Arumi, gadis yang hampir berusia 18 tahun itu sangat tertarik ketika di jodohkan dengan pria dewasa berusia 32 tahun yang merupakan seorang duda tanpa anak.
Sungguh perbedaan usia yang sangat jauh, 14 tahun.
Kepribadian Arumi yang ceria, manja serta centil, membuat gadis itu terus menggoda calon suaminya hingga pria dewasa itu kewalahan menghadapi godaan bertubi-tubi setiap kali bertemu dengan Arumi.
"Om, kiss me pleaseee,,," Tanpa ragu Arumi mencondongkan tubuhnya ke hadapan pria tampan yang sedang duduk di kursi kemudi.
Bibir gadis berusia 18 tahun itu sengaja di majukan, kedua mata indahnya terpejam dengan bulu matanya yang lentik dan panjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Buka.!" Titah Agam dengan wajah datar.
Arumi menelan ludah, matanya langsung menatap da -danya. Dia paham maksud perintah Agam. Pria itu tentu menyuruhnya untuk membuka baju.
Tiba-tiba nyali Arumi menciut. Dia yang tadinya berharap bisa di sentuh oleh Agam, kini berubah takut dan ragu-ragu. Selain itu, Arumi juga malu membuka baju di pria. Dia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya.
"Memangnya harus di buka Om.? Kan bisa pegang dari balik baju." Ucap Arumi yang kemudian menggigit bibir bawahnya dan tak berani menatap wajah Agam.
"Kenapa.? Kamu malu kalau ternyata ukurannya jauh lebih kecil dari yang tampak di balik baju.?" Sindir Agam dengan senyum mengejek. Dia yakin kalau ukuran aslinya memang jauh lebih kecil dari yang dia lihat di balik baju. Karna dua bongkahan itu pasti di bungkus oleh br -a dengan bisa tebal untuk membuat ukurannya jadi terlihat lebih menonjol.
"Om,,!" Rengek Arumi. Dia menahan malu di depan Agam yang suka bicara tanpa di filter lebih dulu.
"Kelamaan Arumi.! Jangan buang-buang waktu, aku sibuk." Dengan tidak sabaran, Agam menarik pinggang dan tangan Arumi hingga gadis itu kini duduk di pangkuannya.
Arumi sempat berteriak karna kaget dengan gerakan Agam yang tiba-tiba. Kini dia seperti kanebo kering yang kaku di atas pangkuan Agam. Jantungnya bergemuruh, berdetak cepat tidak teratur. Padahal belakangan ini Arumi selalu membayangkan melakukan hal-hal mesum dengan sosok pria dewasa itu, tapi saat di hadapkan dengan situasi seperti ini, dia malah tidak tau harus berbuat apa. Mungkin karna ini pertama kalinya dia melakukan kontak fisik yang terlalu intim dengan pria.
"Jangan langsung buka Om, aku malu." Seketika Arumi menahan tangan besar Agam yang sudah memegangi ujung baju miliknya. Pria itu sudah siap melepaskan paksa baju Arumi.
Agam menghela nafas, namun dia menuruti permintaan Arumi. Kini tangannya memilih masuk di balik baju yang melekat di tubuh Arumi. Sebenarnya Agam merasa tidak tertarik sama sekali untuk berbuat mesum dengan Arumi yang dia sebut sebagai bocah ingusan itu. Tapi tidak ada pilihan lain untuk membuat dua bongkahan itu menjadi sedikit lebih besar dari ukuran sebelumnya.
Tubuh Arumi menegang, kulit perutnya yang bersentuhan dengan tangan Agam mampu menciptakan sensasi tersendiri. Sensasi yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan. Bola matanya terpejam, Arumi merasakan tangan Agam semakin naik dan ujung jarinya sudah menyentuh pembungkusnya.
"Om,," Arumi melenguh. Tanpa sadar dia meremas rambut di bagian belakang kepala Agam. Gerakan tangan Agam yang tiba-tiba meremas, seketika mampu membuat darahnya mendidih. Arumi merasakan hawa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Agam mendadak menelan saliva. Walaupun ukurannya sangat kecil dan jauh dari milik beberapa wanita yang pernah dia sentuh, tapi lenguhan Arumi mampu membangkitkan gairahnya sebagai pria dewasa yang normal.
"Kenapa hmm.? Enak.?" Tanya Agam dengan seringai puas. Dia semakin kuat me re masnya.
Arumi reflek menganggukkan kepala. Dia seolah terhipnotis dengan perbuatan Agam di balik baju miliknya.
Agam menarik kain pembungkus ke atas, dua bongkahan kecil itu kini terbebas dari sangkarnya. Agam memilin dan sesekali menekan pucuknya yang sangat kecil. Hal itu semakin membuat Arumi menegang dan berulang kali meloloskan suara lenguhan yang seksi di telinga Agam.
"Re -mas lagi Om, enak,," Racau Arumi. Gadis itu tidak lagi merasa malu, yang ada malah ingin merasakan kenikmatan yang lebih dari ini.
Agam menyeringai, gadis dalam pangkuannya itu terlalu polos dalam mengekspresikan diri.
Cukup lama memainkan dua bongkahan itu hingga terasa mengeras, Agam kemudian menyudahi aksinya. Dia hanya ingin memberikan permulaan pada Arumi agar ke depan gadis itu jadi terbiasa dengan apa yang akan dia lakukan nantinya. Setidaknya Arumi tak akan kaget kalau nanti dia berbuat lebih.
"Kenapa berhenti Om.?" Arumi menatap kecewa. Dia sampai menahan tangan Agam di balik bajunya agar tetap berada di dalam.
"Aku sibuk, kita bisa lanjutkan lagi lain kali." Agam menarik tangannya dan meminta Arumi untuk merapikan pembungkusnya.
Arumi memasang wajah cemberut. Dia terpaksa membungkus da- danya lagi. Da- da yang belum sempat dilihat oleh Agam secara langsung. Pria itu hanya memainkan di balik baju saja.
Agam menurunkan Arumi dari pangkuannya, pria itu beranjak dari ruang keluarga dan membuat Arumi langsung membuntutinya.
Agam membuka pintu kamar dan Arumi ikut masuk ke dalam. Pria itu terkejut melihat Arumi ada di sana.
"Ngapain ikut masuk.?!" Ketus Agam.
"Memangnya Om mau ngapain.?" Tanya Arumi santai.
Agam menghela nafas. Matanya menatap pada benda di antara kedua pahanya, membuat Arumi ikut menatap ke sana dan tak sengaja melihat sesuatu menonjol di balik celana milik Agam.
Arumi mengenyir polos.
"Mau di keluarin sendiri ya Om.?" Tanyanya. Meski Arumi tidak pernah berbuat macam-macam dengan pria manapun, tapi dia bukanlah gadis polos yang tidak tau apapun. Arumi beberapa kali menonton video dua satu plus yang dikirimkan oleh sahabatnya. Dia juga sering mendengarkan cerita mesum dari teman-temannya.
"Kalau udah tau kenapa kamu ikut masuk.?!" Agam menatap kesal. Dia lantas mendorong bahu Arumi agar keluar dari kamarnya.
"Om nggak mau minta bantuan sama aku.? Bagaimana kalau pakai mulut.? Aku penasaran seperti apa rasanya,," Cecar Arumi. Saat itu juga Agam langsung terdiam, dia tidak lagi mendorong Arumi keluar. Jakunnya tampak turun naik setelah mendengar penawaran dari Arumi.
Agam pikir tidak ada salahnya meminta Arumi untuk memanjakan benda sakti miliknya yang sudah tegak.
Menarik Arumi lagi ke dalam kamar, Agam menutup pintu dan menguncinya.
"Lakukan apa yang kamu katakan tadi." Ucap Agam datar. Dia menggandeng Arumi ke arah ranjang.
Arumi mengulum senyum, dia degdegan tapi juga penasaran untuk melakukannya. Yang membuatnya lebih penasaran lagi, dia ingin melihat secara langsung bentuk tongkat yang bisa hidup itu.
Agam duduk di tepi ranjang, sedangkan Arumi berdiri di depannya.
"Kamu yakin.?" Tanya Agam memastikan. Dia tidak akan memaksa Arumi, tapi jika Arumi yang menawarkannya sendiri, makan Agam tak akan menolaknya.
Arumi mengangguk yakin meski sebenarnya dia sangat gugup dan malu.
"Jongkok.!" Titah Agam. Gadis itu menurut, sedangkan Agam mulai membuka resleting dan mengeluarkan benda yang membuat kedua mata Arumi terbelalak sempurna.
"O,,,Oom,, ini nggak akan muat di mulutku." Ujar Arumi terbata. Dia jadi semakin gugup setelah melihatnya secara langsung. Terlebih dengan ukurannya yang cukup besar.
gw gak baca berurutan..malas gw sama ayahnya😒
tapi kalau ujung"nya Sofia bersatu dengan Andrew...apa gunanya memaafkan, apa gunanya selama ini Amira marah, kecewa dan ujung"nya bercerai kalau pd akhirnya oengehianta bersatu?
gak guna!