"Cahaya di Tengah Hujan"
Rini, seorang ibu yang ditinggalkan suaminya demi wanita lain, berjuang sendirian menghidupi dua anaknya yang masih kecil. Dengan cinta yang besar dan tekad yang kuat, ia menghadapi kerasnya hidup di tengah pengkhianatan dan kesulitan ekonomi.
Di balik luka dan air mata, Rini menemukan kekuatan yang tak pernah ia duga. Apakah ia mampu bangkit dan memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya?
Sebuah kisah tentang cinta seorang ibu, perjuangan, dan harapan di tengah badai kehidupan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 1337Creation's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia keluarga yang tersembunyi
Bab 26: Rahasia Keluarga yang Tersembunyi
Setelah pulang dari warung bersama Kristian, Aditya masih merasa pikirannya dipenuhi oleh cerita tentang kakeknya, Juwa Siat. Apakah benar kakeknya seorang raja judi? Dan kalau memang begitu kaya, mengapa keluarganya hidup dalam kemiskinan?
Sesampainya di rumah Bu Lastri, Aditya langsung meminta izin kepada Tante Lita.
"Tante, aku boleh main sebentar sama Kristian?" tanyanya sopan.
Tante Lita tersenyum. "Boleh, tapi jangan pulang terlalu sore, ya. Jangan lupa nanti mandi."
"Siap, Tante!"
Aditya dan Kristian pun pergi bermain di dekat taman kecil di sekitar kompleks perumahan. Mereka mengobrol santai, membahas soal sekolah, permainan, dan tentunya cerita tentang kakek Aditya yang misterius.
Saat mereka sedang duduk di bangku taman, tiba-tiba seorang kakek tua dengan tongkat kayu mendekati mereka. Usianya terlihat sangat tua, wajahnya penuh keriput, dan janggut putihnya panjang hingga mencapai dada. Matanya tajam, seolah menyimpan banyak kisah yang belum terungkap.
"Anak-anak... boleh kakek duduk di sini?" tanyanya dengan suara pelan.
Kristian dan Aditya saling berpandangan sebelum akhirnya mengangguk.
"Silakan, Kek," jawab Kristian.
Kakek itu tersenyum tipis, lalu duduk dengan perlahan. Ia menatap Aditya cukup lama, seakan mengenali wajahnya.
"Kamu... cucu Juwa Siat, ya?" katanya akhirnya.
Aditya terkejut. "Kakek tahu tentang kakek saya?"
Kakek itu mengangguk pelan. "Tentu saja. Aku adalah teman lamanya. Namaku Wadi. Dulu, aku sering bermain bersamanya ketika kami masih muda."
Kristian memandang kakek itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Kalau begitu, Kek, bisa ceritakan lebih banyak soal kakeknya Aditya?"
Kakek Wadi menarik napas panjang sebelum akhirnya mulai berbicara.
"Dengar baik-baik, anak-anak. Aku bukan hanya teman kakekmu, Aditya. Aku juga punya hubungan yang lebih dalam dengan kalian berdua."
"Maksudnya, Kek?" tanya Aditya bingung.
Kakek Wadi tersenyum tipis. "Jadi begini... buyutmu, yaitu bapak dari kakek Juwa Siat, dulunya hanya punya satu anak, yaitu kakekmu. Tapi setelah buyut laki-lakimu meninggal, buyut perempuanmu menikah lagi dengan pria lain. Dari pernikahan itulah lahir seorang anak lagi, yang sebenarnya anak tiri dari buyutmu."
Aditya dan Kristian menahan napas.
"Anak tiri itu... adalah kakeknya Kristian."
Kristian langsung membelalakkan mata. "Tunggu... jadi, kakek Aditya dan kakekku... bersaudara?"
Kakek Wadi mengangguk. "Ya, bisa dibilang begitu. Tapi karena mereka lahir dari ayah yang berbeda, banyak yang tidak menganggap mereka sebagai saudara kandung. Kakekmu, Aditya, tumbuh dalam keluarga yang penuh ambisi, sedangkan kakekmu, Kristian, tumbuh dalam keadaan lebih sederhana."
Aditya masih sulit mencerna semuanya. "Tapi... kalau mereka bersaudara, kenapa keluarga kita nggak pernah tahu soal ini?"
Kakek Wadi tersenyum miris. "Karena setelah kakek Juwa Siat menjadi seorang raja judi, hubungan mereka terputus. Kakekmu, Aditya, semakin kaya, sedangkan kakekmu, Kristian, memilih hidup sederhana. Akhirnya mereka terpisah, dan keluarga mereka pun tidak pernah saling berhubungan lagi."
Kristian menggaruk kepalanya. "Gila... jadi kita ini sebenarnya masih ada hubungan keluarga?"
Kakek Wadi tertawa kecil. "Ya, walaupun jauh, kalian tetap terhubung oleh darah."
Aditya masih terdiam. Semua informasi ini terlalu banyak untuk diproses dalam satu waktu.
"Kek... kalau kakek Juwa Siat memang sekaya itu, kenapa ibuku harus hidup miskin? Ke mana semua hartanya?"
Kakek Wadi menghela napas. "Itu pertanyaan besar yang sampai sekarang belum ada jawabannya. Tapi satu hal yang bisa kakek katakan... semua orang percaya kalau harta Juwa Siat masih ada di suatu tempat. Entah tersembunyi, atau mungkin jatuh ke tangan orang lain."
Kristian menatap Aditya dengan penuh semangat. "Dit, kita harus cari tahu lebih banyak soal ini! Siapa tahu kita bisa menemukan sesuatu!"
Aditya mengangguk, matanya berkilat penuh rasa penasaran.
"Ya, Kristian. Kita harus mencari tahu kebenaran di balik semua ini."
Misteri semakin dalam. Siapa sebenarnya Juwa Siat? Ke mana hartanya? Dan apakah mungkin masih ada jejak masa lalunya yang tersisa?
Bab ini berakhir dengan Aditya dan Kristian yang bertekad untuk mengungkap masa lalu keluarga mereka...