Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dititipkan
Selesai makan malam
" Papi ayo bermain lagi" kata Aquira menarik tangan Azka ketika mereka duduk di ruang tengah. Dengan bahagianya Azka mengikutinya.
Orangtua Azka saling memandang dan menanggukan kepalanya.
" Dyah" panggil mami Atika, Dyah mendengar segera mendekati majikannya.
" Ya nyonya ada yang saya bantu? " Dyah. " Begini Dyah besok pagi kami ke luar kota untuk beberapa hari, jadi kami minta tolong jaga mereka berdua" kata mami Atika.
Meski bingung Dyah menanggukan kepalanya karena dia yakin Azka sudah dewasa hingga bisa menjaga dirinya yang perlu di jaga hanya Aquira.
Keesokan harinya sebelum berangkat ke perusahaan Azka mengantar orangtuanya ke bandara.
" Papi kenapa baru tadi subuh mengatakan bahwa kalian akan keluar kota, jadi aku tak bisa mengantar kalian ke bandara karena hari ini aku sibuk" kata Azka terlihat kesal karena orangtuanya tidak memberitahunya tentang kepergian mereka.
Orangtuanya hanya tersenyum tidak menanggapi kemarahan putra." Dyah ingat pesan kami tadi malam" kata mami Atik. Dyah menanggukan kepalanya.
Kemudian orangtua Azka pergi diantar oleh supir menuju bandara, sedangkan Azka mengendalikan mobilnya menuju perusahaan.
" Mi apa tidak apa jika kamu menitipkan mereka berdua pada Dyah, apa lagi Azka sudah dewasa mi pasti dia bisa menjaga dirinya juga cucu kita" kata papi Ammar.
" Papi tenang saja Dyah pasti bisa menjaga mereka berdua, papi tshu sendirikan Azka kurang menyukai jika cucu kita memanggil Dyah sebutkan bunda, jika dengan ini bisa merubah pendapatnya kenapa tidak" kata mami Atika dengan senyuman.
Papi Ammar hanya menggelengkan kepalanya melihat istrinya, dia berharap agar putranya tidak berbuat ulah nantinya.
Seharian ini Dyah menemani Aquira menggambar agar dapat mengasah otaknya, Aquira hanya mencoret bukunya Dyah hanya melihatnya tanpa menanggunya.
" Nona menggambar apa? " Fathan datang membawa bukunya untuk mengerjakan tugasnya, Dyah meminta adiknya untuk diam dan mengajak duduk di dekatnya Dyah berada diantara mereka mengerjakan kegiatan masing-masing.
" Assalamualaikum" Azka baru pulang langsung mask karena pintu terbuka. " Wassalam" sahut Dyah, melihat Azka sudah duduk di kursi Dyah menawarkan minuman.
" Maaf tuan ingin minum apa? "Dyah, Azka melihat putrinya dan Fathan mengerjakan sesuatu. " kamu menemani mereka saja biar bibi Sumi yang membawa minumannya.
Dyah tersenyum. " Nggk apa tuan mereka juga tenang " kata Dyah, Azka menanggukan kepalanya. Dyah segera mengambil minuman. untuk Azka.
" Dyah nona ingin minum?" bibi Sumi melihat Dyah mengambil minuman. " Nggk bi ini untuk tuan Azka" kata Dyah, meletakan minuman dan beberapa makanan ringan di baki.
" Permisi bi" kata Dyah. " Hati-hati membawanya Dyah" sahut bibi Ina.
" Bi mereka seperti keluarga kecil saja" kata bibi Ina, melihat Dyah mengantar minuman untuk Azka, bibi Sumi tersenyum.
Azka terus melihat putrinya hanya mencoret di bukunya tanpa tahu apa yang dia tulis atau gambar.
" Tuan ini minumannya" kata Dyah, meletakan minuman diatas meja. " Ira sedang menulis apa? " Azka, Dyah tesenyum. " Ira sedang menggambar tuan, nona tunjukan gambarnya pada papi" kata Dyah.
Aquira senang sambil membawa kertasnya ke hadapan Azka.
" Papi lihat Ira sedang menggambar orang" kata Dyah, Azka melihat hanya garis lurus.
" Ini gambar sawah ya sayang" kata Azka, mengerut keningnya merasa bingung, Aquira memajukan bibirnya karena papinya tidak mengerti apa yang dia gambar.
" Ih papi itu bukan sawah tapi orang" teriak Aquira. " Nona tidak boleh berteriak di hadapan orang lebih tua" peringat Dyah.
" Maaf bunda Ira salah, papi maaf" kata Aquira, menunduk tapi matanya melirik Dyah. Azka tersenyum ternyata putrinya sangat patuh pada yang diajarkan padanya.