Mempunyai suami kaya, tampan, dan juga setia, itu tentu menjadi dambaan oleh semua wanita. Riri Anastasya, ia begitu sangat beruntung di nikahi oleh seorang lelaki yang begitu sempurna, dari segi fisik maupun finansial.
Namun di dalam pernikahannya, Riri merasa bahwa suaminya menyembunyikan sesuatu darinya. Pernikahan yang awalnya berjalan mulus, damai, dan harmonis, menjadi porak-poranda, seketika berubah menjadi kata PERCERAIN, karena Samuel Malio Edwin suami Riri berselingkuh dengan salah satu sahabat istrinya sendiri.
Akankah Samuel memilih Riri, atau malah sebaliknya memilih sahabat istrinya tersebut.
Simak sama-sama yuk cerita mereka.
Jangan lupa tinggalkan jejak, seperti like, comment dan Vote, terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tau Akibatnya
Dengan susah payah, Riri keluar dari kerumunan wartawan dengan di bantu oleh Mita dan beberapa security kantor. Dengan langkah cepat Riri melewati koridor-koridor kantor, banyak pasang mata menatap ke arahnya, bagaimana tidak, karena saat ini Riri menjadi bahan perbincangan di kalangan orang-orang. Bahkan dari tadi ponselnya pun terus berdering, tidak hanya mendapat notif dari keluarga saja ada juga dari teman-teman dan kolega sesama pembisnis.
Beberapa karyawan memberi hormat kepada Riri, namun Riri hanya memberikan senyuman kecil saja, ia ingin cepat bertemu dengan sang ayah dan membicarakan tentang kejadian hari ini. Tidak lama Riri pun telah tiba di sebuah ruangan yang cukup besar dengan arsitektur yang luar biasa, di antara dinding kaca yang megah Riri bisa melihat laki-laki paruh baya namun masih terlihat tampan dan gagah sedang duduk di kursi empuk berwarna hitam, sambil menikmati kopi di pagi hari.
"Kamu tunggu di luar saja, aku ingin bicara empat mata dengan papa." perintah Riri kepada Mita asistennya.
"Baik buk." jawab Mita sambil menunduk kan kepala seakan paham akan perintah bosnya.
Riri pun masuk ke dalam ruangan begitu saja, tanpa mengetok pintu atau mengucap salam terlebih dahulu.
"Ceklakk." Riri yang sudah masuk ke dalam ruangan, namun saat masuk ke dalam ruangan, ternyata ruangan tersebut sepi, hanya terdapat sang ayah saja yang sedang duduk santai.
Tuan Hadiwinata yang melihat ke hadiran anaknya pun seketika menatap tajam ke arah anaknya.
"Apa kamu tidak mempunyai sopan santun? Tuhan menciptakan kamu mulut dan tangan tanpa alasan, apakah kamu tidak bisa mengetok pintu terlebih dahulu atau mengucap salam?." ucap tuan Hadiwinata.
"Paaa..." ucap Riri yang berjalan mendekat ke arah sang ayah. "Apa yang papa lakukan hingga di luar sana orang-orang menggila?."
"Papa tidak melakukan apapun, papa hanya melakukan tugas papa sebagai papamu."
"Jadi benar, semua ini ulah papa?." tanya Riri.
Tuan Hadiwinata pun beranjak berdiri dari kursinya. "Bukankah, ini semua juga keinginan mu putriku, bukankah ini yang kamu inginkan melihat Samuel hancur dengan secara perlahan."
"Pa.. bukan ini yang Riri inginkan." Sahut Riri.
"Lalu apa? kebahagian kah? apakah kamu bahagia selama ini menikah dengan laki-laki biadap itu, tidak bukan? jangan bodoh kamu Riri, papa membesarkan mu menjadi wanita kuat, dengan otak di atas rata-rata tidak hanya untuk di bohongi laki-laki seperti Samuel."
"Pa.. Riri tau papa membesarkan Riri untuk menjadi wanita yang cerdas, tapi papa tidak perlu berbuat seperti ini, ini akan menghancurkan reputasi keluarga kita apa lagi keluarga Samuel."
"Apakah kamu masih perduli dengan reputasi keluarga Samuel, sedangkan Samuel saja tidak perduli dengan hati, dan perasaanmu, papa sebagai orang tua mu tidak Terima melihat putri Hadiwinata di hancurkan perasaanya oleh embel-embel seperti Samuel."
Riri yang mendengar ucapan orang tuanya pun seketika menitihkan air mata.
"Ri.. bukan kah dari kecil papa tidak pernah menuntut mu menjadi wanita yang terus mendapat juara 1 di kelas, tidak pernah menuntutmu menjadi seperti papa, tidak pernah menuntutmu menjadi dokter, menjadi pengusaha sukses, papa selalu bilang bukan jadilah dirimu sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun, jadilah seperti yang kamu inginkan, asalkan itu di jalan yang benar, dan tidak menyimpang dari tuhan mu." tuan Hadiwinata yang terus berbicara di depan putrinya.
"Papa juga pernah bilang bukan, papa tidak pernah meminta kamu menikahi laki-laki kaya raya, mapan, pengusaha sukses, tidak bukan? papa hanya ingin kamu menikah dengan laki-laki yang baik, dari segi perilaku dan fikirannya, ayah mana yang tega melihat anaknya hancur, padahal dari kecil anak itu selalu di sayang oleh orang tuanya, di berikan kehangatan, di berikan cinta, membentak pun sang ayah tidak tega, tapi saat sang anak di minta oleh orang lain, dan sang ayah melepaskannya dengan sangat berat, tapi ternyata putri satu-satunya di buat tidak bahagia, hancur dari hati dan raganya." lanjut tuan Hadiwinata
Riri yang mendengar ucapan sang ayah semakin menangis tersedu-sedu, memang benar yang di katakan sang ayah, bahwa dari kecil orang tua Riri tidak pernah meminta Riri menjadi seperti yang mereka inginkan, Riri tumbuh Dewasa dengan jalan yang ia inginkan, tanpa sebuah paksaan.
"Papa akan membuat Samuel lebih hancur, sehancur-hancurnya dari kamu, papa pastikan itu." ucap tuan Hadiwinata sambil berjalan untuk keluar dari ruangan.
"Pa.. papa tidak perlu ikut campur atas perceraian Riri dan mas Sam, Riri mohon pa." Riri yang menarik tangan sang ayah.
"Apa kamu lupa dengan ucapan papa kemarin, Samuel akan tau akibatnya jika menemui mu lagi, papa tahu kemarin Samuel masih menemui mu, maka dia harus menanggung akibatnya, sebelum kamu benar-benar lepas dari laki-laki gila itu, papa akan tetap turun tangan, ingat itu." ucap tuan Hadiwinata sambil melepaskan genggaman Riri secara pelan.
"Riri mohon pa, jangan lakukan apapun, Riri bisa mengatasinya sendiri." teriak Riri, namun Tuan Hadiwinata tidak meresponnya, ia tetap terus berjalan keluar dari ruangan.
Di dalam ruangan Riri pun seketika menjatuhkan tubuhnya di sebuah sofa yang sangat empuk, Tiba-tiba ia merasa sangat pusing di tambah hamil muda, itu membuat ia mudah lelah, dan mood suka berubah-ubah.
"Aku yakin masalah ini akan semakin rumit, jika di ikuti campur tangan papa." ucap Riri lirih sambil memijat keningnya.