Asmaralda, seorang gadis buta yang penuh harapan menikah dengan seorang dokter. Suaminya berjanji kembali setelah bertemu dengan orang tua, tapi tidak kunjung datang. Penantian panjang membuat Asmaralda menghadapi kesulitan hidup, kekecewaan dan keraguan akan cinta sejati. Akankah Asmaralda menemukan kebahagiaan atau terjebak dalam kesepian ???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.27
Sebagai seorang ibu, hatinya berbunga-bunga saat merasakan si kembar sudah tertidur dengan tenang setelah menyusui mereka secara bergantian. Ralda tersenyum tipis menyadari bahwa hari ini mereka akan kembali ke rumah paman Bram setelah beberapa hari menginap di rumah sakit.
Usai melahirkan, pastinya tubuhnya masih lelah dan butuh waktu untuk pulih sepenuhnya.
Langkah pelan seseorang menghampiri wanita buta itu menatapnya begitu sendu.
"Betapa luar biasa cobaan yang harus Ralda hadapi," gumam Bram kala berada di depan pintu.
Namun, ia merasa begitu bangga karena melihat gadis itu bisa melewati setiap rintangan dalam hidupnya, terlebih dengan keadaan fisik yang tak sempurna.
Rasa kagum terhadap keponakannya yang berjuang keras itu sulit terungkapkan dalam kata-kata.
" Sejak menemukanmu, paman berjanji akan menemani dan melindungimu satu sama lain," batinnya sambil melihat wajah si kembar yang polos.
Keinginan kuat muncul dari relung hatinya untuk membantu Ralda menjalani hidup sebagai seorang ibu muda dengan segala keterbatasannya.
" Siapapun laki-laki yang pernah menyia-nyiakannya, akan kupastikan dia akan menyesali perbuatannya. Ralda, gadis lugu dengan keterbatasan yang dimiliki dan tak mampu berbuat apa-apa. Tapi, kenapa kamu begitu jahat, tega meninggalkan dia sendirian dalam keadaan tak berdaya? "Apakah kamu tidak punya hati?" ucapnya dalam hati, marah dan sedih.
"Oh, Bang Jaenab, maafkan adikmu ini karena terlambat menemui Ralda, putrimu. Saya menyesal telah membiarkan kejadian ini terjadi, saya harus bertindak dan melindungi Ralda dari penderitaan yang mungkin masih menantinya. Selagi ada napas dalam tubuhku, saya Bram tidak akan mengizinkan orang yang melukai Ralda berlalu begitu saja." tekadnya.
Seorang baby sitter, yang direkomendasikan oleh Alena, berjalan mendekati Bram dengan penuh percaya diri sebelum aku dan Alena berangkat ke Indonesia. Alena memang sengaja mencarikan seseorang yang bisa membantu Ralda mengurus kedua bayinya demi kelancaran tugas di Indonesia.
" Permisi, Tuan. Saya Mila yang diutus nyonya Alena membantu non Ralda," ucapnya sambil membungkuk dengan sopan.
Bram menoleh memperhatikan sesaat wanita tersebut, dia harus teliti dan pandai memilah orang yang mampu membantu Ralda nantinya.
Setelah itu, Bram memberi isyarat sebelum menemui Ralda.
"Baiklah, Tuan." ucapnya setelah Bram selesai memberikan arahan yang harus dilakukan.
" Temani Ralda dan kedua bayinya, saya ingin menemui Dokter sebelum mereka keluar dari rumah sakit." ucapnya kepada baby sitter tersebut.
Saat pertama kali melihat wanita malang itu, baby sitter tersebut terenyuh," cantiknya luar biasa, tapi sayang dia tidak bisa melihat." ucapnya pelan mengagumi kecantikan alami Ralda.
" Non Ralda, bayi-bayinya lucu ya," ucap di pengasuh tersebut ketika menggendong si kembar.
" Kamu Mila yang dipanggil Tante Alena membantuku?" ucap Ralda memastikan.
" Benar, nona Ralda. Jangan khawatir, saya akan membantu anda merawat si kembar dengan baik," ucapnya.
" Terimakasih ya, Mil.
Bram dan dokter tersebut masuk ke dalam ruangan Ralda. Bram memerintahkan agar Mila si pengasuh membawa si kembar ke dalam mobil.
" Ralda, Dr. Albert akan memeriksa mata kamu sebelum kita pulang. Paman penasaran, bagaimana ya kondisi matamu sekarang? Apakah perlu dilakukan operasi secepatnya atau bisa ditunda dulu?" Bram mencoba menenangkan Ralda, sambil berharap agar hasil pemeriksaan nanti tidak terlalu buruk.
Ralda menurut apa yang dikatakan sang Paman. Tak bisa dipungkiri ia pun ingin segera melihat. Memandang wajah mungil putra-putranya, merawatnya dengan baik tanpa bantuan baby sitter.
***
Hari ini begitu cerah dan indah, penuh dengan berbagai warna yang bersinar di langit biru. Ketika melihat sejuta bunga bermekaran di taman itu, hatinya tidak bisa menahan kebahagiaan. Begitu indah dan menyejukkan mata memandangnya.
" Sudah lama ?" sahut seorang pria mengagetkan wanita yang sedang menunggu.
Ia tersenyum lebar, bahagia menyambut kedatangan seseorang yang sejak tadi ingin ditemui.
" Hana baru datang kok, Mas." jawabnya.
Rasa rindu yang begitu dalam akhirnya terobati dengan pertemuan ini.
"Ini momen yang sudah lama ditunggu, bertemu dengannya lagi setelah beberapa hari tidak bertemu," gumamnya dalam hati, mengekspresikan perasaan rindu yang menggebu. Pertemuan kali ini, semoga mampu menghapus rasa rindu yang selama ini menyelimuti hati. Ingin rasanya waktu berhenti, sehingga bisa menikmati setiap detik bersama orang yang kucintai ini.
" Yuk, Tante Alena menunggu kita untuk segera menjemputnya." ucapnya, memegang erat lengan sang pria.
Ya, hari ini Alena telah tiba di Indonesia. Alena meminta Hana agar menunggunya di Bandara. Dia tidak bersabar untuk menceritakan bahwa ia sudah memiliki anak perempuan yang bernama Ralda.
" Tante yang mana sih, Yang?" tanya Abrisam penasaran.
Hana mendesah, "Kamu pasti pernah lihat deh, Mas. Hanya saja waktu itu banyak orang, jadi mungkin kamu kurang fokus."
Dalam hati, ia merasa sedikit kesal. Mungkinkah Abrisam tidak ingat wajah Tante Alena yang sering datang berkunjung ke rumah ini? "
Hana dengan wajah berbinar kala melihat Tante Alena berdiri di kejauhan, mengobrol dengan sekelompok orang. Ingin rasanya ia berlari menghampiri dan melabrak wanita itu, tapi Hana tahu itu tidak akan berujung baik. Akhirnya, ia memilih mengajak Abrisam yang sedang berdiri di sampingnya. "Hayoo, kita ke sana, Mas!" ucap Hana sembari mengaitkan lengannya pada Abrisam, berusaha terdengar semangat. Dengan ekspresi yang sulit terbaca, Abrisam menurut saja.
Hana ingin sekali berteriak dan mengungkapkan rasa rindunya, tapi ia harus menenangkan diri agar tidak menimbulkan kegaduhan. "Sudah saatnya Tante Alena tahu betapa Hana dicintai oleh mas Abi," batinnya. Dan dengan penuh semangat dan rasa penasaran mereka berdua melangkahkan kaki ke arah Tante Alena.
" Dulu, saat Tante Alena mengolok-olok Hana tentang Mas Abrisam yang dianggapnya tidak pernah serius, untuk itu saya merasa perlu membuktikan pada Tante Alena bahwa ia salah. Hana ingat betul saat itu, dadaku bergemuruh dengan keinginan untuk membuktikan kekeliruannya. Sekarang adalah saatnya! Saya akan menunjukkan bahwa ucapan Tante Alena itu salah besar," gumamnya dalam hati sambil memupuk semangat untuk melawan prasangka mereka.
Hana tahu, bahwa ia harus membuktikan dalam membela diri dan mencari kebenaran di balik kata-kata orang-orang yang menganggapnya cuma mimpi belaka.
" Hana, apa benar ini kamu, Nak ?" ucap Alena hampir tak percaya.
Sikap arogan Hana yang dulu kini telah berubah menjadi perempuan yang anggun, mempesona. Penampilan Hana sekarang jauh berbanding saat terakhir kali Alena melihat Hana waktu itu. Pakaian syar'i yang digunakan benar-benar membuatnya tampil berbeda jauh.
" Kamu cantik sekali, Hana." ucapnya lagi tak henti-hentinya memuji.
Hana tersenyum, pujian yang diterima dari setiap orang membuatnya makin percaya diri.
" Iya dong, Tante. Hana selalu cantik sejak dulu sampai sekarang. Makanya pacar Hana tidak bisa berpindah ke lain hati." ucapnya.
Alena tercengang sesaat, "Uh, sikap arogannya kumat lagi, kirain sudah berubah," gumamnya dalam hati seraya menggeleng kecil. "Ada apa, Tante? Kok melamun? Oh, iya... ini Mas Abrisam, calon suami Hana," ucap Hana sambil menunjuk Abrisam. Abrisam tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Tante Alena. "Dokter makin tampan saja, ya? Pantas Hana tergila-gila dengan kamu," goda Alena kepada kedua calon pengantin itu. "Tante bisa saja," sahut Abrisam, sedikit tersipu oleh pujian berlebihan dari Alena. "Tante pernah lihat kamu loh di rumah sakit. Waktu itu saya bawa putriku periksa kandungan," cerita Alena sambil mereka berjalan menuju mobil. "Sejak kapan Tante punya anak perempuan? Setahu Hana, Tante hanya punya dua anak laki-laki," tanya Hana kebingungan. "Enak saja ngomong begitu, Tante punya anak perempuan yang cantik namanya Alda. Tante sudah punya cucu yang lucu-lucu." ucap Alena membanggakan putrinya.
" Alda," ucap Abrisam berbalik menatap Tante Alena.
Entah kenapa nama tersebut sangat melekat di hatinya.
" "Mas Abi kenal Alda?" tanya Hana, penasaran dengan reaksi tak terduga Abi.
"Tidak, sayang, saya tidak mengenalnya. Hanya saja, namanya mirip dengan seseorang yang saya kenal," ucapnya Abi lembut di telinga Hana.