbaca kisah ka2k laki2ku menikah dg wanita di jodohkan dgnnya dan meninggalkan kekasihnya di manado pdh sangat mencintainya namun perbedaan keyakinannya yg mengharuskan menyalani perjodohan walaupun bundaku sangat menyayangi ka micke tp dlm agama kami tk bisa menikah berbeda keyakinan.tapi ka2kku setia pd istrinya walaupun tk memiliki anak smpai skrg.bersyukurnyaf dia dan ka micke mereka bershbt sampai hr ini.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!