Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Kondisi Tuan Aldo sangat mengenaskan. Keluarganya sedang berduka cita. Malam ini jenazahnya langsung disemayamkan.
Kini berita kematian Tuan Aldo memang telah menjadi trending nomor satu di berbagai media. Kematian Tuan Aldo malah menuai banyak kecaman dari masyarakat, mungkin karena mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Tuan Aldo rupanya adalah seorang pria yang sangat kejam dan penjahat.
A: Pria seperti itu memang pantas mati. Aku sangat bersyukur akhirnya dia mati dengan cara yang sangat mengenaskan seperti itu.
B: Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Tuan Aldo adalah seorang pria yang sangat kejam. Padahal aku sudah berencana ingin memilihnya.
C: Rupanya aku tertipu dengan segala kebaikannya.
D: Aku rasa pria yang sudah menembak Tuan Aldo adalah seorang pahlawan. Hampir saja kami akan dipimpin oleh pria jahat seperti itu.
E: Iya, aku juga sangat berterimakasih kepada orang yang sudah menembak Tuan Aldo. Kejahatan yang telah dilakukan oleh Tuan Aldo sangat tidak termaafkan. Beruntung sekali kami belum sempat memilihnya.
Itu adalah komentar beberapa orang netizen di media. Sebagian dari mereka malah berterimakasih kepada orang yang sudah menembak Tuan Aldo, sehingga mereka semua terselamatkan, hampir saja akan dipimpin oleh seorang penjahat.
Malam ini beberapa kerabat Tuan Aldo hadir melayat kesana. Termasuk Tuan Dani, Tuan Ramos, dan Tuan Nurdin. Sementara Tuan Arthur sedari tadi sudah berada disana.
Saat ini keempat pemegang saham itu sedang berbicara penting di sebuah ruangan. Mereka sangat merasa sedih telah kehilangan sahabat mereka, dan mereka juga sangat penasaran, siapa orang yang sudah tega menembak Tuan Aldo. Bahkan yang lebih membuat mereka penasaran, mengapa orang itu sangat tahu sekali tentang semua kejahatan yang telah Tuan Aldo lakukan.
"Siapa pembunuh itu? Mengapa mereka bisa tahu dengan tragedi kebakaran pabrik pada tiga tahun yang lalu?" Tanya Tuan Nurdin dengan perasaan cemas.
"Iya, bagaimana kalau banyak orang yang mencurigai kita? Karena kita ini adalah sahabatnya Tuan Aldo." Tuan Ramos malah mengkhawatirkan reputasinya.
"Kalian tenang saja. Aku sudah diwawancarai oleh banyak media. Aku sudah mengatakan bahwa aku pun sangat terkejut dan tidak menyangka bahwa Tuan Aldo tega melakukan hal yang sangat keji kepada para karyawan pabriknya." Tuan Arthur mencoba untuk menenangkan ketiga sahabatnya itu.
Padahal Tuan Arthur adalah dalang utama atas semua kejahatan yang dilakukan oleh para sahabatnya itu, tapi di depan media dia bersikap seolah-olah dia sangat kaget, seakan-akan dia baru mengetahui keburukan sahabatnya itu.
"Tapi sepertinya orang yang menembak Tuan Aldo bukanlah sembarangan orang, sampai bisa menyadap CCTV dan juga bisa keluar begitu saja dari gedung?" Kini Tuan Dani yang ikut berbicara.
Tuan Arthur pun terdiam. Apa yang dikatakan oleh Tuan Dani memang benar, pria yang sudah menembak Tuan Aldo memang bukanlah sembarangan orang. Pria itu begitu terampil, sampai bisa mengelabui banyak orang yang ada di gedung.
...****************...
"Malam ini aku terlibat perkelahian dengan pria yang telah membunuh Om Aldo. Padahal hampir saja aku menembaknya. Kamu bisa melihat kondisi aku kan? Padahal aku tadi berkelahi dengan seorang pembunuh, tapi aku terlihat baik-baik saja? Aku hebat kan?"
Vanessa tiada henti-hentinya bercerita kepada Diego. Mungkin dia ingin membuat Diego terpukau dengan kemampuan bela dirinya.
Padahal kemampuan bela diri Vanessa tidak seberapa bagi Diego. Saat dia sedang berkelahi dengan Vanessa, dia menganggap wanita itu sedang menggelitikinya.
"Hm." Hanya itu jawaban Diego.
Vanessa sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang sedang dia ceritakan adalah suaminya sendiri. Saat ini mereka berdua sedang makan malam bersama, meskipun sudah larut malam.
"Sebenarnya aku juga sedikit kecewa. Rupanya selama ini aku salah menilai Om Aldo, Om Aldo tega sekali melakukan hal keji terhadap para karyawan pabriknya. Mengapa ayahku harus bersahabat dengan pria kejam seperti itu?"
Diego tak menanggapi perkataan Vanessa, mungkin karena sebenarnya ayahnya Vanessa lah yang menjadi dalang utama atas kejahatan para sahabatnya.
"Hei, apa kamu mendengarkan semua cerita aku? Setidaknya walaupun sikapmu sangat menyebalkan, tapi jadilah pendengar yang baik." Vanessa sangat kesal sekali kepada Diego. Padahal dia sudah berbicara panjang lebar, tapi Diego malah bersikap acuh dan tak menanggapinya sama sekali.
"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Diego dengan nada datarnya.
Vanessa hanya menghela nafas. Percuma saja berbicara panjang lebar dengan Diego, dia merasa bahwa seolah-olah sedari tadi dia sedang berbicara dengan robot.
"Aku sangat ngantuk. Lebih baik kita tidur di kamar masing-masing." Diego berkata sambil pura-pura menguap.
Malam ini Diego ingin bisa tidur dengan nyenyak. Karena selama Vanessa tidur di kamarnya, pria itu sangat tersiksa sekali, sehingga tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Setelah berkata seperti itu, Diego pun segera pergi tanpa ingin mendengarkan jawaban Vanessa.
"Hm oke, aku juga tidak ingin terus tidur di kamar kamu lagi." Sewot Vanessa. Mungkin karena Vanessa merasa kini dia harus terbiasa dengan suasana rumahnya Diego, sehingga dia tidak perlu takut lagi untuk tidur sendirian.
Kemudian wanita itu pun menggerutu, "Hhhh... Padahal banyak sekali pria yang ingin menikahi ku dan memimpikan ingin tidur bersama denganku. Ah aku lupa, dia kan pria ho-mo. Makanya kayak alergi jika terus berdekatan denganku."
Mungkin maksud Vanessa, banyak sekali pria yang ingin menjadi suaminya dan pastinya ingin tidur bersama dengan Vanessa. Tapi Diego malah sama sekali tidak bereaksi apa-apa ketika tidur bersama dengannya. Yang ada malahan Diego selalu berpindah tidur di lantai. Membuat Vanessa semakin yakin bahwa Diego memang pria ho-mo.
Diego yang sedang membuka pintu kamar, pria itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar ketika tidak sengaja mendengarkan gerutuan Vanessa yang mengira bahwa dia adalah seorang pria ho-mo.
Pria itu mendengus kesal, membalikkan badannya memandangi Vanessa yang sedang makan. "Kamu bilang apa tadi? Ho-mo?"
Vanessa yang sedang menikmati makan malamnya, dia menjadi gelagapan. Rupanya Diego telah mendengar gerutuan nya itu.
"Mampus aku? Apakah dia mendengar ucapanku?" Kata hati Vanessa. Dia sangat merasa ngeri melihat bagaimana cara Diego menatapnya, seolah-olah ingin menerkamnya.